28🍁 Kebencian yang Mendarah

687 30 0
                                    

Di pagi hari yang cerah, Brian terbangun dengan malas. Laki laki itu masih senang berguling guling ke samping kanan dan kiri. Sampai akhirnya ia mengingat sesuatu, dengan sekali sentakan ia bangun dari tidurnya dan langsung duduk.

Hal yang pertama ia lakukan adalah melihat selimut yang melorot ke bawah, menampakkan tubuh bagian atasnya yang tak mengenakan penutup.

"Apa yang terjadi" ujarnya pelan

"Dia kemana" tanya nya lagi menengok ke samping tempat tidur

"Goblok, Lo lepas kendali bangsat" umpat Brian sambil meremas rambutnya kasar

Seketika beberapa potongan kejadian semalam berputar di kepalanya. Brian merasa sedikit bersalah dengan Lula yang sudah menyuruhnya berhenti, namun laki laki itu gelap mata membiarkan nya tanpa menghiraukan kesakitan Lula.

Dengan buru buru laki laki itu langsung ke kamar mandi, tak lupa membawa baju gantinya. Cukup lama ia di dalam kamar mandi karena ia membutuhkan air hangat untuk merilekskan tubuhnya.

Setelah merasa cukup, Brian segera membilas tubuhnya dengan air bersih. Ia mengambil handuk yang memang sudah standby di kamar mandi. Setelah mengelap semua tubuhnya, ia berjalan ke walk in closed mencari baju gantinya.

Pilihan Brian terarah pada salah satu baju santainya, berwarna hitam. Sebersalah salahnya Brian, di hati kecilnya ada sedikit rasa yang tak mampu ia jabarkan. Ia tak mengutuk kejadian semalam sepenuhnya.

"Dimana Lula" tanya Brian saat sampai di lantai bawah, ia bertanya pada Ros yang sedang bersih bersih

"Saya tidak tau tuan, sejak pagi saya tak melihat nona Lula" jawab Ros

Brian pun mengangguk dan berlalu begitu saja meninggalkan Ros. Ia memutuskan untuk ke ruangan cctv, tidak mungkin rumah sebesar ini tidak memiliki cctv. Brian duduk di hadapan komputer itu, ia memainkan tangannya dengan lihai.

Dan benar saja, ia melihat Lula pergi dari rumah di jam yang larut malam. Dapat Brian lihat keadaan perempuan itu acak acakan. Setelah mengetahuinya ia menelepon seseorang.

'cari tau dimana dia, dan awasi apa yang dia lakukan' pintanya

Setelah memastikannya, Brian kembali keluar dari ruangan itu. Ia hari ini akan berangkat ke kampusnya, untuk itu ia akan sarapan terlebih dahulu baru pergi ke kampus.

Masalah Lula akan ia pikirkan lagi nanti, yang penting untuk sekarang ia sudah mengerahkan suruhannya untuk mencari dan memantau Lula. Lihatlah nanti kalau ia menemukan Lula, maka ia akan memberikan hukuman pada perempuan itu yang sudah berani meninggalkannya dan pergi tanpa pamit terlebih dahulu.

Sarapannya pun sudah selesai, Brian mengambil tasnya ke kamar dan tak lupa juga dengan kunci mobilnya. Ia bersiap siap berangkat ke kampus, karena hari ini ada hal penting yang dosennya sampaikan dan itu menyangkut skripsinya.

Dengan gagah dan sempurna, Brian menaiki mobil sport miliknya. Laki laki itu membius siapa saja yang melihatnya, aura ketampanan laki laki itu begitu semerbak menembus. Lihatlah saat ia turun dari mobilnya di parkiran kampus, semua mata perempuan melotot ke arahnya yang dianggap angin lewat olehnya.

"Ada kelas jam berapa Lo" tanya Yuda

"Temuin pak Harto" jawab Brian

"Ngapain" tanya Angga

"Skripsi" jawab Brian

"Oohhh" ujar Angga dan Yuda bersamaan

"Si kembar" tanya Brian

"Nggak tau kita, belum datang mungkin" ujar Yuda

Tak lama kemudian orang yang mereka omongkan, datang. El dan Revano turun bersamaan dan mendekat ke arah sahabatnya itu. El menatap Brian yang juga menatapnya. Terjadilah tatap tatapan diantara keduanya yang hanya mereka saja yang mengerti.

Hasse es zu LiebenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang