Lula tidak jadi membeli es krim dengan abangnya karena ia lebih dulu ditarik oleh Brian dan langsung membawanya pulang ke rumah mereka. Wanita itu sudah berusaha memberontak namun tak memiliki hasil, Brian lebih kuat darinya dan lebih berkuasa.
"La, gue mau bicara serius" ujar Brian serius saat keduanya memasuki rumah mereka
"Hmm" gumamnya yang mampu di dengar oleh Brian
"Mari kita mulai dari awal" ajak Brian dengan sekali tarikan nafas, menatap manik mata wanita yang saat ini berhadapan dengannya
"Maksudnya gimana" tanya Lula, ia ingin memperjelas pendengarannya, ia takut kalau telinganya salah mendengar
"Kita mulai dari awal, dan lupakan apa yang pernah terjadi" ujar Brian yang mampu di dengar jelas oleh Lula
"Maaf, " balas Lula menggantung ucapannya
"Kenapa" tanya Brian dingin
"Maaf, tapi aku takut memulai kembali, dengan orang yang sama dan pada akhirnya kecewa kembali" jawab Lula menunduk menghindari tatapan Brian yang sangat mengerikan itu
"Maaf" hanya itu yang bisa Brian katakan saat ini
"Apa alasan kakak ingin mengikatnya lagi, bukankah dulunya kakak sangat ingin pertalian ini putus" tanya Lula menerawang ke masa lalu, dimana ia berjuang membangun kepercayaan orang, sendirian tanpa bantuan siapa pun
"Lo" jawab Brian menatap wajah Lula yang masih mencerna jawaban Brian
"Aku nggak ngerti" tanya Lula
"Gue cinta sama Lo, gue tau Lo ada dimana selama ini tapi gue sadar kalau Lo juga butuh kebebasan, gue tetap pantau Lo dari jauh la, nggak ada yang pernah gue lewatin, gue tau semua kegiatan Lo. Gue lakuin itu karena apa ? Karena gue cinta sama Lo, gue hancur saat Lo nggak ada di samping gue lagi la" Brian menjeda ucapannya
"Gue sadar selama ini gue banyak salah sama Lo, gue minta maaf atas kesalahan yang dulu dulu, tapi please balik lagi ke gue, gue akan buat Lo bahagia la" lanjutnya berlutut di hadapan Lula
Wanita itu tak tau harus jawab apa, ternyata rasanya terbalaskan. Tapi di lubuk hatinya terdalam, masih ada rasa takut dan kecewa bersamaan untuk memulainya bersama laki laki yang sama. Lukanya belum sembuh sempurna, setidaknya bekas luka itu belum mengering.
"Aku takut dan ragu" ujar Lula jujur sambil menarik tangannya yang Brian genggam
"Apa yang harus gue lakuin supaya Lo yakin untuk memulainya kembali bareng gue" tanya Brian menatap Lula serius
"Aku nggak tau" Lula menggelengkan kepalanya, tanda ia pun juga tak mengetahui
"Kamu kasih kakak waktu sebulan untuk meyakinkan kamu, dan setelah sebulan kakak terima keputusan kamu" ujar Brian dengan lembut sampai sampai Lula sulit untuk mempercayai kalau laki laki yang ada di hadapannya itu adalah Brian, laki laki yang selama ini selalu menggoreskan luka di hatinya tiba tiba berbicara lembut dan lirih.
"Baiklah, aku akan kasih kakak waktu dan apa pun keputusannya nanti, aku harap itu adalah hal baik untuk kita" balas Lula pelan
Brian bangkit dari setengah duduknya kemudian beralih duduk di samping Lula. Kebetulan saat ini mereka sedang di dalam kamar mereka, rumah yang dahulunya Lula tinggal bersama Brian.
"Makasih, aku janji akan buat kamu bahagia" itulah janji Brian pada Tuhannya, Lula dan semesta
Lula pun tersenyum bahagia, apa ini akan menjadi awal yang baik untuk hubungannya dengan Brian. Semoga saja mereka memang bisa bertahan, jauh dari perpisahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasse es zu Lieben
RomanceHasse es zu Lieben adalah bahasa Jerman benci untuk mencintai "Apa aku anak kalian"tanya gadis itu dengan air mata setengah mengering "Bukan, karena kami tidak pernah memiliki seorang anak yang berani membantah perintah orang tuanya" ujar Alberto t...
