10🍁 Sudah Biasa

631 25 0
                                    

Sesampainya di rumah, Lula sudah ditunggu oleh bi Ros di ruang tengah. Lula pun mendekati bi Ros dan duduk di sampingnya, yaitu di lantai. Ros memang sedang duduk di lantai, dan gadis itu pun juga mengikutinya.

"Non ngapain duduk di sini, di atas lah non" ujar Ros

"Bibi sih duduk di bawah makanya aku ikutan" kekehnya

"Kak Brian mana bi" tanya Lula

"Tuan sedang di kamar non, tuan pesan pada bibi untuk menyuruh non ke kamar kalau sudah pulang" jawab Ros

"Dia marah ya bi karena Lula kabur" tanya Lula dengan tak tau malunya

"Ya gitu non" balas Ros tak enak

Lula pun berdiri dari duduknya, ia kan menghampiri laki laki itu. Karena bagaimanapun kak Brian adalah suaminya, dengan jantung yang berdebar debar ia menaiki tangga menuju kamar.

Dengan hati hati, ia mengetuk pintu tersebut dengan cukup pelan. Suara dari dalam memerintahkannya untuk masuk. Lula pun menghirup nafasnya dalam dalam kemudian mengeluarkannya dengan perlahan.

Kakinya sudah tiba di dalam kamar, dan hal yang pertama kali ia lihat adalah Brian sedang duduk di sofa yang ada di kamar itu. Lula sedikit berjalan mendekat menghampiri laki laki itu.

"Kenapa kabur" tanya nya menusuk

"Ma maaf" jawab Lula

"Gue tanya kenapa bukan suruh Lo minta maaf" ujar laki laki itu dingin

"A aku kabur karena takut" jawab Lula pelan namun yakinlah bahwa Brian masih mendengarnya

"Ternyata gue salah nebak Lo, gue kira Lo itu cantik, manis dan anggun, karena selama menikah kita tidak pernah bertemu, namun nyatanya Lo biasa biasa saja bahkan lebih buruk"

Krek

Hati Lula terasa patah, kata kata yang Brian ucapkan itu begitu menyayat. Lula sadar kalau ia memang bukan perempuan cantik, namun setidaknya jangan menghinanya.

"Kalau tau gue menikah sama si jelek buruk rupa kayak Lo, nggak akan gue terima, sakit sakitin mata aja liat lo"

"Maaf, aku tau aku nggak cantik bahkan jauh dari tipe kakak mungkin, tapi seenggaknya aku juga manusia yang punya hati kak, aku juga ingin dianggap ada" balas Lula dengan suara yang lemah dan pelan namun masih di dengar jelas oleh Brian

Rasanya ia sudah tidak kuat lagi mendengar hinaan itu, selama di keluarganya ia diam karena ia sedikit menghargainya namun sekarang Lula sudah tidak bisa lagi, apalagi laki laki itu orang asing yang tiba tiba masuk ke hidupnya namun tetap saja kekuatan itu hanya dari dalam bukan dari luar.

"Pintar, Lo sadar kalau Lo emang bukan tipe gue bahkan jauh sekali, kita dipasangkan kayak bumi dan langit, ingat itu" ujar Brian merendahkannya

"Terserah kakak nilai aku apa, aku nggak peduli" balas Lula dengan suara yang sedikit meninggi

Plak

"Pelankan suara Lo kalau mau ngomong sama gue" sekarang laki laki itu yang meninggikan suaranya

Lula tak percaya bahwa laki laki itu menamparnya dengan lumayan keras. Ia terdiam mencerna semuanya, apa apaan ini. Sedangkan Brian yang baru saja menampar Lula pun biasa biasa saja. Laki laki itu mendekati Lula dan menarik rambutnya.

"Bicara sama gue jangan meninggikan suara, kalau Lo berani malanggarnya maka Lo akan menerima balasannya" laki laki itu pun meninggalkan Lula yang masih terdiam itu.

Di dalam hatinya, Lula tak henti menyemangati dirinya sendiri. Bahkan ia pernah mendapatkan perlakuan yang lebih dari ini, lihatlah sekarang ia masih hidup juga. Itu hanya tamparan, cuma kecil.

Hasse es zu LiebenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang