14🍁 Peduli kah?

594 27 0
                                    

Kepergian Lula dari rumah itu mengantarkannya pulang ke rumah Brian. Ia menaiki taxi yang kebetulan ada di luar gerbang. Ia tak sanggup lagi untuk meneruskannya, apalagi keadaan pipinya begitu perih saat akan bicara.

Setibanya di rumah, Lula segera membersihkan dirinya dan berendam di dalam bathtub berisikan air hangat dengan aroma strawberry kesukaannya. Cukup lama ia berendam di dalamnya menyejukkan pikirannya namun malah menambah rasa sakit.

Tak mau berlama lama, gadis itu pun segera menyelesaikan mandinya dan langsung memakai pakaian gantinya di dalam kamar mandi. Saat tiba di luar kamar mandi ia mendapati kalau Brian sudah ada di dalam kamar di atas ranjang sambil menatap tab nya.

Lula hanya diam saja tanpa menyapa ataupun mengajak bicara, sudah cukup baginya untuk berbicara hari ini.

"Mau kemana Lo" tanya Brian saat Lula akan membuka pintu balkon

"Mau cari udara malam" jawabnya tanpa menoleh pada laki laki itu

"Tidur" suruh Brian

"Duluan aja kak" balas Lula kemudian tetap pada tujuannya, gadis itu membuka pintu balkon dengan lembut agar tidak menganggu Brian.

Kaki lemahnya mengisyaratkan untuk duduk di ayunan rotan itu, Lula pun mengikutinya. Ia duduk mencari kenyamanan di atas ayunan itu, dengan mata yang mencoba terpejam. Lula ingin menghilangkan semua hal yang menyakitinya namun nyatanya malam menambah rasa sakit.

Di malam yang sunyi nan indah ini Lula berdoa pada yang maha kuasa. Apa kepasrahannya selama ini masih belum cukup atau bagaimana.

Lelah, pastinya.

Menyerahkan pun ia sudah mencoba namun ada saja yang menghalanginya. Lula bahkan sudah pernah beberapa kali ingin bunuh diri namun ada ada saya yang menghalanginya, mungkin Allah sayang pada nyawanya sehingga diberi keselamatan.

"Masuk, udah malam" Brian memerintahkan Lula untuk masuk ke dalam kamar

"Duluan aja kak" tolaknya, ia masih ingin menikmatinya

"Masuk atau gue kunci" ancam laki laki itu

Lula menyerah pada pendiriannya, ia melangkah masuk ke dalam kamar kemudian mengunci pintu balkon. Melihat Brian yang menatapnya tajam dari atas ranjang membuat Lula menundukkan wajahnya, ia takut kalau Brian mengintrogasi lagi.

"Tidur" ucap Brian, Lula pun berjalan ke samping ranjang kemudian naik ke atas ranjang dan membaringkan tubuhnya dengan sempurna.

Kelopak mata Lula yang paham kalau pemiliknya sangat ingin menutupnya segera bekerja. Matanya tertutup rapat, ia tertidur dengan keadaan yang tidak bisa dikatakan baik baik saja. Bahkan pipinya mulai membekas menjadi kebiru biruan.

Di hari kecilnya Brian sangat kasihan pada gadis itu namun ia terlalu gengsi untuk melakukan nya. Percayalah melihat gadis itu menentang keluarganya, ia merasa iba. Laki laki itu kita Lula adalah gadis lemah yang mau mau saja bahkan bisa dibodoh bodohi , ternyata ia lebih kuat dari perkiraannya.

"Maaf" ujar Brian pelan sambil memperbaiki selimut Lula

Cup

Laki laki itu mengecup kening sang istri dengan sayang. Entah dorongan dari mana ia merasa kalau itu harus ia lakukan. Setelah mencium kening Lula, Brian kembali pada posisinya dan kembali melanjutkan pekerjaannya.

Akhirnya pekerjaan Brian selesai juga, jam sudah menunjukkan jam 1 malam, namun nyatanya masih belum bisa tertutup. Dengan langkah pelan ia bangkit dari ranjang dan berjalan ke dapur, mungkin sedikit minum air hangat akan membuatnya merasa tertidur.

Hasse es zu LiebenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang