4. Sekretaris Dadakan

249 13 0
                                    

      Jam menunjukkan pukul 15.30 WIB. Seharusnya saat ini aku sudah sampai dirumah dan bersantai ria sambil memainkan laptop milikku.

     "Bisa kita mulai rapatnya?" Ujar  Nichol membuka rapat.

     Kulihat beberapa orang didepanku segera merapikan gaya duduk mereka dan menatap Nichol lurus. "Jadi hari ini kita akan mengadakan rapat untuk membahas dua kegiatan. Yaitu, Kemah gabungan dan PEMILU."

     Aku memegang pena ditanganku. Menuliskan beberapa poin penting yang disampaikan oleh Ketua OSIS itu. "Gak fokus.. Laper banget!" Gumamku pelan.

     Kurang lebih setengah jam aku merana didalam ruangan OSIS. Hatiku menggebu-gebu ingin melakukan aksi protes pada ketua OSIS gila satu ini.

     "Bisa-bisanya dia melibatkan gue kedalam kegiatan yang super duper melelahkan kek gini. Hah! Dia pikir dia hebat?!" Aku menggenggam erat pulpen itu. "Krak!"

     Patah.

Aku menyembunyikan pulpen itu cepat. "Sabar tang.. Sabar!"

     "Terimakasih atas perhatiannya. Kita akhiri rapat hari ini. Selamat sore!"

     Seluruh panitia keluar dari ruangan, termasuk Nichol yang berjalan keluar setelah mengambil tas miliknya di kursi.

     Aku berlari mengikuti Nichol. "Tunggu!" Panggilku. Ia menoleh sekilas, kemudian melanjutkan langkahnya kembali. "Eh elu berhenti napa sih?!" Ujarku mulai kesal.

     Bisa-bisanya manusia satu ini hidup menjadi orang tampan yang dingin seperti es. "Kenapa?" Ujarnya kemudian.

     Aku berjalan menyusulnya. "Gue mau nanya. Siapa Pak Rahman?" Tanyaku.

     Ia memandangku dingin. "Guru Bahasa Inggris." Balasnya singkat, jelas, dan padat.

     "Oke. Darimana pak Rahman kenal gue? Gue kan murid baru disini? Dan darimana elu dapat nomor gue? Elu sebenarnya siapa? Penguntit? Rentenir? Dukun? Tukang sulap? Atau apa?" Pertanyaan bertubi-tubi dariku.

     Kupikir dengan pertanyaan runtut begitu ia akan kesal dan langsung memecatku sebagai sekretaris OSIS.

     "Pak Rahman kenal kamu. Dan beliau yang meminta saya untuk sementara menggantikan sekretaris OSIS. Kalau kamu masih penasaran silahkan tunggu beberapa hari lagi karena beliau sedang keluar kota." Ujarnya menjelaskan.

     Aku memasang wajah lugu yang menjengkelkan. "Untuk pertanyaan lainnya, kamu bisa menjawabnya sendiri." Ujarnya berlalu. "Hah!" Aku melotot.

     Seharusnya aku memang tidak menanyakan tentangnya. Percuma, dia adalah orang asing yang hidup dengan dunia nya sendiri. Dunia es!

***

"Aigoo!"

Aku memutar drama korea kesukaanku. "Aduh.. Meleleh gue!"

     Saat sedang baper-bapernya nonton, tiba-tiba layar laptop-ku meredup.

     "Yaampun.. Baterai-nya sekarat." Ujarku mulai panik.

     Aku berlari menaiki anak tangga menuju kekamarku. "Ayo cepat-cepat!" Ujarku membuka pintu kamar dan langsung menyerbu tas laptopku.

     "Sayang.. ada telepon." Panggil mamah sedikit berteriak. "Iya mah. Tunggu!"

     Aku kembali menuruni tangga cepat sambil membawa charger laptop-ku.

He's STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang