Ekstra Part

63.6K 3.3K 243
                                    

2 tahun kemudian....

Kehilangan seseorang yang sangat kita cintai tentunya memberi luka yang membekas dan teramat dalam. Begitupun juga Arsen yang harus kehilangan Retha untuk selamanya.

Dua tahun. Bukanlah waktu yang singkat untuk mengubur semua kenangan masa lalunya, namun bayang-bayang canda tawa masih saja menghiasi kepala Arsen.

Seakan-akan kenangan itu tak mau lenyap atau Arsen yang tak ingin kenangan itu hilang dari ingatannya.

Dengan statusnya kini sebagai seorang duda yang ditinggal oleh istrinya, berkali-kali Arsen menolak dijodohkan untuk kedua kalinya oleh orang tuanya.

Alasannya cuma satu, karena ia masih sangat mencintai Retha-nya.

Tak logis memang, terus mencintai orang yang jelas-jelas sudah kembali kepada-Nya. Namun inikah yang dinamakan setia? Arsen tak mau tahu sebutan apapun itu, yang hanya ia tahu rasa cintanya semakin hari semakin bertambah dan menyiksa.

Arsen tak lagi bisa melihat senyum manis milik gadisnya, tidak lagi bisa bercanda tawa ataupun menangis bersama.

Rasa kehilangan terus saja menggerogoti hatinya, berkali-kali laki-laki itu mencoba menepikan bayang-bayang masa lalunya namun tak bisa.

Retha bagaikan racun, yang terus hinggap menggerogoti dan membuatnya tersiksa. Tapi anehnya racun itu memberi candu untuknya.

"Arsen," panggilan itu membuyarkan lamunan Arsen, laki-laki itu menoleh menghadap ke arah sumber suara.

"Kenapa, Ma?" Tanyanya dengan suara serak yang terdengar jelas. Iya, Arsen menangis sepanjang malam sehingga suaranya berubah serak.

"Ada yang mau mama bicarain, boleh 'kan ngobrol sama kamu sebentar?" Tanya Anggun penuh kelembutan.

Pasalnya belakangan ini Arsen tak ingin diganggu oleh siapapun, laki-laki itu bahkan tak ingin berbicara kepada siapapun juga. Yang membuat Anggun khawatir adalah, karena Arsen tak ingin membagi dukanya dengan siapapun anaknya bisa-bisa saja depresi.

"Ini udah dua tahun, sayang. Sampai kapan kamu mau terus-terusan seperti ini, hm?" Anggun membelai rambut Arsen yang acak-acakan.

"Arsen nggak tahu, Ma." Jawab Arsen sembari memandang lurus dengan tatapan kosong.

Rasanya hampa karena tak ada Retha disisinya.

Anggun menghembuskan napas beratnya, "Kamu nggak boleh seperti ini terus, Sen. Hidup itu terus berjalan, hidup nggak berhenti hanya karena seseorang yang kita cintai pergi ninggalin kita. Kamu harus tetap hidup, kamu harus tetap jalanin apa yang sepantasnya kamu jalankan."

"Buat apa, Ma? Buat apa aku tetap hidup jika alasan aku tetap hidup aja udah nggak ada?"

Perkataan itu membuat Anggun terdiam. Retha sangat berharga bagi Arsen, Anggun tahu itu. Karena gadis itulah yang membuat Arsen merasakan apa arti cinta yang dulu tak pernah kedua orang tuanya berikan kepadanya.

Tapi bolehkah Anggun berubah sedikit egois? Karena wanita itu tak ingin kehilangan putra satu-satunya.

"Arsen, mama tahu ini sulit buat kamu. Tapi apa kamu nggak mau mencoba membuka lembaran baru? Banyak yang menantimu di luar sana, sayang." Tutur Anggun lagi.

"Arsen nggak bisa, Ma. Sekuat apapun Arsen mencoba pada nyatanya Arsen tetap nggak bisa. Arsen nggak bisa ngelepasin Retha dan mungkin nggak akan pernah bisa." Jawab Arsen dengan suaranya yang bergetar.

"Arsen capek, Ma. Arsen nggak mau bahas ini lagi." Lanjutnya lagi.

Lagi-lagi Anggun kembali gagal membujuk putranya untuk keluar dari kepingan masa lalu. Wanita itu menghembuskan napas beratnya, membelai rambut Arsen lembut lalu memutuskan untuk pergi keluar kamar laki-laki itu.

About Retha [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang