cerita ini dilindungi undang undang
follow dulu sebelum membaca :)
...
Rafka aprilio
Seorang ketua OSIS yang dingin dan tak tersentuh. Sosok yang tegas dengan rahang keras dan alis mata yang tebal. Seseorang yang masih terjebak dengan masa lalunya...
"akh... Ampunnn tolong!!! Siapapun tolong!! Akhhh!!" teriak seseorang gadis kesakitan di dalam sebuah gudang
"gunting rambut dia" suruh seorang cewek kepada dua orang cewek di samping gadis yang disiksa
"jangann!!.. Ampunnn.. Mamaaa.. Papa... Akh... Saki-kit" gadis itu terus berteriak menahan sakit saat ketua geng tersebut menguliti tangannya yang terikat di kursi tua
"lo pikir setelah tio nembak lo semua orang gak akan bully lo lagi?" tanya ketua geng itu dengan senyum devil nya
"am-pun akh!!!" pekiknya saat telinganya ditusuk dengan paku oleh seseorang yang sudah menggunting habis rambutnya
"tio hanya punya gw, jangan harap lo bakal bisa milikinya,, paham lo?" tanya si ketua cewek - cewek itu
"jawab!!" bentak si cewek yang dari tadi hanya berdiri di samping ketuanya, lalu mengambil sampah dan memasukan ke mulut cewek itu
"kenapa cuma dimasukin? Bakar sampah itu di mulutnya" suruh si ketua,, dan dengan cepat cewek yang disuruh lansung membakarnya
"ayok keluar" ajak sang ketua yang membuat 2 cewek itu mengangguk
"akhhhh!!!!....." teriak gadis yang sudah disiksa beberapa jam terakhir ini, dan detik yang sama ketiga cewek yang mengenakan seragam sma itu keluar dari gudang bersamaan dengan api yang membakar gudang tersebut
1 tahun kemudian
Hai guys,, balik lagi bersama aku,, bagi pembaca baru,, baca juga ya cerita pertama aku,, dan bagi pembaca lama,, makasihhhh banyakkk,, tanpa kalian cerita ini gak akan ada
Bagi kalian yg penasaran sekaligus marah karena aku publis cerita trs baru beberapa bab udh aku hapus, aku mohon maaf bgt. Aku hapus cerita itu karna menurut beberapa orang ceritanya gk bagus. Udah 2 cerita yang aku hapus, "i'm tired" dan "mythril". Kali ini aku janji bakal tamatin ceritanya :)
next chapter spoilers:
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
