11. Sedekat Langit dan Bumi

193 13 0
                                    

Pagi-pagi sekali aku sudah berjaga di pos satpam, sekitar jam 06.00 WIB. Mataku menerawang kearah parkiran siswa, masih satu dua yang datang, itupun petugas piket kelasku. "gue udah nanya sama kak Lana katanya Nichol suka datang pagi-pagi banget, tapi kok gak datang juga sih? apa dia kesiangan? Atau sakit? Atau nyungsep ke sumur?" ujarku penuh pra-duga tak bermutu.

Baru saja aku nyeloteh, tiba-tiba sosok yang sedari tadi kutunggu itu memasuki gerbang pelan. "PAGI!" ujarku berlari mencegat Nichol dengan sepeda gunung miliknya. Ia diam dan memasang wajah jutek seperti biasa. "PAGI!" ulangku lagi, kali ini dengan senyum yang sengaja dibuat sumringah. "Minggir!" ujarnya jutek dan berlalu santai dengan sepeda miliknya.

"Iisshhh!" aku memandangnya jengkel. "sabar tang sabar." Ujarku mengelus-elus dada pelan. segera aku kembali berlari mengikutinya yang berjalan keluar dari parkiran. "tumben pagi?" ujarku berbasa-basi. "biasanya datang memang jam segini? Sudah sarapan? Gue ada bawa bekal lebih. Mau?" tanyaku tiba-tiba sok akrab dan perhatian.

Ia mengangkat tangan kanannya. "enggak." Kali ini ia seperti sengaja menghindariku, risih karena aku seperti fans-fansnya yang lain. "oh iya Nic, gue ada bawa buah apel. Lo mau?" aku kembali mengikutinya. Alisnya mengeryit, sepertinya sebentar lagi ia akan berbicara. "bisa gak tinggalin saya sendiri!" ujarnya frontal. Aku membuka mulut, hendak mengumpat tapi tertahan. "aa..gak bisa!" jawabku seadanya.

Ia terus berjalan, dan aku terus mengikutinya. Sepanjang jalan koridor, setapak demi setapak menaiki anak tangga, dan ketika sudah berada di depan kelasnya pun aku masih saja mengikutinya. Ia berhenti secara tiba-tiba. "bruk!" aku menabrak belakangnya cukup keras. "ck..!"decaknya sebal. "berhenti." Ujarnya berbalik. Tubuh jangkungnya berdiri tegak di depan pintu kelas, hanya beberapa jengkal lagi kepalanya menyentuh puncak pintu.

Aku menggeleng. "gak." ujarku ngeyel. Ia memasuki kelas,kemudian berbalik dan bersiap mencegatku. Tapi terlambat, tubuhku yang mungil lebih dulu memasuki ruangan itu. "wahhhh.. pantas aja kelas ini juara satu berturut-turut. Bersih banget!" aku melongo melihat ruangannya yang bersih, rapi, dan tertata dengan baik.

"Tempat kebersihannya gimana?" ujarku memeriksa ruangan kebersihan. "uwaahhh, gila bersih banget. Kinclong. Kalau gini sih gue bisa tidur di sini!" aku langsung bergulung-gulung di lantai kelas yang bersih. "bau pembersih lantai, baru dipel ya? Kapan?" ujarku membanjirinya dengan pertanyaan tak penting.

Ia menatapku tak percaya, mengingat-ingat semua tipe perempuan yang pernah ia kenal. Tapi yang satu ini, jauh dari sosok perempuan dalam tipe-nya. "debunya, cari debunya!" ujarku meraba-raba dinding seperti pembersih kaca mobil. "gak ada debu." Berkali-kali aku mencolek dinding dan kaca lemari tempat kemoceng. "kemocengnya juga kayak masih baru!" aku mengeluarkan satu persatu kemoceng dan mengarahkannya ke wajahku. "wangi banget!" ujarku malah membersihkan bajuku menggunakan kemoceng.

Nichol tak percaya dengan apa yang ia lihat barusan. ia seperti tertahan oleh lambatnya waktu yang menahannya di sini. bersama gadis paling aneh yang pernah ditemuinya. "gue lihat di tempat lain!" ujarku berlari melewatinya. Satu persatu meja kuperiksa. Tak ada satupun sampah. "ketua kelasnya siapa sih?" aku menyipitkan mataku melihat struktur organisasi kelas yang terpajang rapi di dinding. "ANGGARA NICHOLAS!" bacaku lambat. "ah.. gak percaya gue. Coba lihat wakilnya aja deh." Aku kembali membaca struktur organisasi itu. "MUHAMMAD REZA!" bacaku nyaring. aku bersungut-sungut. "hebat juga ya dia, pasti deh tegas banget. Salut gue sama dia." Ujarku bicara sendiri, seolah-olah tahu siapa orang yang kubicarakan itu.

"yang gue kasihan cuman satu, gimana ya dia menghadapi pimpinannya yang si kepa..." ujarku menutup mulut cepat, hampir keceplosan. Gara-gara terlalu bersemangat aku jadi lupa kalau aku sedang berada di kelas orang lain. Kulihat Nichol melipat kedua tangannya. Aku meringis pelan. "aduh.. lupa gue."

He's STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang