Dingin.
Telapak tangan itu digenggam dengan sangat erat.
Dingin rasanya.
Isak tangis bahkan raungan frustasi begitu melekat dalam bibir gadis itu.
Jantungnya berdegub kencang. Rasa sesak menjalar dalam dada.
Takut dan marah.
(Name) hampir saja lepas kendali.
"H-hei, apa yang kau tangisi, Hm?"
Gadis itu tersentak kaget kala suara lemah si pria blonde menusuk telinganya.
Dengan cepat (Name) mendekatkan tubuh. Mengusap butiran air di pipi lalu menatap cemas raut wajah pucat di atas brankar.
"M-mikey, kau siuman?"
Pria itu terbatuk sesaat. Lalu dengan sekuat tenaga berusaha untuk melemparkan sebuah senyuman tulus.
"Y-ya, seperti yang kau lihat"
Sedetik kemudian, (Name) kembali menangis. Ia meraung seperti anak kecil.
Hatinya kembali sesak. Sepasang netra itu begitu tak tega melihat keadaan pria di sana yang penuh akan luka.
Perih.
Perih sekali.
Ia begitu takut jika takdir tak berkehendak padanya lagi. Ia begitu takut jika pria ini akan pergi.
Ia begitu takut.
"Mikey.. Bertahanlah.."
Lirihan pilu terdengar. Begitu menusuk raga kala kristal ruby tak lagi memancarkan sinarnya.
"B-bakatana~ kau pikir aku siapa? Hm?"
(Name) tak tertawa. Lelucon yang keluar dari bibir pria itu, sama sekali tak membuat (Name) tertawa.
Ia benar-benar takut kehilangan. Ia tak ingin sosok di hadapannya ini pergi dari sisinya.
Telapak tangan yang dingin gadis itu genggam. Beribu kecupan singkat nan hangat ia berikan.
Mengundang senyuman tipis dari pria yang tengah terbaring tak berdaya di sana.
"Ibu negara..."
Mendengar namanya diseru, (Name) langsung mendekatkan telinga. Tangan yang semula ia genggam kini ditarik pelan oleh sang puan. Beralih mengusap lembut pipi sembab yang memerah karena tangis.
"Ibu negara kuat——.... kan?"
Pria itu nampak susah dalam berbicara. Terlihat dari jeda panjang dan pengambilan nafas singkat saat ia melafalkan suatu kata.
"Apa maksudmu Mikey?"
Mikey tersenyum.
"Ibu negara kuat. Gadisku kuat,"
"..."
"Jadi, berhentilah menangis, oke?"
Belahan bibir (Name) terkatup rapat. Lengkungannya bergetar kecil menahan tangis yang selalu ingin merembes keluar.
Mikey berusaha menggenggam tangan si gadis. Membelai pernik kristal yang terpancar dari lengkungan cincin perak. Memberikan senyum kecil yang begitu tulus dan juga hangat.
Lalu sejenak, tatapan pria itu berubah sendu.
"Setidaknya, aku tidak menyesal melakukan ini, aku..."
Mikey menjeda ucapannya. Lagi.
".... Sudah menempati janjiku."
Kedua manik (Name) terbuka lebar. Sesuatu yang tajam seolah menghunus dadanya dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗖𝗛𝗔𝗡𝗚𝗘╵ˢ.ᵐᵃⁿʲⁱʳᵒᵘ
Novela Juvenil❱ 𝘀𝗮𝗻𝗼 𝗺𝗮𝗻𝗷𝗶𝗿𝗼𝘂 ⩩ 𝗰𝗮𝗻𝗴𝗲 ──; ✰, dia itu diibaratkan matahari. sedangkan kau? mungkin daun cokelat yang siap digugurkan oleh panasnya kapan saja. .... wah, ternyata bahagia itu, ...