_45_

40.4K 2.7K 177
                                    

Maaf karena nggak update sesuai janji😌

***

"Tuh cewek ngrepotin aja sih."

"Tau tuh, kasihan Arsen direpotin terus sama tuh cewek. Retha nggak tahu diri banget."

"Lemah banget, sakit apa sih dia? Palingan cuma demam doang."

Berbagai komentar buruk itu ditujukan untuk Retha yang baru saja tiba di sekolah dengan di gendong Arsen. Iya, gadis itu sudah keluar dari rumah sakit. Walaupun tubuhnya masih sangat lemas namun Retha memaksa untuk pergi ke sekolah.

"Turunin gue, Sen."

"Nggak usah dengerin mereka, Tha." Ujar Arsen yang mengerti apa yang dirasakan Retha.

"Gue bilang turunin gue!" Teriak Retha dengan air matanya yang meluncur membasahi pipinya.

Arsen menghela napas, cowok itu menjongkokkan badannya dan membiarkan Retha turun dari punggungnya.

"Jangan nangis, Tha." Kata Arsen sembari menyeka air mata gadis itu.

"Gue ngerepotin ya, Sen?" Retha mendongkak menatap Arsen, jujur perkataan-perkataan tadi sangat menusuk hatinya.

"Enggak," jawab Arsen cepat.

"Gue cuma ngebebanin lo ya?" Tanya Retha lagi dengan suaranya yang parau.

"Enggak, Tha."

"Bohong! Gue pasti ngebebanin lo 'kan? Lo pasti terbebani sama cewek penyakitan kayak gue! Kenapa sih, Sen? Gue ini hampir sekarat, semua orang anggap gue beban. Kenapa lo gini sama gue?" Tanya Retha bertubi-tubi, gadis itu terisak dalam tangisnya.

"Tha, gue nggak peduli mereka ngomong apa. Ini perasaan gue bukan mereka, gue sayang lo. Dan gue udah janji sama diri gue sendiri kalo gue bakal selalu ada buat lo. Kenapa pendapat orang lain begitu penting sedangkan kita yang jalanin ini semua?" Arsen menangkup pipi Retha, menghapus setiap air mata yang turun membasahi pipi gadis itu.

"G-gue hanya nggak mau lo terluka suatu saat nanti karena kehilangan gue. Sen, lo tahu hidup gue nggak akan lama lagi." Tutur Retha sesenggukan.

"Sssttt, diem." Arsen menarik Retha dan mendekapnya erat. "Gue percaya lo bakal sembuh, nggak ada satupun yang bisa rebut lo dari gue termasuk Tuhan itu sendiri."

"T-tapi---"

"Tha, lo mau sembuh 'kan? Lo mau buat mereka menyadari apa kesalahan dan apa yang udah mereka perbuat sama lo 'kan? Kita belum mencapai titik itu, kalo lo nyerah sampai di sini kapan tujuan lo bakal terwujud?" Arsen mengusap kepala Retha lembut, tak segan-segan cowok itu sesekali mencium kening Retha.

Retha mendongkakan kepala menatap Arsen. Yang Arsen bilang itu memang benar, seketika Retha lupa akan tujuannya untuk mengungkap semua kebusukan Sonya. Setidaknya sebelum ia benar-benar pergi untuk selamanya, namanya akan kembali bersih seperti dulu kala.

Retha mengangguk yang membuat Arsen tersenyum senang. "Terimakasih karena selalu ada ketika gue butuh seseorang untuk mengerti gue."

Arsen mengangguk, "Lo segalanya buat gue, Tha. Jadi jangan pernah berpikir lo jadi beban buat gue ya? Karena gue sama sekali nggak terbebani akan kehadiran lo di sisi gue."

Retha mengangguk, lalu kembali mendekap Arsen dan hal itu disaksikan oleh beberapa siswa termasuk Glen.

Glen memandang Retha dengan tatapan penuh sesalnya, "Sekarang gue tahu Reth, bahwa gue nggak akan pernah bisa jadi Arsen yang selalu bikin lo bahagia."

***

Hari ini Retha memutuskan pulang ke rumahnya, setelah berbicara pada Arsen akhirnya cowok itu dengan berat hati mengizinkan Retha pulang bersama Zico.

About Retha [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang