_07_

33K 3.1K 121
                                    

Retha keluar rumah ketika mendengar bunyi mobil yang ia kenal. Itu pasti Glen.

Benar saja seperti dugaannya, sosok cowok bertubuh jangkung itu keluar dari mobil. Seulas senyum terbit di bibirnya.

Retha membalas senyum Glen tak kalah manis, gadis itu berjalan menuju kekasihnya itu.

"Yakin mau sekolah, hm?" Tanya Glen sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga Retha.

Retha mengangguk, sebenarnya kejadian kemarin masih membekas di pikirannya apalagi kejadian kemarin ketika ia pulang ke rumah.

"Yaudah ayo," ajak Glen sembari menarik pergelangan tangan Retha.

"Ssh, awh!" Retha meringis sakit ketika Glen menarik tangannya yang memar akibat pukulan Zico kemarin.

Glen dengan refleks melepaskan tangannya, "Kenapa? Pergelangan tangan kamu kenapa?"

Melihat Retha hanya bungkam tak menjawab, Glen meraih tangan Retha melihat pergelangan tangan gadis itu yang terlihat memar seperti bekas pukulan.

"Kamu habis dipukul siapa?" Tanya Glen penuh selidik.

Retha tak berani menatap mata Glen yang mengintimidasi itu. Dirinya memilih untuk menunduk.

"A-aku jatuh dari tangga Glen, tanganku kebentur jadinya memar." Jawabnya tanpa menatap Glen sedikitpun.

"Tatap mata aku Reth, jelasin semuanya ada apa?"

Retha menghembuskan napas, ditatapnya mata Glen yang menatapnya menuntut. "Aku nggak bohong, ini cuma aku aja yang kurang hati-hati."

Glen tahu kekasihnya itu tengah berbohong, namun Glen tidak ingin membahas lebih lanjut, mungkin ada alasan kenapa Retha ragu untuk menceritakannya. Alasan besar apa hingga Retha ragu untuk bercerita padanya?

Selama satu tahun ini, sedikit sekali yang Glen tahu tentang Retha. Gadis itu tidak pernah bersikap terbuka padanya.

"Reth, kalo ada apa-apa cerita ke aku ya? Gunanya aku sebagai pacar kamu apa Reth kalo kamu nggak mau terbuka ke aku?" Glen mengusap lembut pipi Retha dengan jarinya.

"Gimana aku bisa cerita kalo waktu berdua kita selalu ada Sonya yang ganggu, Glen? Kamu sendiri 'kan yang lebih pilih dia daripada aku?" Retha balik membalas. Bagaimana Retha bisa terbuka jika waktu yang Glen luangkan untuknya hanya beberapa menit saja?

"Jangan bahas, ayo berangkat."  Terakhir kali berbicara tentang Sonya, Retha marah pada Glen. Glen hanya tak mau itu terjadi lagi.

Retha lagi-lagi menghembuskan napas, pundaknya serasa ingin patah karena memikul banyak sekali beban.

Retha lagi-lagi tidak mendapat jawaban. Baik Glen maupun Zico, keduanya sama.

Tak mau membuang waktu, akhirnya Retha masuk ke mobil Glen. Menatap keluar jendela.

Mereka berdua akhirnya berangkat ke sekolah.

***

Sebuah keberuntungan bagi Retha yang tak mau di sibukkan dengan beberapa buku-buku, dikarenakan guru sedang mengadakan rapat penting yang membuat para guru mengosongkan jadwal mengajar mereka.

Walaupun bosan berdiam di dalam kelas, setidaknya sehari saja Retha tidak berpikir tentang pelajaran yang semakin hari semakin membuatnya muak. Retha bukan murid pintar ataupun bodoh, ia tergolong biasa-biasa saja di kelas.

Karena itu banyak sekali yang mengira jika Retha berpacaran dengan Glen hanya untuk numpang famous semata pada cowok itu. Glen memang pintar, berbakat dan juga tampan berbanding terbalik dengan Retha yang biasa-biasa saja. Namun bukan hal itu yang menyebabkan Retha mau menjadi pacar Glen, ia mencintai Glen. Dari awal pertemuan mereka yang tak sengaja, dari Glen yang selalu melindunginya ketika banyak sekali yang mem-bullynya, Retha sudah jatuh cinta pada cowok itu.

About Retha [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang