Setelah meninggalkan Lula sendirian di gudang, tata langsung pulang dari sekolah dengan mobil sport pribadi miliknya. Setibanya di rumah, gadis itu tak sengaja melihat Alberto dan Amelia yang sedang duduk di ruang tamu, dengan langkah pasti ia pun segera mendekat.
"Udah pulang sayang" tanya Amelia saat tata menghampirinya dan langsung duduk di sampingnya
"Udah ma" balas tata dengan suara lemahnya
"Kamu baik baik aja kan" sekarang Alberto yang bertanya
"Ya gitu pa" jawabnya kemudian mendongakkan kepalanya menatap pasangan paruh baya itu
"Pipi kamu kenapa" tanya Amelia
"Nggak papa kok ma" jawab tata pelan
"Jangan bohong sayang" balas Amelia sambil mengusap pelan pipi anaknya itu dengan sayang
"Nggak papa ma, nggak sakit juga kok" elaknya lagi, padahal di dalam hatinya ia tersenyum bahagia.
'permainan selanjutnya akan dimulai kembaran tersayang' bisik gadis itu di dalam hatinya
"Bilang sama papa, siapa yang udah tampar kamu" tanya Alberto pada tata yang kembali menunduk seolah ia takut
"Aku nggak mau kembaran aku kenapa napa" bisiknya pelan
Alberto dan Amelia langsung membulatkan kedua mata mereka, kebenaran apa yang telah mereka dengar. Lula yang terlihat tidak ada dendam tiba tiba saja berlaku jahat pada tata. Hal itu seperti tidak mungkin, namun mau bagaimana lagi.
"Dia apain aja kamu" tanya Alberto
"Aku di tampar pa, sakit" ujarnya lirih
Alberto mendekati tata dan duduk di samping kanannya sambil mengusap pelan pipi tata yang meninggalkan bekas merah itu. Tata yang dihisap lembut pun tersenyum bahagia, rencananya berhasil tanpa harus turun tangan langsung.
Pembalasan yang paling menyakitkan itu ketika orang yang kita sayangi mulai mempercayai orang lain yang menjadi musuh kita. Rasanya akan jauh lebih sakit dari pada dibunuh langsung oleh musuh.
"Kita akan kerumah dia nanti, kamu bersih bersih gih terus istirahat" ujar Amelia
"Jangan ma, aku nggak mau kembaran aku kenapa napa, mungkin dia hanya kesal karena aku tiba tiba muncul, aku sedih lihat dia terus natap aku seperti musuhnya" ujar tata sambil menggelengkan kepalanya menolak namun di dalam hatinya beda cerita
"Nggak bisa, dia harus dikasih tau" ucap Alberto
"Ma," rengek tata kemudian di jawab gelengan oleh Amelia tanda ia tidak bisa menolak ucapan suaminya.
Tata pun tersenyum pada kedua orang tuanya kemudian pamit ke kamar bersih bersih. Setibanya di kamar luas yang indah itu, tata melempar asal tasnya ke sembarangan arah kemudian duduk manis di ujung ranjang sambil tersenyum manis seolah ia memenangkan lotre.
Gadis yang apabila orang hanya melihatnya saja akan mengira kalau gadis itu gadis baik, namun orang tertipu oleh tampang manisnya itu. Luarnya bak Dewi namun di dalamnya bak malaikat maut yang mengerikan.
Tata berjalan ke kamar mandi sambil membawa baju gantinya, ia malas untuk mengganti baju di ruangan ganti. Di dalam kamar mandi gadis itu berendam dengan aroma bunga bunga. Percayalah di dalam otak kecil gadis itu, ada banyak rencana yang akan ia jalankan.
Otak licik gadis itu kembali bekerja, mencari permainan lain yang lebih wau dari ini. Permainan yang pada akhirnya kembarannya itu membenci dirinya sendiri dan lebih memilih menyerah kemudian pergi selama lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasse es zu Lieben
RomanceHasse es zu Lieben adalah bahasa Jerman benci untuk mencintai "Apa aku anak kalian"tanya gadis itu dengan air mata setengah mengering "Bukan, karena kami tidak pernah memiliki seorang anak yang berani membantah perintah orang tuanya" ujar Alberto t...
