"kalau gue bisa bilang, sebenarnya lo tuh bagus main piano. Kenapa gak jadi pianis aja? Atau musisi pasti keren deh!" aku mengangkat jempolku di hadapannya.
"kamu sendiri, kenapa gak jadi pengacara aja?" ujarnya menyahut. "emang kenapa?" aku balik bertanya.
"karena kamu berisik. Saya jadi tidak fokus, kamu terus-terusan bicara, kayak tikus." ujarnya berbicara seenak jidat.
"APA!!"
Ia kembali menekan tuts piano. Membiarkan suaraku bersahut-sahutan dengan melodi yang keluar dari piano itu.
"hah, capek gue." aku mengambil napas panjang, membiarkan pernapasanku kembali berjalan stabil. "kamu ngomong apa?"
Ia menghentikan permainan piano saat aku sudah tak bisa lagi berbicara, "gak ada." itu adalah kalimat terakhir yang kupunya.
Perlahan mataku terbuka saat samar-samar kudengar suara terus memanggil-manggil namaku. "Nak, sudah sampai.. Bangun."
"Hmm.. Udah sampai?" aku mengucek-ngucek mata pelan. "di mana nih, Mah?"
"Welcome to kota cantik Palangka Raya." Mamah membelai rambutku lembut. "jadi, selama ini Ayah tinggal di sini?"
Mamah tersenyum kecil, "Mungkin."
Lagi-lagi jawaban Mamah membuatku yakin kalau Ayah dan Mamah memang tidak seakrab yang aku banyangkan.
"Nanti di sana, kamu bakalan di ajak jalan-jalan sama Nindy. Kalian bisa keliling kota, dan tentunya kamu bisa lihat sekolah-sekolah di sini."
"Nindy? Siapa Mah?" aku mengeryitkan dahi, perasaan Mamah tidak punya saudara di kalimantan.
"Nanti juga kami tahu, yaudah kita pesan Go-Jek dulu ya." Mamah membawaku keluar bandara. "tunggu ya sayang, bentar lagi taksinya juga datang."
"Iya, Mah."
Aku kembali teringat akan mimpiku tadi, tiba-tiba saja aku memimpikannya, padahal dulu, sekali saja ia tak pernah mampir sebagai buah tidurku. "Mah, kalau mimpi siang-siang tandanya apa?"
"Mungkin kamu lagi capek aja. Memangnya kamu mimpi apa?"
"aaahh... itu Bintang mimpi ketemu...itu.. Apa tuh namanya... Aduh lupa, yaudah deh Mah, gak apa-apa." ujarku salah tingkah sendiri.
"Kamu ini kenapa sih?" Mamah tertawa lucu. "Hehe, gak papa." aku menggigit bibir pelan.
Tin Tin!
Taksi online yang Mamah pesan tadi akhirnya datang juga. "Mbak Lidya ya?"
Mamah mengangguk, "Iya."
Aku melihat kesekeliling Bandara, suatu keajaiban bila Annisa dan Sabila kembali hadir di depanku.
"Suasananya udah beda. Pokoknya gue harus sadar bahwa ini nyata, dan bukan mimpi. Anggap aja ini liburan Tang, lo masih bisa balik ke jakarta. Hhuhh" aku menarik napas panjang.
Aku masih berharap bahwa Mamah tidak benar-benar berniat meninggalkan aku disini. "Okeh, mari kita mulai hidup di benua orang untuk sementara. Fighting, Bintang!"

KAMU SEDANG MEMBACA
He's STAR
Teen Fiction[ON GOING] - Bintang. Anak baru yang membuat masalah di hari pertama MOS, dan mengibarkan bendera permusuhan kepada Ketua OSIS yang di puja-puja di sekolah. Kegilaannya membuat Nichol sang Ketua OSIS merasa diteror sang Alien dari negeri antah-be...