_21_

29.7K 2.6K 123
                                    

Are you ready?

***

"Pembunuh kayak lo itu gak pantes sekolah di sini!"

Siraman air mendarat dengan bebas ke kepala Retha, hal itu sontak membuat tubuh dan seragamnya basah kuyup.

Beberapa siswi kini merundungnya, karena fitnah yang Sonya sebarkan ke penjuru sekolah jika ia yang melenyapkan Prilly.

"Gue bukan pembunuh." Kata Retha.

"Gak usah sok polos, emang dari dulu lo itu cuma biang masalah!" Ucap salah satu diantara mereka.

"Kenapa sih lo masih betah sekolah di sini? Lo nggak punya malu?"

Rambut Retha dijambak, lengannya dicekal erat. Membuat kuku-kuku panjang mereka menusuk lengannya.

Retha mencoba menahan rasa sakitnya ketika perban yang ada di pergelangan tangannya di robek kasar hingga lukanya kembali menganga.

"Sakit? Ini bukan apa-apa dibanding apa yang udah lo lakuin ke Prilly." Gladys, gadis manis itu kini tersenyum licik ke arah Retha.

"Gue nggak bunuh siapapun! Gue nggak bunuh Prilly!" Teriak Retha yang lama-lama merasa muak.

Gladys dan anteknya tertawa, "Seneng banget gue liat lo menderita. Apalagi sampe depresi kayak gini."

"Lo mau apa sih dari gue, Glad?"

Gladys membelai pipi Retha, kuku panjangnya ia tusuk-tusukan pada pipi perempuan itu. Membuat Retha meringis pelan.

"Gue mau Glen." Ujar Gladys.

Seketika Retha paham alasan apa yang membuat dirinya menjadi bahan perundungan dari Gladys dan anteknya.

Karena Gladys sama seperti gadis-gadis lain yang terobsesi pada Glen. Lalu kenapa harus Retha yang diincar jika saja Sonya yang selalu berada di dekat cowok itu?

"Minta aja sama Sonya, kenapa harus gue? Atau jangan-jangan lo takut sama Sonya?" Retha balas tersenyum licik.

"Heh, lo udah berani ngelawan ya?!" Geram Gladys.

Retha menghempaskan tangan Gladys yang berada di pipinya kasar, "Buat apa gue takut? Lo bukan Tuhan sehingga gue harus tunduk sama lo 'kan?"

"Kurang ajar!" Satu tamparan mendarat di pipi Retha. "Kali ini lo boleh aja selamat, tunggu kejutan gue selanjutnya!"

Lalu gadis itu pergi yang di ikuti oleh antek-anteknya dan meninggalkan Retha.

Retha membenarkan seragamnya yang tampak berantakan, tubuhnya terasa dingin karena siraman air tadi. Pipinya terasa ngilu dan perih akibat tamparan dan tusukan yang ia dapatkan.

Lengan dan pergelangan tangannya dibiarkan begitu saja oleh Retha. Karena luka fisiknya tak sebanding dengan apa yang hatinya rasakan.

"Kenapa Pril? Kenapa lo ninggalin gue?" Retha mendongkak, menatap langit yang tampak sedikit mendung.

Air matanya menetes, kehilangan sahabat dekat bukankah terasa menyakitkan? Lalu dengan mudahnya orang-orang juga membully dan tidak mempercayainya.

Semudah itukah Tuhan mempermainkan kehidupannya?

"Kenapa lo nggak biarin gue aja yang jatuh, Pril?" Tanya Retha pada langit yang mendung, seolah-olah langit yang ia tatap adalah wujud dari sahabatnya.

"Kenapa lo nggak biarin gue mati dan lebih pilih ngorbanin diri lo sendiri? Kenapa lo jahat ke gue?" Retha semakin bertambah terisak. Hatinya terasa ditikam-tikam dan itu membuatnya kesulitan walaupun hanya untuk bernapas.

About Retha [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang