49. KKN's Time

6 2 0
                                    

Malam H-1 sebelum keberangkatan KKN...

"Nak, barang-barang kamu sudah siap semua?" tanya Mamah yang bantu menyusun pakaianku kedalam koper.

Aku mengangguk, "sudah, Mah" balasku yang sibuk memasukan peralatan mandi ke dalam tas ransel.

"kotak obat?" tanya Mamah lagi. 

Aku menepuk dahi,  "Ah iya itu, pantas kok kayak ada yang kurang, tapi apa" aku buru-buru berjalan ke luar kamar dan mengambil kotak obat yang sudah di siapkan jauh-jauh hari. 

"untung Mamah ingatin" ucapku sembari kembali masuk kedalam kamar. 

Nindy yang baru saja keluar dari kamar mandi ikut bergabung di samping aku dan Mamah. 

"Wah,  banyak banget bawaan kakak" tegurnya terkesima.

"Yah, mau gimana lagi...namanya juga KKN buat satu bulan" sahutku menimpali.

"KKN itu apa?" tanyanya polos. 

Aku menatap Nindy sebentar, "kaya kamu itu mengabdi di kampung untuk membantu orang-orang di sana" balasku memberitahu.

Nindy mengangguk, "oh gitu...Nindy boleh ikut gak?" tanyanya membuat Mamah refleks tertawa.

Aku menggeleng, "Nanti Nindy bantunya pas kak Bintang pulang aja ya,  bantuin buat pijitin kakak yang pasti sakit-sakitan semua badan" celutukku asal. 

Mamah mencubit pipiku, "dasar" katanya yang tengah mengusili adik kecilku itu.

Nindy hanya diam, ia ingin protes tapi tidak jadi. 

"tapi kakak nanti pulangnya bawain oleh-oleh buat Nindy ya" pintanya.

Aku mengangguk, "kalau ada yang bisa kakak bawa ya" balasku. 

Lagi-lagi Mamah mencubit pipiku, "Bintang, iseng banget. Pipi Nindy sampai bulat gitu karena manyun" katanya sembari menarik tubuh Nindy dan memeluknya. 

Aku tertawa kecil, "iya maaf, nanti Bintang bawain oleh-oleh buat Nindy" kataku akhirnya. 

"ehem"

Kami bertiga menoleh kesumber suara, Ayah sudah berdiri di depan pintu. 

"Ayah udah pulang?" sapaku lebih dulu. 

Ayah mengangguk, "iya dong" katanya sembari menunjukan kantung plastik besar di tangan. 

"Wah, pizza" teriakku dan Nindy bersamaan. 

Kami berdua segera berlari mendekati Ayah. 

"aaaa telimakaciiii Ayah" kataku manja. 

Nindy mencoba mengambil plastik dari tangan Ayah, "Ayah, mau pizza" katanya juga. 

Ayah mengangguk, "Ayo kita makan di sama-sama di bawah" katanya sembari membawa bungkusan besar itu. 

Nindy dan aku semangat mengekor di samping kiri dan kanan Ayah.

"Mah...Ayok" panggil Ayah lembut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

He's STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang