Arsen berhasil menemukan Retha berbekal dengan mengecek GPS perempuan itu.
Kali ini cowok itu telah sampai ke suatu tempat yang ia yakini di dalamnya ada Retha. Dengan langkah pelan-pelan takut ada orang selain dirinya di sini, Arsen melangkahkan kakinya masuk ke bangunan tua yang terlihat usang.
Cowok itu terus memperhatikan sekitar, takut jika ada seseorang yang sedang mengintainya. Sesekali melihat-lihat pada ruangan yang terbuka siapa tahu Retha ada di sana.
"Tenang, Tha. Gue bakal temuin lo." Monolognya.
Perlahan-lahan tapi pasti, Arsen menaiki sebuah tangga setelah tadi beberapa ruangan tidak ia jumpai tanda-tanda Retha ada di sana. Akhirnya cowok itu memutuskan untuk berpindah tempat.
Kali ini Arsen melewati lorong-lorong yang gelap sehingga cowok itu harus menghidupkan senter ponselnya. Dengan hati-hati mengecek satu per satu ruangan yang tertutup rapat oleh pintu.
"Ini ruangan terakhir, semoga Retha ada di sini." Ujarnya sembari mencoba membuka pintu yang tertutup begitu rapat.
Alis Arsen bertaut bingung ketika menyadari jika pintu ini terkunci dari luar padahal pintu-pintu lain dibiarkan tidak terkunci sama sekali.
Keyakinan cowok itu semakin yakin jika Retha ada di dalam ruangan yang terkunci ini. Sebisa mungkin Arsen mencoba berbagai cara untuk membuka pintu sembari meneriaki nama Retha.
"Tha, lo ada di dalem 'kan? Tha lo denger gue?"
Kecemasannya bertambah ketika Retha sama sekali tidak merespon teriakannya. Cowok itu mundur beberapa langkah, mengambil ancang-ancang bersiap untuk mendobrak pintu tersebut.
"Tha, minggir dari pintu gue mau dobrak!" Bersamaan dengan itu dengan dobrakan kuat dari Arsen pintu akhirnya terbuka lebar.
Betapa terkejutnya ia melihat tubuh Retha yang sudah terbujur kaku di lantai dengan kondisi terikat. Arsen berlari menghampiri Retha, melepaskan ikatan talo di tubuh gadis itu.
"Tha, bangun Tha." Katanya panik, melihat kondisi Retha seperti ini membuat Arsen sangat cemas.
Arsen meletakkan kepala Retha pada pahanya, mengusap kening gadis itu lembut berharap Retha akan sadar dari pingsannya.
"Hey, sayang. Bangun." Sumpah demi apapun Arsen tidak ingin kehilangan Retha.
Arsen benci mengakui tapi wajah pucat Retha malah terlihat sangat damai seakan-akan gadis itu menikmati tidurnya.
"Tha, jangan tinggalin gue. Retha, gue cuma punya lo satu-satunya." Arsen terus meracau, cowok itu beberapa kali mencium tangan Retha.
"Thaa...." Arsen mendongkak, suaranya terdengar pasrah.
"A-arsen...."
Hingga suara kecil nan lirih itu membuat Arsen menundukkan kepala, cowok itu seketika tersenyum bahagia ketika melihat Retha telah membuka matanya.
"Iya, Tha. Aku di sini." Ujar cowok itu.
Retha terbatuk-batuk, gadis itu menatap Arsen. "Retha capek, Sen."
Arsen menggeleng, seakan mengerti arti kata 'capek' yang gadis itu bicarakan.
"Nggak boleh capek Tha, ada aku. Aku yang siap nopang tubuh kamu kalo kamu jatuh. Aku yang siap dengerin semua keluh kesah kamu kalo kamu lagi pengin cerita." Ujar Arsen, tak sadar air matanya ikut menetes membasahi pipinya.
Cowok itu kembali mencium tangan Retha, menggenggamnya erat. "Selama ada aku, aku nggak akan biarin kamu capek."
"M-a-u...pu-l-a-ng...." ujar Retha terbata-bata.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Retha [ SELESAI ]
Novela Juvenil"Glen, ngedate nya jadi 'kan?" "Maaf Reth, aku ada janji sama Sonya. Lain kali ya." ____________________________________________ Tentang Retha yang selalu dinomorduakan oleh Glen, pacarnya. Tentang Retha yang tahu bagaimana sakitnya sendirian. Ten...