_31_

31.9K 2.5K 245
                                    

Are you ready guys?

***

Club malam adalah tempat yang sering Arsen kunjungi ketika cowok itu merasa suntuk dan merasa tidak ada orang yang bisa membantu masalahnya.

Mabuk adalah jalan satu-satunya yang membuat Arsen seketika lupa akan masalah yang tengah ia hadapi. Bertahun-tahun ia kesepian, selalu ditinggal pergi orang tuanya ketika masih kecil hingga dewasa sekarang ini.

Arsen duduk di kursi bar, memesan minuman yang biasa ia minum. Meneguknya hingga tuntas. Jikalau tidak ada orang yang kembali mengingatkan posisi Arsen, jikalau tidak ada orang yang menyindir hingga menyudutkannya mungkin Arsen tidak akan datang lagi ke tempat sesat ini.

"Lo itu cuma anak rumahan yang dicampakkan orang tua."

"Lo kesepian tapi lo nggak mau ngakuin hal itu. Lo rindu kasih sayang orang tua lo 'kan?"

"Lo cuma bukan sekedar beban, tapi orang tua lo juga nggak menginginkan lo ada."

"Ayah sibuk, Sen. Bisa kamu main sendiri dan nggak ganggu ayah?"

"Bunda juga harus kerja, bunda capek ngurusin Arsen yang rewel terus."

Perkataan-perkataan itu kembali terbayang-bayang di pikirannya. Membuat kepalanya seketika ingin meledak. Arsen benci mengakuinya, tapi kenyataannya ia memang anak malang yang kesepian.

Anak yang dianggap sebagai kesalahan karena kehadirannya, yang dianggap beban karena keinginannya. Yang selalu ditinggal pergi dan dicampakkan hingga harus di urus oleh pembantu rumahnya sendiri.

Dari kecil, Arsen sulit untuk berbaur dengan teman-temannya. Ia lebih suka berdiam diri di rumah, Arsen bukanlah orang yang pandai bersosialisasi.

Hingga menginjak remaja, Arsen harus mengakui jika dunia luar adalah dunia yang paling keras. Harus dihadapkan dengan berbagai permasalahan, masa pubertas yang membuat diri menjadi labil dan bertindak sekenanya.

Arsen masih saja kesulitan untuk berbaur karena ketakutan yang ada.

Hingga pada usianya yang dibilang dewasa, Arsen dibawa pergi ke Amerika oleh kedua orang tuanya.Bukan menjadi beban, namun sebagai alat yang dipaksa menjalankan perusahaan mereka.

Arsen tentu saja menolak hingga akhirnya ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia dan melanjutkan pendidikannya di sini.

Ah, memikirkan hal itu membuat kepala Arsen berdenyut sakit.

"Ternyata cowok yang kelihatannya baik-baik bisa ada di tempat ini ya. Berapa minum yang udah lo habisin?"

Arsen menoleh dengan pandangannya yang sedikit memburam. Cowok itu seketika berdecak malas ketika melihat siapa orang tersebut.

"Seenggaknya gue bukan orang kayak lo, pura-pura polos di depan semua orang padahal aslinya busuk." Balas Arsen pada gadis yang diketahui namanya Sonya tersebut.

Arsen heran, kenapa orang-orang mudah sekali ditipu oleh gadis licik di sebelahnya ini?

Sonya tertawa, gadis dengan pakaian minimnya itu menyilangkan kakinya membuat paha mulus gadis itu seketika terekspos.

"Mau bermain, tampan?" Bisiknya menggoda tepat  di samping telinga Arsen.

Untung saja dalam keadaan setengah mabuk Arsen bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Cowok itu sama sekali tidak tergoda oleh tawaran Sonya tadi.

"Murah! Inget, lo itu udah punya tunangan!" Sentak Arsen.

"Sayangnya cewek secantik gue harus dicampakkan sama tunangannya sendiri. So, nggak salah 'kan kalo gue cari pelarian?" Sonya menumpukan kaki jenjangnya ke paha Arsen masih mencoba menggoda cowok itu.

About Retha [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang