Dor
DorSuara tembakan itu berasal dari pistol rafka yang masuk ke ruang minim cahaya itu bersama Aletta, gibran, revan dan radit
Rafka menembak tepat di kaki dua orang dengan pakaian hitam tersebut, hingga mereka berdua terjatuh di lantai
"Siapa sih yang teriak? Sakit kuping gw" Decak Aletta sebal
Freya kesal, ia ingin mengatakan sesuatu. Tapi dio memberi kode dengan mengatakan 'kakak ipar' tanpa suara. Freya yang mengerti kode itu jadi tersenyum canggung
"H-hai kak" Sapa freya canggung
"Kalian ngapain cuma berdiri aja? Cepat lepasin" Kesal dio saat melihat mereka semua hanya berdiri
"Dia ternyata belum mati" Ujar rafka dengan santai "ayo balik" Sambung cowok berwajah datar itu
"Mpfhahhaaha" Revan tertawa jahat saat melihat ekspresi kesal dio "sebenarnya kami kesini cuma mau mungut jasad lo" Ujar Revan tanpa perasaan
"Karena lo masih hidup, kami balik dulu ya" Lihat ekpresi wajah dio saat ini setelah radit ikut membully nya
"Kakak ipar, lo dipihak gw kan?" Tanya dio berharap banyak
"Gw dipihak lo kok" Jawab Aletta dengan senyum lebar "tapi di mimpi" Tambah Aletta yang membuat mereka semua tertawa, tidak terkecuali freya
"Maaf, tapi boleh tolong lepasin rantai ini gak?" Tanya freya sopan penuh rasa canggung. Tangannya sudah sangat sakit karena rantai sialan ini
"Aduh, ada bidadari ternyata. Sini neng biar abang Revan yang bantu lepasin" Ujar Revan penuh semangat, tapi langkahnya terhenti saat mendengar teriak dio
"COBA AJA KALAU LO BERANI MENDEKAT! GW PASTIIN BAKAL JUAL GINJAL LO" Teriak dio penuh peringatan
"Wah ternyata ada pawangnya" Ujar Revan dengan ekspresi bersalah yang dibuat buat
"Cewek lo yang keberapa?" Tanya rafka yang saat ini membuka rantai yang melilit di tubuh dio
"Thanks bang" Ujar dio tanpa mau menjawab pertanyaan rafka. Setelah berhasil berdiri, ia mendekat pada freya dan membantunya melepaskan diri dari rantai sialan itu
"Makasih" Ujar freya dengan senyum tulus.
"Kalian harus ke kantor polisi untuk membuat laporan resmi" Gibran menjelaskan saat freya dan dio sudah berdiri
"Gw aja bisakan?" Tanya dio
Aletta menggelengkan kepala sebagai jawaban "gak bisa, yang diculik kalian berdua, jadi kalian berdua harus ikut untuk dimintai keterangan" Jawab Aletta
"Tapi freya pasti masih capek dan trauma" Freya yang mendengar ucapan dio tersenyum kecil, ternyata dio sangat perhatian
"Aku bisa kok" Ujar freya tiba-tiba
"Jangan, kamu istirahat aja. Biar aku yang ke kantor polisi" Dio mengatakan dengan suara yang lembut tidak lupa senyumnya yang indah
"Tapi aku juga harus dimintai keterangan"
"Biar aku yang urus, istirahat aja ya cantik" Dio mengacak pelan rambut freya
"KANTONG MANA KANTONG? GW MAU MUNTAH??" Teriak radit dengan ekspresi ingin muntah
"JIJIK GW ANJIR DENGAR SI DIO NGOMONG GITU. KAYAK KESURUPAN REONG" Teriak Revan tak kalah keras
"Heh! Masih mending adik ipar gw. Setidaknya dia bisa romantis, bukan kayak sebelah yang terlalu kaku" Sindiran Aletta dengan mulus masuk ke telinga rafka, membuat lelaki itu tersenyum kecil
"Aku padamu kakak ipar. Cuma lo yang dukung gw"
"Bisa keluar sekarang?" Tanya gibran
"Bentar" Dio mendekat pada dua orang yang sudah pingsan di lantai. Dio menarik rambut kedua orang tersebut dengan sangat keras hingga tidak sedikit helaian rambut yang berhasil ia cabut "itu untuk lo yang berani ganggu si cantik gw" Bisiknya penuh penekan lalu menendang kepala dua orang itu seperti bola
"Udah selesai, yok cabut" Ajak dio.
Mereka semua berjalan keluar, rafka yang berjalan paling belakang bersama Aletta, menggenggam tangan gadis itu. Yang membuat Aletta tersenyum malu. Ternyata sindirannya membuahkan hasil
Dio dan freya kaget saat ternyata diluar sana banyak orang dengan pakaian polisi. Tidak hanya itu, seluruh anggota geng motor yang dikepalai oleh rafka ada disana.
Terlihat disana mereka sedang membawa beberapa anak buah Firangi ke dalam mobil tahanan.
"Masih ada dua lagi didalam" Beritahu gibran pada polisi yang sedang bertugas
"Lo bawa orang sebanyak ini untuk nolongin gw?" Tanya dio pada rafka
Rafka menatap dio datar "gw gak niat nolongin lo. Tapi karena ada anak orang yang ikut terseret, gw terpaksa nolongin dia, bukan lo" Tegas rafka
Tapi tampaknya yang didengar dio bukanlah kata kata pedas itu. Karena detik berikutnya ia lansung memeluk rafka "makasih bang" Ujarnya dengan tulus
Rafka membalas peukan dio, setelah dio berhenti memeluknya. Ia mengacak rambut adiknya itu "ternyata gw lebih ganteng dari lo" Ujar nya datar saat menyeka darah yang keluar dari pelipis dio
"WOI! MAU PULANG GAK?" Tanya angga yang sudah selesai menyeret semua penjahat itu ke dalam mobil tahanan
"Eh Wisnu ada lo juga ternyata"
"Gw angga!"
Senin
3 april 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafka Untuk Aletta (Tamat)
Roman pour Adolescentscerita ini dilindungi undang undang follow dulu sebelum membaca :) ... Rafka aprilio Seorang ketua OSIS yang dingin dan tak tersentuh. Sosok yang tegas dengan rahang keras dan alis mata yang tebal. Seseorang yang masih terjebak dengan masa lalunya...