Apa yang Brian lakukan sangat membekas di hati Lula. Setelah paksaan itu, Lula langsung keluar meninggalkan Brian yang tertidur pulas. Gadis itu berjalan tertatih mengambil bajunya dan memakainya di kamar mandi.
Walaupun kakinya lemas, tak menghentikan langkahan kakinya untuk keluar dari kamar itu. Dengan pelan namun pasti, gadis itu keluar dari rumah malam malam tanpa pamit pada orang rumah.
Langkah kaki yang dipaksa itu, membawanya ke jalanan besar. Fikirannya pun sudah kosong, sudahlah rambut yang acak acakan, tanpa alas kaki pula. Sudah seperti gelandangan saja ia berjalan menelusuri gelap dan bisingnya malam.
"Gue benci semuanya, termasuk Lo yang udah gue anggap bisa lindungi gue" gumamnya pelan masih tetap melanjutkan jalannya
"Gue pengen mati aja, untuk apa gue hidup kalau nyatanya nggak ada yang perlu diharapkan lagi"
Bunyi ramainya kendaraan membuat Lula mencari kesadarannya. Ia tersadar karena perutnya sudah mulai lapar dan tenggorokannya sudah mengering. Lula juga melupakan kalau ia tak membawa sepersen pun uang dari rumah.
Di tengah tengah keinginannya untuk membeli minuman, ia pun memutuskan untuk menghentikan kakinya dan mendudukkan badannya di salah satu kursi yang kebetulan ada di sana.
Mata Lula bergerak liar, melihat banyaknya orang yang juga berlalu lalang di dekatnya. Dan matanya langsung terbelalak saat melihat seorang laki laki yang sepertinya mau di tabrak, terlihat dari gerakan mobil itu yang tertuju pada laki laki itu.
Awaaaaass
Brak
Lula berlari ke arah laki laki itu dan menariknya paksa, sehingga keduanya terjatuh ke tepi jalan diikuti oleh pekikan orang orang.
"Bapak nggak papa" tanya Lula khawatir
"Hmm" gumam laki laki itu pelan
"Ayo bapak saya bantu bangkit" ujar Lula membantu laki laki itu bangkit dan membawanya duduk di tempat ia duduk sebelumnya
Tak lama menduduki diri, tiba tiba saja banyak orang berjas hitam menghampiri mereka dan bertanya banyak hal pada laki laki itu, sepertinya bodyguard nya. Lula yang melihat itu hanya diam saja, tak berani bertanya karena wajah bodyguard laki laki itu sangat menyeramkan menurutnya.
"Kamu tidak apa apa" tanya laki laki yang sudah tak muda itu sambil menatap Lula yang menunduk
"Nggak papa pak" jawab Lula membalas tatapan milik laki laki itu
"Nama kau siapa" tanya laki laki itu
"Lula pak" jawab Lula kemudian meringis karena tiba tiba saja ia menekan tangannya yang ternyata dipenuhi oleh darah
"Saya akan antar kamu ke rumah sakit mengobati luka mu" ujar laki laki itu
"Nggak usah pak, nggak papa paling nanti juga membaik" ujarnya menolak
"Tidak, aku harus bertanggung jawab, masuklah ke mobil ku" laki laki itu tetap bersikeras mengantar kan Lula ke rumah sakit mengobati lukanya
"Tidak pak, saya baik baik saja, kalau gitu saya pamit ya pak lain kali jati hati" ujar Lula kemudian bangkit dari duduknya tanpa menghiraukan paksaan laki laki itu yang ingin mengobatinya
Laki laki paruh baya itu hanya bisa membiarkan anak perempuan itu pergi dengan terus menatap punggungnya. Ia merasakan ada hal yang mengganjal di hatinya, gadis itu mengingatkannya pada seseorang.
"Cari tau siapa dia" ujar laki laki itu dengan suara lantangnya
"Baik tuan" jawab salah satu dari mereka
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasse es zu Lieben
RomanceHasse es zu Lieben adalah bahasa Jerman benci untuk mencintai "Apa aku anak kalian"tanya gadis itu dengan air mata setengah mengering "Bukan, karena kami tidak pernah memiliki seorang anak yang berani membantah perintah orang tuanya" ujar Alberto t...
