Akhirnya—hari yang ditunggu namun tak pernah diharapkanpun tiba, yang menepati janjinya meskipun tak diharapkan— sebuah perpisahan.
Dalam suasana ramai namun menyimpan beribu-ribu rasa, baik bahagia, luka, dan segalanya. Siapa yang bisa menebak setiap isi kepala.
Aku tergugu di tempat dudukku. Sembari menunggu tim paduan suara kami tampil saat penyematan tanda lulus bagi seluruh kelas XII.
Rasa gugup ini membuatku gelisah sendiri, mencoba mencari cara untuk mengatasinya aku memilih untuk ijin kekamar mandi. "gue toilet bentar." Ujarku pamit.
Diana menatapku penuh tanya. Ia memilih untuk tetap diam meskipun ingin bertanya. "hmm.." ujarnya mengangkat bahunya pelan. "mungkin sakit perut." Pikirnya.
Aku duduk di depan toilet wanita. Mumpung kursinya kosong dan suasananya juga cukup kondusif untukku merelaksasikan diri. "jangan gugup.. harus kuat. Jangan nangis." Ujarku akhirnya.
"hufttt..." aku menarik napas dan menghembuskannya perlahan, berharap dengan cara ini gugup dan segala campur aduk perasaanku bisa membaik. "semangat.."
***
"Acara selanjutnya... penyematan tanda kelulusan kepada seluruh siswa/I kelas XII." Suara pembawa acara itu menggelegar lembut di aula sekolah. tepatnya di acara perpisahan sekolah ini.
Kelas XII IPA-1.
"Alberto Christian"
"Abdullah Fikri"
"Bella Angelica"
Nama-nama anak-anak kelas XII IPA-1 mulai di sebutkan satu persatu. Sesuai dengan nama yang dipanggil, mereka menaiki anak tangga dengan percaya diri. Dengan pakaian toga yang semakin menambah kharisma dan aura positif pada mereka. setidaknya bertambahlah pesona masing-masing siswa/I itu.
Sementara itu, kami yang terpilih sebagai paduan suara acara perpisahan tak bisa berhenti menyanyikan lagu-lagu selama proses penyematan berlangsung. Bahkan jika sekedar mangap-mangap atau lipsinc tentu akan ketahuan. Dan itu cukup memalukan. Jadi, tetaplah kami berkoar meskipun tenggorokan mulai kering.
Aku melirik-lirik kearah barisan kelas XII IPA-1. Mencari sosok itu, sosok yang seharusnya tak susah untuk ditemukan karena tentu ia akan mencolok dari yang lain.
Meskipun begitu, tak kulihat barang batang hidungnya. Seolah-olah keberadaannya hari ini tak ada. Yah, jika begitu lengkaplah sudah perasaanku. Tak usah kujelaskan bagaimana, kalian pasti mengerti tentang menunggu sesuatu diharapan ada namun nyatanya tak ada.
"Kak Bintang!"
Tiba-tiba suara seseorang yang kukenal membuatku tersentak hingga mengalihkan pandangan kekursi bagian depan. Dikursi itu nampak Putri dan Tante Kinnan hadir. Mereka melambaikan tangan kearahku. Aku secara refleks melambaikan tangan kecil, sebelum akhirnya fokus pada direjen di depan. Satu lagi Putra juga hadir, dan ia terlihat sangat tampan. Haha, jangan khawatir itu hanya pujian.
"ANGGARA NICHOLAS"
Tepat saat nama itu dipanggil, kulihat seseorang berjalan cukup tergesa-gesa menuju barisan dan menaiki anak tangga pelan. dia... hadir.
Seulas senyum mengulik wajahku yang tadinya suram mendadak cerah. Dia—adalah sosok ajaib yang hadir sedetik kemudian. Detik yang berharga di hari yang istimewa. "kamu datang.."
Melihat wajahnya yang hari ini terlihat sangat bersahabat dan damai, membuat siapapun senang. Termasuk mereka yang mengaguminya, mereka yang tak henti-hentinya mengambil gambar wajah malaikatku.

KAMU SEDANG MEMBACA
He's STAR
Teen Fiction[ON GOING] - Bintang. Anak baru yang membuat masalah di hari pertama MOS, dan mengibarkan bendera permusuhan kepada Ketua OSIS yang di puja-puja di sekolah. Kegilaannya membuat Nichol sang Ketua OSIS merasa diteror sang Alien dari negeri antah-be...