Seminggu kemudian
Waktu memang berjalan, namun kondisi Lula masih diam di tempat. Perempuan itu masih terkunci dengan diamnya, seakan akan ia bisu. Jika Brian maupun Ros bertanya, perempuan itu hanya menjawabnya dengan mengangguk atau nggak menggeleng.
Brian sudah kehabisan cara untuk membujuk perempuan itu, bahkan dengan cara kasar pun sudah ia tempuh tapi hasilnya tetap saja di tempat. Brian seperti hidup dengan patung, di ajak bicara cuma mengangguk dan menggeleng dan di suruh pun ia cuma mengangguk.
Sampai pada batasnya, Brian mengajak Lula melakukannya. Tetap saja Lula hanya diam, tidak membantah atau pun mengiyakannya.
"Lo kenapa sih ta" tanya Lika
"Nggak papa" jawab Lula
Perempuan itu memang sudah masuk sekolah sejak kemaren. Lula diizinkan sekolah oleh Brian, mungkin dengan bertemu temannya perempuan itu akan seperti sedia kala. Tapi ternyata dia salah, Lula juga masih diam. Begitu pun saat Ica dan Lika bertanya ia cuma menjawab nggak papa, begitu seterusnya.
Tes
Tes
"Kenapa kamu nangis ta" tanya Ica
Kedua sahabatnya sangat mengkhawatirkan keadaan Lula. Mereka pun sudah ikut membujuk Lula agar mau berbicara kembali, bukan seperti patung yang hanya bisa diam.
"Jangan bilang nggak papa lagi" potong Lika saat Lula ingin menjawabnya
"Kalau Lo masih diam juga, nggak usah temanan sama kita lagi" ancam Lika
"Aku ke toilet" pamitnya yang tak diindahkan oleh Lika
Sesampainya di toilet, perempuan itu dihadang kembali oleh tata, tapi gadis itu hanya sendiri. Tidak seperti biasanya yang diikuti oleh Bianca cs.
"Lo kalah" ejek tata di hadapan Lula
"Terkadang orang diam itu lebih licik dari pada orang yang banyak omong" balas Lula
"Terserah Lo, yang penting untuk sekarang Lo di bawah gue, makanya jangan pernah main main sama gue" ucap tata dengan wajah tersenyum penuh kemenangan
"Kita liat aja permainan belum selesai, terkadang kita harus terlihat lemah dulu agar lawan lemah dan hal itu akan memudahkan kita menusuknya, nggak dari belakang tapi dari depan" balas Lula kemudian kembali melanjutkan jalannya ke kamar mandi
Di luar, tata terus menggerutu keberanian Lula yang sangat sulit untuk dia pudarkan. Lihat saja, padahal perempuan itu sudah kalah masih saja mengejek seolah permainan belum selesai.
"Lihat saja, Lo akan lebih parah dari ini" gumam tata kemudian meninggalkan toilet itu
Dan di dalam kamar mandi, Lula menumpahkan segala luka dan laranya. Semuanya sudah menjadi satu, tidak terbentuk lagi. Segala mimpi dan impiannya untuk bahagia lenyap seketika akibat kedatangan seseorang yang masuk dengan tiba tiba.
Sudah hampir setengah jam lamanya Lula meratapi dirinya, setelah merasa sedikit lebih baik Lula pun keluar dari kamar mandi dan mencuci wajahnya dengan kasar.
Saat akan keluar dari toilet, perempuan itu tak sengaja berpapasan dengan zero yang kebetulan juga baru keluar dari toilet laki laki yang bersebelahan dengan toilet perempuan.
"Nggak papa" tanya Zero
"Hmm" balas Lula
"Ikut gue yuk" ajak Zero
"Kemana" tanya Lula
"Kemana aja, asalkan Lo baik baik aja" jawab Zero
Lula pun mengangguk mengikuti langkah Zero yang membawanya ke arah tangga, di lihat lihat Zero membawanya ke pantai atas.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hasse es zu Lieben
Storie d'amoreHasse es zu Lieben adalah bahasa Jerman benci untuk mencintai "Apa aku anak kalian"tanya gadis itu dengan air mata setengah mengering "Bukan, karena kami tidak pernah memiliki seorang anak yang berani membantah perintah orang tuanya" ujar Alberto t...