Sedikit demi sedikit semua masalah terpecahkan dan semua rahasia sudah terbongkar, tidak selamanya kesedihan menghiasi, pasti akan ada bahagianya walaupun datang di akhir. Roda hidup pasti akan berputar, layaknya siang dan malam.
Hari ini keluarga Pramatya dan Bagaskara ingin mengadakan makan besar yang tempatnya di rumah Brian dan Lula. Jamuan itu atas kemauan Lula, ia ingin merasakan apa yang sejak dulunya ia impikan.
"Makanannya udah semua" tanya Brian menghampiri Lula yang saat ini sibuk menata makanan
"Udah kok" jawab Lula
Brian tak menghentikan tatapannya pada Lula, wanita itu terlihat sangat cantik. Brian merasa bersyukur telah diberikan wanita kuat sepertinya, dan ia benar benar menyesal telah mengacuhkan Lula. Dan sekarang ia berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak menyakiti wanita itu lagi.
"Ngapain natap aku gitu" tanya Lula yang menyadari tatapan Brian padanya
"Nggak kok, kamu beda aja hari ini" jawab Brian
"Jangan mulai ya kak" dengus Lula
"Aku jujur sayang"
Blush
"Malu" rengek Lula memeluk Brian yang terkekeh melihat tingkah istrinya itu
"Wah ada acara apaan nih" ujar seseorang yang tiba tiba saja masuk menerobos ke dalam rumah
"Bang vano ngagetin aja" kesal Lula melepaskan pelukannya dari Brian
"Kalian kalau mau itu ya ke kamar jangan di sini, kita udah dari tadi ya manggil manggil pemilik rumah, tapi nggak ada jawaban tuh" ujar Revano
"Eh mama, papa, mommy Daday apa kabar" sapa Lula menyadari kedatangan kedua orang tua nya bersama kedua mertuanya, tak lupa juga ia menyalami tangan keempat paruh baya itu
Brian pun mengikutinya, ia juga ikut menyapa orang tua dan mertuanya. Setelah acara sapa sapaan itu, Lula mengiring mereka untuk duduk di kursi makan, karena sepertinya mereka akan makan terlebih dahulu sebelum mengobrol panjang.
Semua hidangan yang Lula siapkan sangat disukai oleh mereka, bahkan candu. Brian saja tak henti mengambil makanan yang menjadi kesukaannya, tak berniat membaginya dengan yang lain.
Mereka menikmati makan malam itu dengan tertib tanpa pembicaraan dan tanpa suara kecuali suara sendok dan garpu yang bergesekan dengan piring. Aturan memang tetaplah aturan yang dijunjung tinggi di kedua keluarga besar itu, karena hal itu bentuk kesopanan mereka.
Setalah semua makanan di piring masing tandas, para orang tua laki laki beserta Brian memilih menepi ke ruang tamu. Sudah pasti mereka akan membahas tentang pekerjaan, itu memang tak dapat dipungkiri. Tak hanya ketiga orang itu tapi si kembar juga ikut, walaupun tadinya sempat berniat bermain game bersama ava, tapi tidak jadi karena ava di paksa ikut bergabung oleh Abang dan daddy-nya, begitu pun si kembar di paksa oleh papanya.
"Bagaimana perusahaan mu nak" tanya Alberto pada Brian membuka pembicaraan
"Baik baik aja kok pa" jawab Brian seadanya
"Syukurlah, papa bangga sama kamu yang sangat pekerja keras" ucap Alberto
"Makasih pa" jawab Brian
"Kembar kalian gimana, aman kan" sekarang Rama yang bertanya pada si kembar
"Aman kok dad" jawab keduanya kompak
"Lo gimana va" ejek Revano pada ava yang hanya diam menyimak saja
"Lo liat aja ya, nanti kita akan bersaing secara jantan" kesalnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasse es zu Lieben
RomansaHasse es zu Lieben adalah bahasa Jerman benci untuk mencintai "Apa aku anak kalian"tanya gadis itu dengan air mata setengah mengering "Bukan, karena kami tidak pernah memiliki seorang anak yang berani membantah perintah orang tuanya" ujar Alberto t...