26🍁 Lagi?

616 23 0
                                        

Di kediaman Pramatya, seorang gadis dengan senyum liciknya sedang berjalan lambat menuju pintu utama. Gadis itu seperti mendapat harta Karun besar, karena sejak turun dari mobilnya ia tersenyum bahagia.

Setelah membuka pintu, gadis itu menelusuri setiap sudut dan ia mendapati kalau keluarga itu sedang berkumpul di ruang tamu.

"Sudah pulang sayang" tanya seorang wanita paruh baya mendekati gadis itu, tak lupa dengan mengusap pelan rambutnya penuh kasih sayang.

"Udah ma" balas gadis itu mengikuti sang mama duduk kembali

"Maaf ma, pa, kak El, kak Revano tadi aku liat Lula di club ***" ujar tata menundukkan seolah olah ia merasa bersalah memberitahunya

"Ngapain dia ke sana" tanya Revano

"Aku juga nggak tau kak, aku pikir dengan kakak yang menegurnya dia akan mengerti" ucap tata

"Gue nggak percaya kalau Lula berada di sana" ujar Revano lagi

"Kalau kakak nggak percaya, kakak bisa ke sana, mungkin dia masih ada di sana" ucap  tata

"Kalau itu nggak benar, awas kamu" ancam El langsung bangkit dari duduknya diikuti Revano, tata yakin kalau si kembar pasti akan ke sana

Benar saja, si kembar pergi ke club yang dimaksud tata. Pas mobilnya terparkir tak jauh dari pintu club, ia melihat Lula yang berjalan membelakangi pintu club itu. Jadi sepertinya Lula seakan baru keluar dari sana.

Melihat hal itu, si kembar langsung keluar dari mobil dan langsung menarik paksa tangan Lula yang bebas itu. Lula yang di tarik paksa merasa shock dengan kedatangan kakaknya. Banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya namun ia tepis karena sentakan kuat dari kakaknya.

Setelah menjauh dari tempat itu, si kembar menghempaskan tangan Lula dan menatapnya tajam. Terlihat amarah keduanya yang sama sama membara.

"Siapa yang ngajarin Lo main ke sana" tanya Revano

"Kerja Lo di sana" tuduh El dengan suara dinginnya

"Gu gue"

"Apa Brian nggak cukup ngasih Lo uang" tanya Revano langsung memotong ucapan Lula

"Bu bukan gi"

"Di bayar berapa Lo" tanya El langsung memotong ucapan Lula, mereka tak membiarkan Lula untuk mengelak ataupun menjelaskan keadaan sebenarnya, mereka hanya menyimpulkan apa yang mereka lihat, tanpa mau mendengarkan alasan kenapa Lula bisa berada di sana

Plak

"Gue nggak serendah itu asal lo tau" ujar Lula penuh penekanan setelah menampar El yang menurutnya sangat keterlaluan

"Kalau pun orang lain yang liat Lo ada di sini, pasti mereka juga menyimpulkan hal yang sama dengan kita" ujar Revano, Lula diam sambil meredam emosinya, terlihat dari kepalan tangannya

"Kenapa diam, benar" tuduh El sambil menatap mata Lula dengan tajam

"Percuma gue jelasin kalau Lo hanya menyimpulkan apa yang Lo liat bukan apa yang Lo tau" balas Lula membalas tatapan El dengan tak kalah tajamnya, ia tidak salah untuk apa ia merasa bersalah

"Nggak usah ngelak, kalau iya bilang iya" ucap Revano menatap wajah Lula dengan tak kalah dinginnya

"Kalau iya kenapa" ujar Lula menantang, percuma juga kan untuk menjelaskan, lebih baik membenarkan saja, lebih cepat selesainya dari pada jujur namun di paksa untuk berbohong

Plak

"Papa, mama dan kita nggak pernah ngajarin Lo untuk jadi perempuan murahan, keluarga kita keluarga terpandang perlu Lo ingat" ujar El dengan penuh penekanan

Hasse es zu LiebenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang