27. Bintang dan bintang

59 2 0
                                    

Tuhan.. kalau boleh aku ingin meminta satu hal, ijinkanlah Ayahku kembali bersama Mamah. Aku sangat ingin memiliki sosok Ayah lagi. tak peduli sesakit apapun masa lalu memakan kebahagiaanku, aku tetap memaafkannya. Karena bersama Ayah rasa sakit mamah mungkin terobati. Dan bersama Nindy mungkin aku akan menjadi sosok kakak seperti yang Ayah inginkan.


"Kak!"

Aku tersadar saat seseorang menyentuh tanganku. "Nindy udah sampai." Kepalaku refleks menatap sekolah dasar berpagar kokoh itu. 

SD Harapan Bunda

Bibirku tersenyum kecil, kemudian beralih menatap gadis kecil di depanku ini. 

"Oh iya. Belajar yang rajin, jangan nakal!" aku membelai rambut lurusnya lembut. Ia memanyunkan bibir manja, "Iya kakak Bintangku yang cantik!" segera ia berlari saat selesai mengatakan itu.

Aku tersenyum gemas, "Nindy..Nindy.."

Sudah hampir satu minggu aku di sini, menemani Ayah dan Nindy. Bersama Mamah juga. Sebenarnya Ayah ingin aku kembali ke Jakarta untuk sekolah, tapi melihat kondisinya yang kadang tak stabil membuatku ragu untuk pulang. "Mah... apa Bintang pulang aja ya ke Jakarta?" aku melontarkannya tanya saat telah sampai di rumah dan melihat Mamah sedang membersihkan meja makan.

"Terserah kamu.. lagian kan kamu gak mau sekolah di sini. Mamah juga bingung gimana nanti kamu ikut ulangan. Udah satu minggu ijin."

"Haahh..." aku melengos panjang. "Hmm.. Ayah di kamar?" tanyaku kemudian.

"Iya.. lagi istirahat." Balas Mamah sembari mengangkat piring kotor. "kamu sudah makan? Kalau belum makan dulu, gih!"

"udah tadi makan roti." Sahutku cepat,  sesaat kemudian aku ikut berdiri membantu Mamah mengangkat piring-piring kotor yang lain. "kalau Bintang pulang, Ayah gimana? Mamah ikut gak?" tanyaku sembari mengekor di belakang Mamah. 

"Ayah mungkin tetap di sini. Dan... Mamah mungkin bakal ngantarin Bintang." Jawab Mamah ringan seolah-olah tak ada masalah yang terjadi. "tapi nanti yang ngurusin Ayah siapa? Nindy sendirian? emang gak apa-apa?" tanyaku beruntun.

"kok kamu jadi rewel gitu sih? Mamah kan masih bisa pulang kesini. Lagipula nanti sepupu kamu bakalan nemanin, siapa itu ya..  Ah iya... Mesya kalau kamu Mamah tinggal pergi lagi." Sekali lagi Mamah tetap tenang menjawab pertanyaanku.

"ah..suka-sukalah." Tiba-tiba aku jadi kesal karena pembawaan Mamah yang kelewat santai. "ngambek... lagi datang tamu bulanan ya?" dengan senyumnya Mamah kembali menggodaku. "Au ah geyap."

***

PEMBERITAHUAN!

Acara perpisahan kelas XII akan dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 11 JUNI 2018. Diharapkan seluruh siswa/i hadir untuk melaksanakan gladi bersih pada hari kamis tanggal 08 JUNI 2018. Terkhusus kelas XII, OSIS, Pengisi Acara perpisahan, dan seluruh siswa/i yang terlibat dalam acara.

"Halo?"

"Nic, lo kok gak bilang kalau perpisahannya tanggal segitu? Tega bener mentang-mentang udah mau kabur ke London. Lo nih ya benar-benar, mana gak diangkat lagi telpon gue dari kemarin, lo kira gue apaan? Tukang tagih duit? Ibu-ibu kos yang nunggu bayar utang? Hah!" aku langsung menyerocos ditelepon saat panggilan berhasil tersambung.

"Bintang.." suara seseorang diseberang menyadarkanku, membuatku menutup mulut cepat. "bodoh itu bukan suara Nichol."

"i..iya?" aku menyahut ragu. "i..ini siapa ya?"

Lagi-lagi suara itu menyahut membuatku mati kutu. "gue Pu—" sambungan terputus. "Tett..teet..teett."

"apaan sih?" aku membatin. beberapa detik kemudian ponselku kembali berdering. "ya?" sahutku pelan. "oh iya gue minta maaf ya, Putra. gue kira tadi Ni—"

He's STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang