Hal yang paling berharga dalam hidup?
Aku terdiam sejenak, memikirkan pertanyaan yang dilontarkan oleh Sabila. "hal yang paling berharga dalam hidup? apa ya?" gumamku kecil. "Hal paling berharga dalam hidup gue adalah ketika melihat orang yang gue sayangi selalu ada di sisi gue. " Annisa menjawab cepat, sesekali ia mencubit pipiku gemas. "sahabat-sahabat gue!" ujarnya tersenyum pada Sabila yang memberikan pertanyaan.
"lo gimana tang?" tanya Sabila menunggu. Bibirku tertahan, hal yang paling berharga dalam hidup. Pertanyaan yang cukup sulit untukku jawab. Aku masih diam, sebelum akhirnya mengucapkan dengan ragu-ragu. "Kenangan." balasku kemudian.
Terukir senyum tipis dari bibirku, lega karena jawaban yang kulontarkan tidak mendustai perasaanku sama sekali. "ya, kenangan. Hal berharga dalam hidup gue adalah kenangan." tiga kali aku mengulangi kata 'kenangan'itu.
Mereka saling berpandangan, hendak mengeluarkan kalimat sudah, tapi aku lebih dulu mengangkat kedua tanganku. "gak ada pertanyaan. Udah perjanjian dari awal, gak boleh nanya alasannya kenapa."
Annisa manyun, mengangkat kedua bahu pasrah. "well, oke lanjut. " Annisa memandang kearah Sabila, mempersilakan dirinya untuk menjawab pertanyaan yang ia lontarkan sendiri. "menurut gue, hal paling berharga dalam hidup gue adalah mencapai sesuatu yang bagi oranglain mustahil untuk di raih, tapi bisa gue dapatkan!" ujarnya mengeluarkan foto menara Eiffel dari dalam sakunya. "gue pasti bisa kesini!"
Kami bertepuk tangan bangga, sesekali tertawa lucu melihat Sabila yang terlihat bersemangat. "Aamiin!" ujar kami bersama-sama.
Terdengar suara tawa cekikikan di dalam kelas, hanya bertiga karena teman-teman yang lain sedang sibuk menonton anak-anak 'dance' latihan.hanya bertiga, tapi kayak ber-sepuluh.
"mulai bosan ya?" ujarku berhenti tertawa. "mau ikut nonton di luar?" Annisa memanjangkan leher, menoleh keluar jendela yang terbuka. "musiknya asik banget!" tangan Annisa tak bisa berhenti bergerak memukul meja, mengikuti alunan musik dengan ketukan lincah dari tangannya. "udah jangan mukul-mukul meja. Gak boleh, kata orang dulu 'pamali' gitu." ujarku memperingatinya. "kenapa? Nanti banyak hutang?" ledek Annisa. "gak, banyak mantan!" jawabku nyeleneh. "situ tahu, masih aja nanya."
Karena bosan di dalam kelas kami segera bergabung dengan teman-teman yang lain untuk melihat anak-anak latihan dance di lapangan utama. "gue baru tahu Kak Irfan anak dance?" Sabila buka suara pertama kali.
"hmmmmmmmmm, Sabil kok cuman ngeliat kak Irfan, padahal ada kak Lana juga.." Annisa menyenggol lenganku cepat. "duh, kode nih. Kok kita baru tahu ya?" aku ikut-ikutan menggodanya. "apaan sih? udah ah!" Sabila langsung menuruni tangga cepat tanpa menghiraukan celutukkan usil kami.
Suara musik terdengar nyaring memenuhi lapangan, sepertinya desas-desus lomba melawan SMA 1 Nusa benar adanya. Beberapa dari anak-anak basket dan dance juga lebih sering latihan. Bahkan, sampai ijin tidak belajar. "kesenengan tuh gak belajar!" celutukku asal. "ngiri aja lu, mentang-mentang gak dipilih ikut lomba!" Annisa meledek, menjulurkan lidahnya. "huh sombong, gue tahu kok elu ikut nari, dan bentar lagi lomba. Somboooong banget!" balasku tak mau kalah.
"eh.. tapi kan elo OSIS tang, pasti elu juga ikut kesana." Sabila membela. "ah, iya." ujarku teringat. "hmm, Drum Band kita juga ada gak?" tanyaku Pada Sabila. "iya, buat pembukaan." ujarnya terkekeh. "Haha, gak papa. Yang penting bisa ikut kesana." tawaku geli.
Maklum saja, hanya beberapa orang saja yang boleh ke SMA 1 Nusa. Itu karena dibatasi oleh pihak sekolah. Hanya OSIS, peserta Lomba, dan Drum Band sebagai pembuka acara. Sedikit sekali. "lombanya apa-apa aja?" tanyaku lagi. "kalau gitu gue gak terlalu tahu, coba tanya Nichol deh. Dia kan Ketua lo!" balas Sabila menekankan kata Ketua. "ih, males!" jawabku cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's STAR
Genç Kurgu[ON GOING] - Bintang. Anak baru yang membuat masalah di hari pertama MOS, dan mengibarkan bendera permusuhan kepada Ketua OSIS yang di puja-puja di sekolah. Kegilaannya membuat Nichol sang Ketua OSIS merasa diteror sang Alien dari negeri antah-be...