Kejutan yang Brian dengar semalam membuatnya merasa sedikit beruntung mendapati perempuan yang bahkan menjaga harga dirinya. Setelah ungkapan kejujuran itu, Lula langsung saja naik ke ranjang meninggalkan Brian yang masih senyum senyum sendiri.
Dan di pagi weekend yang sangat cerah ini, Brian berinisiatif untuk berolahraga di ruang olahraga. Sedangkan Lula masih tidur nyenyak, tak menghiraukan apa pun yang Brian lakukan.
"Bi, kalau Lula udah bangun bilangin bawain aku minum ke ruang olahraga" perintah Brian saat mendapati Ros yang sedang membersihkan meja dapur
"Baik tuan"
Brian kembali melanjutkan langkahnya menuju ruang gym yang sudah ia buat dengan alat alat yang lengkap. Tidak hanya bisa digunakan oleh laki laki saja, namun bisa untuk perempuan juga.
Saat olahraga Brian lebih suka telanjang dada, menampakan dada bidang dan otot otot perutnya.
"Kak" panggil seseorang yang pastinya adalah Lula, Brian pun menghentikan olahraganya kemudian berjalan mendekati Lula
"Kakak nggak usah maju, biar aku aja yang kesana" Brian tau kalau Lula sangat gugup melihatnya yang telanjang dada
"Kenapa" tanya Brian balik sok polos terus mendekat ke arah Lula
"Ng nggak papa, minumnya aku taro di sana ya" ujar Lula sambil menunjuk meja yang ada di sana tanpa menatap lawan bicaranya
"Nggak usah gue langsung minum aja" tolak Brian menghentikan langkah Lula
"Ya udah kak, nih" Lula pun memberikannya pada Brian dan berniat kembali keluar
"Kemana" tanya Brian setelah mengambil gelas yang berisi minuman itu
"Keluar" jawab Lula tanpa menatap laki laki itu
"Duduk di sini atau gue tarik sendiri" ancam Brian setelah duduk di salah satu sofa yang di sediakan di sana
Lula yang gugup pun hanya bisa mengikutinya. Hal itu tak luput dari pandangan nya Brian, ia tersenyum tipis yang diyakini kalau Lula tidak akan melihatnya. Rasa bahagia yang tiba tiba saja muncul di dalam hatinya, membuat Brian selalu ingin tersenyum.
"Mau nonton nggak" ajak Brian
"Nonton dimana kak" tanya Lula tanpa menatap lawan bicaranya
"Tatap mata gue" pinta Brian yang mau tak mau harus Lula ikuti
"I iya" Lula pun mendongak menatap lawan bicaranya itu
"Mau kan" tanya Brian
"I iya mau" jawab Lula gugup
Brian yang mendengar jawaban Lula pun ingin tersenyum namun ia malah mementingkan gengsinya. Karena memang sudah sangat haus, Brian pun meminum minuman yang Lula bawakan di hadapan gadis itu.
Dengan cengo Lula melihat betapa gagahnya Brian saat jakunnya bergerak naik turun saat meneguk minum. Di tambah lagi dengan pahatan tubuh keringat nya, sungguh membuat Lula terpesona.
"Tutup mulut Lo, ilernya hampir keluar tu" ujar Brian, sang gadis itu pun gelagapan dan mencoba mengalihkan pandangan nya.
"Gue mandi dulu, terus kita sarapan bareng baru nonton di kamar" ucap brain
Kamar mereka memang dilengkapi dengan TV yang lumayan besar, jadi mereka bisa nonton tanpa harus turun ke ruang keluarga.
Brian pun meninggalkan Lula yang masih diam di sana, keheranan tak henti berkecamuk di pikirannya. Kenapa tiba tiba Brian mengajaknya menonton, bukan kah itu adalah hal aneh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasse es zu Lieben
RomanceHasse es zu Lieben adalah bahasa Jerman benci untuk mencintai "Apa aku anak kalian"tanya gadis itu dengan air mata setengah mengering "Bukan, karena kami tidak pernah memiliki seorang anak yang berani membantah perintah orang tuanya" ujar Alberto t...