22. Sedang Ujian

117 9 1
                                    

Tak terasa sudah delapan bulan lebih aku menginjakkan kaki di SMA ini. Belajar banyak hal, menemukan banyak hal,  dan mengingat banyak hal. 

Tapi aku masih cukup lama di sini,  maksudku,  aku masih kelas satu SMA.  Masih dua tahun lagi hingga aku benar-benar belajar dan mengingat banyak hal.  Albumku belum penuh seluruhnya,  masih banyak potret yang harus ku abadikan di dalamnya. 

Tapi mungkin lain cerita dengannya.  Tinggal beberapa bulan saja ia akan lulus dari sini.  Menjadi seorang Mahasiswa. 

Meleleh rasanya kalau membayangkan dirinya memakai jas almamater. Rasanya ketampanannya naik berkali-kali lipat. 

"ngapain lo senyum-senyum?!" suara cempreng khas Anjani membuyarkan lamunanku.  "gak..kok, gak papa.  gue cuman seneng aja ngeliat lo udah jadi mahasiswa. Gak nyangka teman gue yang suka manjat pagar sudah besar!" aku mencubit pipinya gemas. 

"Sakit tahu!" ia balas mencubit lenganku. "gue mau berangkat kekampus dulu ya,  ada jam pagi soalnya. Entar telat lagi. Oh iya thanks Sandwichnya. Bye Bi!"

Tanpa komando apa-apa ia langsung kabur dengan motor matic miliknya. "dari gelagatnya telat tuh.." ujarku memajukan bibir.  "yaudah deh,  sama-sama."

Hatiku deg-degan saat membayangkan Nichol benar-benar memakai jas almamater itu.  Rasanya pengen cepat-cepat lulus dan ngekorin kemanapun ia pergi.

Tapi.. Enggak deh.  Nanti dia malah besar kepala.  Lagipula,  sifatnya juga gitu-gitu aja. Sekalipun ia sudah mengatakan tentang perasaannya, tapi wajah dan hatinya memang tidak pernah sinkron.

Flashback satu hari sebelum ujian sekolah di laksanakan... 

"Nic!"

"Nichol?"

"Gak bales ya."

"Sibuk banget?  Yaudah deh."

"Semangat ujian besok!"

Satu pesan baru...

Nichol.

"berisik,  gue lagi belajar."

Itulah balasan terbaik yang ia punya.  Aku memandang pesan balasannya tanpa berkedip,  ingin rasanya saat itu juga aku meminjam pintu kemana saja dan langsung melihat sesibuk apa dia hingga tak bisa membalas pesan dengan lebih baik. Misalnya : Terimakasih. Atau lebih sweetnya 'Thanks ya. Gue senang lo masih sempat ngucapin semangat buat gue. "

Impossible thing

"bodoh banget sih gue!" berkali-kali aku melemparkan handphone ke kasur.  Menutup wajah frustasi, menendang-nendang dinding keras.  "bikin malu diri sendiri tahu gak Tang!"

Aku tak menghiraukan pesan yang masuk lagi.  Malas jika itu adalah kalimat ejekan darinya.

Dan benar saja,  saat aku memeriksa pesan pagi harinya, kulihat ia membalasnya dengan kalimat yang super duper menjengkelkan.

"dasar bocah,  bilang aja mau pamer kan gara-gara besok libur. Gak usah pakai modus nyemangatin segala. Pokoknya jangan sms atau nelpon selama gue ujian. Get it?"

Aku mencibir, "hiii..  Sombong amat. Awas aja." ujarku mulai mengetik,  berniat membalas pesan itu. "siapa juga yang mo..."

"gak usah deh." aku mengurungkan niat.  Batal.  Pesan itu tersimpan di draf. 

***

Berjuanglah para senior SMA 1 Garuda.  Selamat berperang, dan semoga sukses.

He's STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang