"Ah, mou ikka. Besok aja beresinnya"
(Name) berjalan gontai menuju kearah kamarnya. Sedangkan Mikey masih berdiam diri di ruang tengah dengan tatapan sungkan tertuju kearah sang gadis tercinta.
Merasa tak enak hati karena ulah kurang ajarnya kini telah membuat (Name) menjadi marah disaat tubuhnya sedang tidak fit.
(Name) berhenti di depan pintu lalu memutar knop dan membukanya.
Ia menoleh sekilas ke arah Mikey yang juga tengah menatapnya. Mencoba menjaga kontak mata dengan cara melirik ke arah lain.
Dan bisa di lihat, pipi (Name) seperti tengah memerah semu.
"K-kalo mau, kau bisa menunggu di kamarku dulu"
(Name) berucap gugup. Membuat Mikey terkejut setengah mati disana.
Namun sedetik kemudian, paras tampan pria itu mengembangkan senyum riang hingga membuat kedua maniknya menyipit kecil.
"Mau dong!"
Pekiknya sebelum kemudian melangkah pergi menyusul (Name) yang sudah mulai masuk ke dalam kamar.
Di kamar.
(Name) meletakkan tasnya di atas meja nakas. Kemudian berjalan ke arah ranjang dan mendudukkan diri di pinggir kasurnya.
"Sini, duduk dulu,"
Perintah dari (Name) segera di turuti oleh Mikey. Pria itu segera mendudukkan diri di samping (Name) dengan posisi duduk yang teramat sangat menempel dengan gadis itu.
"Kedeketan."
"Eh? Apa iya? Ga tuh"
Gadis itu memutar bola mata malas. Lalu kemudian bangkit berdiri dan berjalan menuju luar kamar.
"Eh? Mau kemana?"
Mikey bertanya heran.
"Tunggulah disini dulu. Aku mau mandi bentar, nanti aku balik bawain kamu minum"
"Eh? Iya deh"
"Kamu gamau mandi?"
"Mau! Tapi bareng ya.."
"Yaudah ga usah"
"Ehhhhh?"
(Name) segera memutar tubuhnya dan mulai berjalan pergi meninggalkan Mikey seorang diri di dalam kamar.
Karena gadisnya sudah pergi, Mikey jadi ga da hiburan. Pria itu langsung merasa gabut.
Direbahkanlah tubuh itu di atas kasur besar nan empuk. Memejamkan kedua mata dan mulai merileks-kan diri.
Untuk sekarang, pria itu tidak ingin memikirkan apapun.
Entah itu tentang Baji, atau tentang bentrok Valhalla yang akan di adakan sebentar lagi.
Mikey ingin mengosongkan pikiran. Ia ingin menetralkan diri untuk saat ini.
Tidak ingin memikirkan apapun, lebih memilih untuk memikirkan (Name) yang sudah jelas ada di depan mata.
Tanpa disadari bibir itu tersenyum kecil.
Kala otak itu mengingat kembali memori indah bersama (Name), hatinya berteriak senang.
Ia merasa seperti menjadi pria paling beruntung di dunia karena telah mengenal sosok gadis itu dan masih tetap berada disisinya sampai saat ini.
"(Name)-ku..."
Ia bergumam pelan.
"A-apa?"
"Eh?"
Kedua maniknya reflek terbuka lebar kala mendapati suara yang teramat familiar tertangkap oleh telinga.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗛𝗔𝗡𝗚𝗘╵ˢ.ᵐᵃⁿʲⁱʳᵒᵘ
Fiksyen Remaja❱ 𝘀𝗮𝗻𝗼 𝗺𝗮𝗻𝗷𝗶𝗿𝗼𝘂 ⩩ 𝗰𝗮𝗻𝗴𝗲 ──; ✰, dia itu diibaratkan matahari. sedangkan kau? mungkin daun cokelat yang siap digugurkan oleh panasnya kapan saja. .... wah, ternyata bahagia itu, ...