Keesokan harinya, Lula bersikap seperti semula seolah kejadian kemaren adalah hal yang biasa dan tak mempengaruhi apa pun. Lihatlah sekarang gadis itu sudah siap dengan seragamnya, dengan senyum indahnya ia turun ke lantai bawah untuk sarapan.
"Hai bi" sapa Lula kemudian duduk di salah satu kursi yang ada di sana
"Iya non" setelah membalas sapaan Lula, Ros segera menyiapkan sarapan untuk gadis itu
Lula memakan sarapannya dalam diam, tak lama kemudian Brian turun dari lantai atas dan menghampiri meja makan. Lula yang menyadari kehadiran Brian pun hanya diam saja.
"Tuan mau bikin kopi" tanya Ros yang menghampiri Brian
"Iya tapi bukan kamu yang bikin tapi dia" ujar Brian kemudian menunjuk Lula yang lagi makan
"Kok aku" tanya Lula
"5 menit nggak siap, awas Lo" ancam Brian dan mau tak mau Lula segera membuat kopi untuk laki laki itu.
Gadis itu berjalan ke dapur diikuti oleh Ros, karena pasti Lula tidak tau dimana letak kopi atau pun gula. Setelah membuatnya, Lula segera membawanya ke hadapan laki laki itu.
Brian hanya menatap kopi yang Lula yang meletakkan kopi itu di hadapannya dan kembali ke tempat duduk nya. Tangan besar milik Brian segera menjangkau kopi bikinan Lula itu. Ia mencoba rasa kopi buatan Lula dan ternyata perkiraannya salah, kopi itu sangat enak dan pas di lidahnya.
"Kak aku pamit" ujar Lula kemudian berjalan ke dapur menemui Ros yang sedang berbesih bersih
"Bi aku pamit ya" ujar Lula kemudian menyalami tangan wanita paruh baya itu
"Iya non hati hati"
Gadis itu hanya mengangguk dan berlalu keluar dari dapur. Ia meneruskan jalannya ke luar rumah menunggu taxi yang sudah ia pesan. Beberapa saat kemudian taxi yang ia tunggu akhirnya datang.
Di tengah perjalannya ke sekolah, Lula melihat kalau mobil milik Brian melaju di samping taxi yang ia tumpangi itu. Dan di lampu merah mereka sama sama berhenti dan dekatan.
Dapat Lula lihat kalau laki laki itu sedang serius melihat jalanan dan sesekali melihat ke lampu merah. Lula baru menyadari kalau Brian itu sangat tampan namun sifatnya mengalahkan itu semua. Lula pikir Brian adalah laki laki yang tepat untuknya, namun nyatanya laki laki itu bahkan lebih kejam dari papanya.
"Sudah sampai mbak" ujar supir itu
Lula tersadar kalau ia sudah ada di depan gerbang sekolah, setelah membayarnya gadis itu segera turun, tak lupa mengucapkan terima kasih pada supir tersebut.
Di perjalanan ke kelasnya, Lula bertemu dengan Ica, jadilah mereka berjalan bersama ke kelas. Mereka berjalan sambil bercerita, tak sadar kalau mereka sudah hampir sampai ke kelas.
"Marta, Ica" panggil seseorang dari arah belakang mereka
Kedua gadis itu pun memutar tubuhnya 180°, ternyata Lika dengan cantiknya menatap mereka berdua dan berjalan ke arah mereka berhenti.
"Anterin ke kantor kepala sekolah dong" pinta Lika pada keduanya
"Baiklah, ayo" Lula dan Ica pun mengantar Lika ke kantor kepala sekolah, mereka menunggu sampai Lika keluar.
"Kelas berapa ka" tanya Ica
"11 IPA 1" jawab gadis itu
"Kita sekelas" ujar Lula dan Ica bersamaan
Mereka pun tersenyum menunjukkan kalau mereka bahagia, apalagi Lika yang baru masuk. Bel masuk berbunyi, mereka pun segara kembali ke kelas. Karena Lula dan Ica duduk bersama, maka Lika harus duduk dengan orang lain, tapi masih di depan meja Lula.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasse es zu Lieben
Roman d'amourHasse es zu Lieben adalah bahasa Jerman benci untuk mencintai "Apa aku anak kalian"tanya gadis itu dengan air mata setengah mengering "Bukan, karena kami tidak pernah memiliki seorang anak yang berani membantah perintah orang tuanya" ujar Alberto t...
