9. Mr. Handphone

157 10 0
                                    

Aku merogoh uang lima ribuan dan menyerahkannya kepada paman angkot. "Makasih pak! " ujarku sedikit berteriak. "Iya neng!"

Setelah sampai ke lantai atas, tepatnya di ruangan bioskop, aku langsung memperlambat langkahku. "kemana nih duo kecambah?" ujarku celingukan mencari kedua sahabatku itu.

Sesuai kesepakatan kemarin, kalau hari ini kami akan menonton film baru. Film horror indonesia 'Pengabdi Setan' yang lagi booming dibicarakan.
Syukurlah semua berjalan lancar, setelah aku merayu mamah semalaman untuk minta ijin nonton, dan well akhirnya mamah mau mengijinkan aku untuk keluar rumah. Kesempatan emas, jangan dilewatkan. Mubazir.

Tapi ya gitu, katanya naik angkot aja. Jangan bawa motor apalagi mobil. Soalnya masih satu tahun lagi baru boleh bikin SIM.

Aku melihat jam tanganku cepat. "lama banget, lagi di mana sih?" Aku menggerutu sendiri, dan langsung menuju kursi tunggu.

Tanganku menyentuh tombol panggilan di ponsel. Panggilan terakhir, tertera nama Sabila disana. Aku kembali menelepon sahabatku itu.

"Halo?" sahut seseorang di seberang. "kalian udah di mana?" tanyaku cepat. Hening beberapa saat. "Halo? Halo? Woi!" Ujarku mengencangkan volume suara sehingga mendapatkan lirikan dari beberapa pasang mata di sekitar ku. "kalian dimana? Gue udah sampai nih. Jangan lama-lama ya, ntar ketinggalan filmnya!" ujarku sedikit berbisik.

"Iya.. iya. Tungguin ya kita masih di lantai bawah ini, oh iya sambil nunggu beli popcorn dulu gih!" sahut suara cempreng itu nyaring. Annisa, pasti dia yang ngambil handphone sabila. "iyaaa, cepat kesini!" aku langsung memutuskan sambungan.

Mataku tertuju pada rak lemari popcorn di depan ku. Dengan malas aku berjalan menuju lemari popcorn itu, kakiku berhenti ketika seseorang laki-laki menerobos di barisan paling depan. "eh?" ujarku kaget.

Aku tidak mengucapkan sepatah katapun, namun malah memperhatikan wajah seseorang yang baru saja melanggar tata tertib umum di masyarakat. Antre.

"sorry?" ujarku buka suara. Ia tidak menoleh sedikitpun, sepertinya ia tidak menyadari jika dirinyalah yang aku maksud. "permisi!"

Kali ini aku mencucuk punggungnya dengan jariku. "kenapa?" ujarnya menoleh. "astaga, ganteng banget!" batinku tak percaya. Aku terpana selama beberapa detik. "Kenapa?" tanyanya lagi.

Dengan gagap aku menyahut seadanya. "an..tre!" ujarku gugup. Ia tersenyum sinis. "gitu ya? " ujarnya mundur kebelakangku. Aku merasa sedikit aneh, karena orang kayak gini mau menurut dengan mudah. "nurut banget.." gumamku kecil.

Aku melihat sosok di belakang ku dari pantulan kaca popcorn. Entah hanya perasaanku saja atau apa, sedari tadi cowok di belakangku seperti menatap ke arahku. "Hm, lo mau duluan aja?" ujarku berbalik.

Perasaanku was-was karena mendapatkan tatapan darinya. "enggak, lo duluan aja." ujarnya tersenyum simpul. Aku melotot. "kok kayak kenal ya?" ujarku kaget setelah memperhatikan wajahnya dengsn detail. Jantungku tiba-tiba berdesir hebat. "astaga, gue mikirin apa sih." aku memukul-mukul kepalaku pelan. "gak mungkin.. gak mungkin!"

"Dek!"

Panggil pelayan itu kemudian, sehingga menyadarkanku dari pikiran yang gak masuk akal. "bodo ah, gak penting juga." aku menghela napas panjang.

Setelah mengambil popcorn pesananku, aku langsung pergi tanpa menoleh sedikitpun pada cowok yang sedari tadi tak henti-hentinya menatapku.

"duh, sebenarnya muka gue kenapa sih? Perasaan gue itu orang kok ngelihatin mulu!" ujarku mengambil ponsel dan mulai membuka kamera. "gak ada yang aneh, terus kenapa dia ngeliatin gue kayak gitu?" ujarku parno sendiri.

He's STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang