33. I Remember

54 4 0
                                    

Welcome Home Bintang!!!

Suara ledakan kecil dari balon udara yang di isi oleh remahan kertas yang di potong kecil-kecil berterbaran di atas kepala ku hingga membuat rambutku di penuhi dengan pernak-pernik warna-warni. Dentuman itu memang mengagekanku, namun kejutan ini jauh lebih mengagetkanku.

Mamah dan Ayah, Nindy adikku, sahabat-sahabatku, Annisa dan Sabila, bahkan Dion-pun juga hadir. Dia hampir tak pernah absen. "wah..suprised me." Ujarku dengan senyuman kecil yang tertahan. "selamat datang kembali kerumah sayang...." Mamah memelukku erat. Sementara Ayah berusaha bangkit dari kursi rodanya perlahan-lahan. "ayah sudah sembuh?" tanyaku tak percaya, hampir saja air mata menetes dari pelupuk mataku. Ia menggeleng pelan sembari menyuruhku untuk menahan air mata itu agar tidak tumpah. "jangan menangis, Ayah tidak mau putrinya menitikkan air mata lagi." kali ini pelukan hangat kuterima dari seorang Ayah yang sangat-sangat kurindukan, sosok ini pernah pergi, tapi kembali. Syukurlah Tuhan mendengar doaku.

"dan si cantik di depan ini, gak mau meluk kakak?" aku melipatkan kedua tangan kedada. Kali ini tangisan deras mengalir dari pipinya, entah apa yang membuatnya menjadi begitu cengeng. "udah... jangan nangis. Kakak kan udah di sini..." aku menghapus air matanya pelan, menahan air mataku yang juga ingin jatuh, membalas tangisan bahagia adikku.

Kedua sahabatku, Annisa dan Sabila juga ikut memelukku erat, mereka berkali-kali mengucapkan kata syukur karena aku telah kembali normal, ya... setidaknya aku sudah bisa beraktifitas seperti biasanya. "kita senang lo pulang!" ujar Annisa bergetar, napasnya sedikit terseok-seok karena isakan kecil. "apaan sih? gue kan udah balik. Jangan sedih kawula muda." Ujarku sedikit bercanda. "dasar!" cubitan kecil kuterima dari Sabila yang matanya juga sedikit sembab. Mengapakah semua orang hari ini menangis? Bukankah seharusnya bahagia itu harusnya tertawa. Definisi bahagia baru mungkin, pikirku. 

Aku memandang kearah Dion, ia merentangkan tangannya kesamping kiri dan kanan. "hug me too?" ujarnya berbicara, aku tersenyum kecil, "mau dijagal kepala lo sama Ayah?"

Sementara Ayah berpura-pura memasang tampang garang, hingga kerutan di wajahnya tampak sangat jelas, namun kalian harus tahu bahwa ketampanannya tak memudar sama sekali. "awas ya." ujarnya menggerakan telunjuknya.

Dion nyengir, ia menggaruk kepalanya pelan, sebenarnya ia hanya bercanda, siapa tahu dapat rezeki. Pikirnya. Tanpa aba-aba apapun aku langsung menepuk lengannya lembut, "gue berterimakasih banget sama lo karena udah nemanin gue selama di rumah sakit. Gue ngerasa aman." Ujarku memberikan senyum terbaikku.

"terimakasih sambutan hangatnya!" aku menepuk-nepuk tanganku kecil, kemudian mengajak mereka untuk masuk kedalam rumah. Yah, sebenarnya maksudku adalah 'aku ingin istirahat di kamar' karena selama di rumah sakit kasurnya sama sekali tak nyaman, membuat pinggangku sedikit ngilu di buatnya.

Setelah cukup lama bersantai di ruang tamu, aku memutuskan untuk istirahat di kamar. Ketiga teman-temanku juga sudah pulang. Ayah dan mamah masih sibuk berbincang seru—ah mungkin mereka bernostalgia. Sementara adikku Nindy sudahlah jangan di bahas, mungkin sekarang ia sedang membiarkan ilernya jatuh di bantal beruang kesayangannya.

Aku tersenyum bahagia membayangkan hal itu, betapa lengkapnya kebahagiaanku saat ini. Semua terasa lengkap dan sempurna, tapi mungkin ada sesuatu yang masih mengganjal hatiku. Ada sedikit celah kosong yang terus meronta-ronta, berteriak memanggilku untuk mengisi kembali sesuatu yang hilang darinya. Aku sempat terpaku menatap diriku di depan cermin, sempat ada bayangan wajah yang samar-samar membuatku berpikir, "apakah gue pernah kehilangan sesuatu? Tapi apa?" gumamku berbicara sendiri.

Aku kembali teringat oleh seseorang yang hadir di dalam mimpiku waktu itu, awalnya pernah kuceritakan pada sahabat-sahabatku dan mereka bilang aku mengenalnya karena satu sekolah. tapi bagaimana mungkin mimpi itu terjadi berulang-ulang, bahkan banyak sekali tempat yang ada di mimpiku saat aku bersama dengan orang itu.

He's STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang