Seminggu sudah berlalu
Lula kembali ke sekolahnya, dengan hati yang begitu gembira. Ia rindu dengan Lika dan Ica, sahabatnya. Dengan langkahan kaki yang menapaki lantai koridor dan hati yang gembira, gadis itu melewati beberapa siswa siswi yang menatapnya aneh dan juga ia mendengar bisikan bisikan yang sepertinya ditujukan padanya.
Awalnya ia tak menghiraukannya, namun mereka semakin menjadi jadi. Bahkan secara terang terangan menapakkan nya di hadapan Lula.
"Marta" panggil Ica dan Lika yang datang bersamaan dari arah yang berlawanan dengannya
"Iya" balas Lula
"Welcome back" ujar Lika yang dibalas senyum manis milik Lula
"Kalau boleh tau, mereka kenapa natal aku aneh gitu" tanya Lula pada kedua sahabatnya itu
"Sejak Lo nggak masuk, banyak yang terjadi ta" ujar Lika membuat Lula menatap Lika penasaran dengan maksud gadis itu
"Salah satunya, kamu dikatain wanita yang bersembunyi di balik keluguan mu" ucap Ica
"Apalagi Lo di skors" timpal Lika
"Oh karena itu, aku paham" hanya itu yang Lula ucapkan, ia pun heran kenapa mereka bisa menyimpulkan sesuatu yang tak mereka ketahui kenyataannya
Tapi satu hal yang ada di dalam diri Lula memberontak, membiarkan ucapan orang orang tanpa menghiraukannya. Lagian ucapan mereka semua ada benarnya juga, Lula memang bersembunyi dibalik keluguannya.
Berdesir di pikirannya untuk membongkar identitasnya, namun ia lupa kalau nyatanya ia bahkan tak dianggap di keluarga yang mau ia bangga banggakan. Hal itu yang menyurutkan niat Lula, biarlah mereka semua menganggapnya apa pun.
"Kita ke kelas aja ya" ajak Ica yang tau gimana perasaan Lula
"Iya ta, kita ke kelas aja" Lika membenarkan ucapan Ica
Ketiganya berjalan bersama menuju kelas, di perjalanan menuju kelas pun Lula masih dicemooh kan, namun kedua sahabatnya mengucapkan kata kata menenangkan padanya, hal itu yang menguatkan Lula untuk terus bertahan.
Di ambang pintu kelas, ia berpapasan dengan tata yang ingin keluar dari kelas. Di saat itu juga, tata menatap Lula dengan smirk kemenangan, menganggap kalau Lula kalah dan ia menang. Lula pun tau apa maksud gadis itu namun ia tak bisaa berbuat apa apa untuk sekarang.
Selama pelajaran berlangsung, pikiran Lula bercabang cabang. Gadis itu memang berada di kelas namun tidak dengan pikiran dan hatinya. Semuanya berkeliaran kemana mana meninggalkan raganya yang ada namun tak bernyawa.
"AMARTA KELUAR DARI KELAS SAYA" pekik seorang wanita paruh baya dari tempatnya berdiri, dengan tatapan mata yang tajam dan wajah yang merah padam menahan amarahnya
"Ma maaf buk" Lula tersadar kalau ia melamun di jam pelajaran
"Get out"
"Baiklah, maaf buk" Lula pun meninggalkan kelas dengan gemuruh hati yang tak tenang
Gadis itu kehilangan arah, tak tau mau kemana. Ini jam pelajaran, semua lorong sekolah sepi. Kaki jenjang itu membawa tubuh malang itu ke taman belakang sekolah yang diyakini jarang ada orang yang mau ke sana.
Sesampainya di sana, Lula menduduki dirinya di salah satu kursi yang keliatannya masih lumayan kokoh. Ia mengeluarkan hpnya dan menyetel lagu kesukaannya. Sambil memejamkan matanya, Lula mengiringi lagu itu dengan suara khas miliknya yang merdu.
Di dalam lamunan tidurnya, ia tak henti hentinya memikirkan hal hal yang ia pikirkan di dalam kelas tadi. Lula bingung dengan langkah apa yang akan ia ambil, apakah ia akan membiarkan Lika menjalankan rencananya atau ia akan melawannya dan membiarkan semuanya terbongkar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasse es zu Lieben
RomanceHasse es zu Lieben adalah bahasa Jerman benci untuk mencintai "Apa aku anak kalian"tanya gadis itu dengan air mata setengah mengering "Bukan, karena kami tidak pernah memiliki seorang anak yang berani membantah perintah orang tuanya" ujar Alberto t...