HAPPY READING :)
..
"Saffiyah."
Gadis yang sedang berjalan menuju kelas itu tiba-tiba berhenti melangkah dan menoleh ke belakang saat seseorang memanggil namanya. Di sana ada Bu Dea yang berdiri di depan tangga.
"Ke sini sebentar," ucap Bu Dea.
Saffiyah mengangguk, berjalan mendekati Bu Dea yang tampak sedang memegang beberapa lembaran kertas.
"Ada apa, Bu?" tanya Saffiyah.
Tangan Bu Dea terulur memberikan lembaran kertas pada Saffiyah. "Tolong ini letak di lab Fisika, ya, Ibu mau ke ruang kepala sekolah dulu."
Perlahan tangan Saffiyah mengambilnya. Matanya jatuh pada tulisan besar dan tebal pada kertas. SOAL PELATIHAN OLIMPIADE.
"Kalau gitu Ibu duluan, ya."
Saffiyah kembali mengangguk. Membiarkan Bu Dea berlalu dari hadapannya. Menarik napas panjang, Saffiyah berjalan ke depan menuju lab Fisika. Sebenarnya ia malas harus ke lab karena ini sangat jauh dari kelasnya.
Melewati beberapa kelas dan ruangan akhirnya Saffiyah tiba di depan lab Fisika, pintu lab yang tidak tertutup membuat Saffiyah langsung masuk ke dalam. Namun, langkahnya langsung terhenti di ambang pintu begitu melihat Boo tertunduk dengan seorang gadis yang berada di depan dada Boo.
Mereka seperti berpelukan.
Rasa sesak langsung menyergap hati Saffiyah.
"Permisi," ucap Saffiyah membuat Boo dan Sila langsung mengangkat kepala mereka dan menoleh ke arah Saffiyah.
"Saffiyah?" lirih Boo. Cowok itu dengan cepat mendorong tubuh Sila menjauh dari tubuhnya.
"Maaf, aku udah ganggu," balas Saffiyah, memalingkan tatapannya dan berjalan ke meja guru meletakkan lembaran kertas di atasnya. Kemudian langsung bergegas keluar.
"Saf!" Boo berdiri, berlari mengejar Saffiyah.
Sedangkan Sila justru tersenyum penuh kemenangan. Semesta seolah sedang berpihak kepadanya. Tidak sia-sia ia menjatuhkan sendok tadi kalau hasilnya membuat cowok dingin itu bertengkar dengan kekasihnya.
***
Langkah kaki Boo semakin cepat mengejar Saffiyah yang berjalan terburu-buru. Gadis itu terlihat sekali ingin menghindar dari Boo. Sampai akhirnya, Boo berhasil menggapai pergelangan tangan Saffiyah membuat gadis itu berbalik badan tanpa mau menatap ke arahnya.
"Saf, nggak seperti yang lo lihat," kata Boo pelan, ia tidak mau Saffiyah salah paham atas apa yang dilihat oleh gadisnya.
Saffiyah mengangguk. Bibirnya memaksa untuk tersenyum, namun, matanya yang tidak ingin menatap Boo seolah menunjukkan rasa sakit.
"Ikut gue," kata Boo. Dia menurunkan pegangannya ke jemari Saffiyah lalu menggenggamnya erat. Membawa Saffiyah pergi dari koridor kelas sepuluh.
Gadis itu hanya mengikuti langkah kaki Boo. Selama itu tidak ada kata-kata yang keluar baik dari Saffiyah maupun Boo. Berjalan beriringan tapi dengan keadaan hati yang tidak baik.
Mereka berhenti tepat di belakang sekolah, duduk di salah satu kursi kayu yang sudah dimakan usia.
"Saf?" lirih Boo, memutar badannya untuk menghadap Saffiyah sempurna.
Gadis itu hanya berdehem pelan, enggan untuk menatap Boo. Tatapannya lurus ke depan menikmati angin yang meniup setiap permukaan kulitnya.
"Jangan salah paham," kata Boo lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PACARNYA BOO
Teen FictionSatu hari sebelum mawar putih layu dia pernah berkata, "Jangan takut kehilangan. Karena sejatinya hidup adalah tentang kembalinya ke pelukan Tuhan." Saffiyah adalah gadis yang menduduki peringkat akhir di sekolah hal itu membuat Saffiyah mendapatkan...