Hari, Minggu, bulan dan tahun berlanjut pada semestinya. Keadaan memang berubah tapi tidak dengan rasa yang telah kokoh dan terkunci. Waktu mengajarkan kita untuk melupakan apa yang telah terjadi, apalagi hal itu menyakiti diri kita sendiri.
Cinta antara dua insan yang dipaksa selesai dan berhenti oleh alam, membawa banyak luka. Hal itu lah yang di membuat Brian bertahun tahun menyibukkan dirinya berusaha mengabaikan apa yang seharusnya ia abaikan.
"Woii, meeting" panggil seseorang yang tiba tiba saja masuk ke dalam ruangan Brian tanpa salam dan sapaan
"Berisik" ketusnya kemudian berdiri dari duduknya dan keluar melalui pintu meninggalkan orang yang mengganggunya tadi
"Tungguin Napa" kesal orang yng ditinggalkan itu
Hari ini entah kebetulan atau takdir, Brian meeting dengan sahabat sahabat nya. Siapa lagi kalau bukan, Rangga, Yuda dan si kembar dan yang tiba tiba masuk ke dalam ruangannya itu adalah Rangga.
Sesampainya di ruang meeting semuanya diam dan memulai meeting sesuai ketentuannya. Dalam hal ini mereka bersikap profesional, tidak ada candaan atau pun sapaan seperti mereka di luar.
Akhirnya meeting pun kelar, sekretaris masing masing mereka sudah duluan keluar atas perintah atasan mereka. Dan seekarang tinggallah mereka berlima di sana.
"Makan yok" ajak Yuda
"Setuju, ini juga udah waktunya makan siang" ujar Rangga membetulkan
"Ya udah, diamana nih" tanya Revano
"Cafe Lo aja El, kan lumayan gratis" saran Rangga yang langsung di tatap tajam oleh pemilik nama itu
"Setuju gue" ujar Revano tanpa dosa, padahal El sudah menatapnya kesal
"Berbagi Napa El" ucap Rangga tersenyum sok manis
El pun mengangguk dan ketinganya berteriak senang. Padahal untuk sekedar makan mereka nggak akan bangkrut dan uang mereka tak akan berkurang. Prinsip mereka kalau ada yang gratis kenapa harus bayar.
Pemilik masing masing perusahaan itu menaiki mobilnya masing masing, jangan salah dengan merek nya. Tak ada di antara mereka yang memakai mobil biasa biasa. Si kembar dan Brian memakai mobil yang setipe namun berbeda warna. Hal itu karena tuan Rama, daddynya Brian memberikan mereka hadiah pada saat mereka wisuda.
"Balap yok, siapa yang kalah harus menuruti satu permintaan yang menang" ujar Rangga saat akan menaiki mobilnya dan langsung memacunya meninggalkan sahabat sahabatnya yang cengo di tempat maisng masing
Mobil yang di kendarai Rangga pun sudah memacu jalanan, bodynya sudah tak kellihatan lagi. Dan merwka yang ditinggalkan pun langsung memaauki kobilnya masing masing, mengejar Rangga yang melakukan kecurangan.
Dan hasilnya, kemenangan berada di tangan El dan kekalahan berada pada Brian. Baru kali ini ia kalah, itu pun karena ada suatu alasannya.
"Tumbenan Lo kalah yan, biasanya mah unggul terus" ujar Yuda saat mereka sudah turun dari mobilnya masing masing
"Ada kendala dikit" jawabnnya enteng
"Sesuai kesepakatan, yang menang berhak meminta apa pun pada yang kalah" ujar Rangga
"Lo curang" dengus Revano
"Bodo amat, gue panitianya" setelah mengucapkan itu Rangga langsung masuk ke dalam cafe milik El meninggalkan sahabatnya yang masih berdiri menatap punggung laki laki itu beranjak
Saat masuk ke dalam cafe mereka sangat di hormati oleh pegawai El karena mereka tau siapa yang bersama El setiap saat itu.
"Mau pesan apa tuan" tanya salah satu pegawai menghampiri meja mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasse es zu Lieben
RomanceHasse es zu Lieben adalah bahasa Jerman benci untuk mencintai "Apa aku anak kalian"tanya gadis itu dengan air mata setengah mengering "Bukan, karena kami tidak pernah memiliki seorang anak yang berani membantah perintah orang tuanya" ujar Alberto t...