Siang ini (Name) memutuskan untuk pulang bersama Hina mengingat Mikey tidak datang untuk menjemputnya seperti biasa.
Kedua gadis itu berjalan dibawah awan kelabu yang sepertinya sebentar lagi akan memuntahkan seluruh isi air dalam gumpalanya.
"Ah, hari ini Sensei ngasih PR-nya banyak banget ya, (Name)-chan. Mana Matematika lagi"
Keluhan Hina tidak mendapat respon sama sekali dari (Name). Gadis itu malah melamun dengan raut wajah yang terlihat serius. Membuat Hina khawatir dan berakhir menyentuh bahu teman gadisnya pelan.
"(Name)-chan?"
Reflek (Name) jadi berjingit kaget kala Hina tiba-tiba menepuk bahu dan menyeru namanya.
Ia pun seketika jadi gugup sendiri.
"Ah, H-hina? Kenapa?"
Hina yang menyadari kegugupan temannya hanya bisa menghela nafas lelah sebelum kemudian mencoba untuk tersenyum tulus.
"(Name)-chan kenapa? Ada masalah?"
Pandangan (Name) seketika berubah sendu. Gadis itu menunduk, berusaha menyembunyikan perasaan gelisahnya.
"Tentang Takemichi, apa aku beritahu saja pada Hina, ya?"
Gumamnya gusar.
"Ah, mending jangan. Atau Hina bakal khawatir nanti"
(Name) beralih tersenyum kaku, "G-Gak ada kok! Hina tenang aja, aku gapapa"
Melihat sang teman yang sepertinya memang baik-baik saja membuat hatinya jadi tenang dan lega.
"Syukurlah.. Ku pikir (Name)-chan ada masalah. Soalnya dari tadi ku lihat ngelamun terus. Bahkan ku ajak ngobrol (Name)-chan diem aja"
"E-eh? Iyakah? Emangnya Hina bilang apa tadi?"
"Aku tadi bilang, kita hari ini banyak PR"
"O-oh iya! Hina bener! Hari ini kita banyak banget PR"
Hina hanya bisa geleng-geleng, merasa aneh dengan sikap temannya satu ini.
Kemudian mereka pun kembali melanjutkan perjalanan pulang mereka sampai tak terasa sebuah perempatan membuat mereka berpisah karena memang rumah (Name) dan Hina itu beda arah.
"Jaa (Name)-chan, hati-hati di jalan, ya~"
"Um, Hina mo"
Hina melambaikan tangannya kearah (Name) begitu juga dengan sebaliknya. Kemudian mereka berdua kembali berjalan dengan arah yang berlawanan.
Nampak sekali raut wajah (Name) yang terlihat lebih murung dari biasanya. Bahkan sesekali gadis itu juga menghela nafas lelah.
Pikirannya begitu kacau memikirkan keadaan sang teman yang saat ini pasti tengah menjadi samsak tinju di markasnya para musuh.
Jadi ia tidak akan bisa tenang sebelum mata kepalanya melihat keadaan Takemichi yang sebenarnya sekarang.
"Ah, lebih baik masalah ini ku ceritakan saja pada Mikey,"
Sementara itu, kita beralih sejenak pada pemuda surai blonde yang saat ini tengah mengobrak-ngabrik isi kulkas gadis kesayangannya.
Banyak sekali makanan yang ia dapat di dalam sana.
Mulai dari soda, snack ringan, dan beberapa sosis bakar yang sepertinya sengaja di masukkan kedalam mesin pendingin itu.
Dirasa isinya sudah ia kuras habis, lelaki minus akhlak itupun segera membawa semua makanan tadi ke dalam ruang tengah dimana disana juga ada Draken sang partner sekaligus teman setianya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗛𝗔𝗡𝗚𝗘╵ˢ.ᵐᵃⁿʲⁱʳᵒᵘ
Teen Fiction❱ 𝘀𝗮𝗻𝗼 𝗺𝗮𝗻𝗷𝗶𝗿𝗼𝘂 ⩩ 𝗰𝗮𝗻𝗴𝗲 ──; ✰, dia itu diibaratkan matahari. sedangkan kau? mungkin daun cokelat yang siap digugurkan oleh panasnya kapan saja. .... wah, ternyata bahagia itu, ...