Bel berganti-nya pelajaran sudah berbunyi. "Nis, Bil, ayuk!" ujarku berteriak kecil pada mereka untuk segera menuju keruang ganti pakaian.
"ngeliatin apaan sih?" ujarku penasaran karena mereka terlihat mangap-mangap di atas tangga. "gila.. kak Nichol kok ganteng banget nget-nget sih hari."
Hatiku berdesir ketika kulihat gayanya yang memang terlihat lebih keren dari biasanya, namun segera kututupi dengan pertanyaan pada kedua temanku. "Mau kemana sih dia?" Tanyaku ikut bergabung bersama mereka. "Mau ke SMA 1 Nusa." sahut seseorang dibelakang kami. "Devi?" kami melongo. "ada teman dibelakang malah dikacangin." Ujarnya sambil merapikan rambutnya.
"hihi.. sorry gak lihat!" tawaku kecil. "iya.. dev sorry gak lihat. Habis elu muncul dadakan sih, kayak tahu bulat digoreng dadakan." Sahut Annisa ngeblak. "Yeee.. Kok gue disamain sama tahu!" Ujarnya manyun.
"By the way ngapain dia kesana?" Tanyaku sembari memutar mata menatap punggung Nichol yang semakin lama semakin jauh.
"Masa lu gak tahu? Elu kan sekretaris OSIS?" Sahut devi nyaring. "Devi, Biasa aja kali.." ujarku meringis, menutup kuping cepat. "Hee.. Canda gue!" ujarnya tertawa.
"Mau rapat sama ketua OSIS SMA 1 NUSA rencana untuk kemah disekolah. Katanya sih." sahut devi serius.
"kemah?" ujar kami berpandangan. Well, entah mengapa dan bagaimana. Tiba-tiba saja feeling-ku tidak enak. "Gue harap dia gak menyangkut pautkan diri gue dalam kegiatan nanti." Ujarku penuh berharap.
Olahraga hari ini adalah basket. "YEAY!" ujar Annisa senang. Maklum saja. Badan tinggi, kurus, gesit, dan tidak bisa diam benar-benar meyakinkan kami kalau Annisa memang mahir dalam olahraga satu ini.
Baru beberapa menit bermain napas-ku mulai tersengal-sengal. "Uh.. cape juga ya!" ujarku mengatur napas perlahan. "iyalah, kalau gak mau cape tidur aja dirumah." Ujar pak Satria menyahut. Salah satu guru olahraga kami yang super duper jutek dan well.. Killer.
"Uh.. Seru banget olahraga hari ini! Jadi makin semangat gue!!" Aku melompat-lompat penuh semangat, sembari kembali memasuki lapangan.
"Bisa mampus gue kalau bilang cape.. Baru juga lima belas menit olahraga." Ujarku sadar diri.
Aku kembali bermain meskipun sebenarnya tenaga sudah benar-benar terkuras. "Nis, lempar sekarang!!" Teriak Devi nyaring.
"Sumpah!"
Tidak ada yang bisa menandingi suara nyaring devi. Suara khas kucing kejepit dengan volume selevel guntur. Sangat-sangat spektakuler. Wajar kalau dia dipilih sebagai danton untuk PBB di sekolah.
"Eh busyet dah mak, jangan teriak napa! Kesian noh semut lansung budeg dengar suara lu!" Ujar didin dipinggir lapangan.
"Mending suara gue daripada suara lu!" Balasnya tak terima.
"Eh nis, ayang beib berantem tuh!" Ujarku terkekeh. "Apaan sih lu tang!" Ujarnya dengan wajah ilfil. "Canda neng, jangan marah dong!" Aku menyenggol bahunya.
"Nis, tangkap!" Teriak Sabila sembari melemparkan bola cepat. "Hap!" Annisa meraih bola itu gesit.
shoot!" poin imbang untuk permainan putrinya.
"Priiiiiittttt!"
Akhirnya peluit dibunyikan, saatnya tim putra yang bermain. "semangat didin!" teriakku nyaring. "ngapain sih elu nyemangatin dia?" ujar Annisa sensi.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's STAR
Fiksi Remaja[ON GOING] - Bintang. Anak baru yang membuat masalah di hari pertama MOS, dan mengibarkan bendera permusuhan kepada Ketua OSIS yang di puja-puja di sekolah. Kegilaannya membuat Nichol sang Ketua OSIS merasa diteror sang Alien dari negeri antah-be...