46. Serendipity

7 2 0
                                    

Aku terus memandangi wajah laki-laki yang kucintai itu, tanpa sekalipun menghapus senyum yang sedari tadi mengembang sempurna. Serendipity kembali kudapatkan dan ia memang yang selama ini menjadi tujuanku. Sosok laki-laki yang kucintai itu sudah menyelesaikan masalahnya dan kembali membuktikan kesetiaan yang ia pernah ia tawarkan.

Nicholas Anggara.

Seniorku,

Sahabatku,

Kekasihku,

Cinta pertamaku.

Di sisi lain mungkin Nichol juga kembali untuk mengabarkan sesuatu yang menyedihkan, di mana Araminta telah pergi untuk selama-lamanya. Baginya Araminta seperti teman baik yang memiliki banyak kesamaan dengannya, dia melihat dirinya sendiri di dalam sosok Araminta itu.

Selain itu...

Dia mengikat dirinya secara tidak langsung dengan Araminta karena jantung yang kini berdetak di dalam tubuhnya adalah satu-satunya hal yang tersisa dari Ayah gadis itu.

Dia tidak menyesal sudah menemani Araminta bahkan jika ia harus mengorbankan perasaan terdalam yang juga ingin ia wujudkan, ia percaya pada seseorang dengan watak keras kepala yang selama ini kekeuh menunggunya.

Dan akhirnya ia tepat pada kesimpulannya.

Sosok itu benar-benar menunggu kepulangannya.

"Araminta memberikan kembali sesuatu yang pernah kamu berikan untuknya, dia juga mengatakan bahwa kamu orang yang sedikit menyebalkan" ucap Nichol seraya tersenyum tipis, ia memberikan daun maple kepadaku.

Aku mengangguk cepat.

"gue sudah tahu kalau itu..."kataku yang kembali mengingat pertemuan terakhir dengannya.

Aku mengambil daun maple kuning yang dulu kuberikan padanya, akhirnya daun itu kembali lagi padaku. Tapi, satu-satunya yang menarik perhatianku adalah kondisi daun maple yang pernah kuberikan itu tidak berubah sampai hari ini. Sepertinya selama di sana ia melaminating dan mengawetkan daun maple itu.

"di saat-saat terakhirnya... Araminta berpesan agar kamu menemuinya di peristirahatan terakhirnya suatu hari nanti, dia berpesan agar kamu mau memberikan dua puluh satu tangkai mawar hijau untuknya..itu sesuai dengan usia yang ia miliki di sisa hidupnya" Ucap Nichol dengan sorot mata yang sendu.

Aku menunduk sembari memegang erat daun maple di tanganku. Perlahan-lahan mataku mulai mengembun mendengar cerita dari Nichol.

"Araminta pernah bilang sama gue...kalau dia ingin tinggal lebih lama dengan lo," ucapku sempat terhenti sejenak.

Aku menarik napas panjang sebelum akhirnya melanjutkan, "namun Tuhan ternyata mengambilnya lebih cepat daripada itu..." kataku yang membiarkan butir air mata pertama jatuh tepat mengenai daun maple di tanganku.

"gue berharap Araminta pergi dengan tenang... Meskipun gue benci mendengar dia mengatakan bahwa gue mengambil miliknya, tapi dia enggak salah menyimpulkan bahwa seseorang seperti lo emang layak buat dia cintai"

Nichol menyentuh kepalaku lembut, wajahnya yang hangat terlihat mirip dengan Araminta. Ternyata mereka memang memiliki banyak kemiripan.
Dan aku terlambat menyadarinya. 

"Dunia tidak hanya berputar buat saya sendiri...saya mengerti bahwa semuanya tidak harus sesuai dengan keinginan saya juga. Saya menerima sisa waktu yang Tuhan berikan untuk saya, semuanya bukan tanpa rancangan dari-Nya. Meskipun di dalam hati, saya merasa berbeda dengan orang-orang yang bisa hidup normal sampai detik ini. Tapi bagaimana ya, saya tidak ingin menghabiskan sisa waktu saya yang tidak lagi lama ini untuk membenci hidup yang Tuhan kasih. Apalagi...ketika Tuhan dengan murah hati-Nya menghadirkan kamu untuk saya, lalu apa yang harus saya sesali? Saya hanya tinggal menunggu waktu dengan hati yang tenang, menunggu Ayah menjemput saya di depan gerbang kematian."

He's STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang