Glen berjalan cepat menelusuri koridor sekolah yang sudah tampak ramai. Langkahnya terburu-buru menuju kelas Retha.
Setelah tadi satpam dirumah Retha mengatakan jika Retha sudah berangkat ke sekolah dan tidak menunggu jemputan darinya, Glen langsung tancap gas ke sekolah.
Glen tahu, jika kejadian kemarin membuat Retha marah. Atau mungkin juga kecewa.
"Pril, Retha dimana?" Tanya Glen setelah memasuki kelas Retha namun tak melihat gadis itu ada dikelasnya.
Prilly yang sedang mencontek jawaban dari temannya itu menjawab. "Mana gue tahu, lo 'kan pacarnya. Daritadi gue disini Retha belum masuk tuh."
Mendengar itu Glen semakin bertambah bingung, "Masa sih? Gue tadi dari rumahnya, dan satpam dia bilang Retha udah berangkat."
Prilly mendengus kesal, "Makanya kalo punya pacar tuh diperhatiin, sekarang ngilang tahu rasa 'kan lo."
Glen terdiam beberapa saat mendengar perkataan Prilly padanya. Cowok itu lantas pergi dari sana, mencoba mencari Retha ke lain tempat.
Benar saja dugaan Glen, Retha ada di rooftop. Gadis itu berdiri sembari menatap langit dengan tatapan kosong.
Glen berjalan mendekat, merengkuh tubuh Retha dari belakang. Membuat gadis itu seketika tersentak kaget.
"Lepasin, Glen." Suruhnya dengan suaranya yang dingin.
Glen sempat tak mengenali Retha akan perubahan sikapnya yang jutek. Ini bukan Retha yang ia sukai, Glen suka jika Retha selalu ceria dan tersenyum.
"Kamu marah?"
Retha berbalik, menatap Glen datar. "Kamu pikir aku nggak marah lihat kamu peluk-pelukan sama Sonya?"
"Maaf, Reth. Tapi kamu tahu 'kan kemarin Sonya sampe ketakutan gitu? Dia butuh aku di sana, sayang." Jawab Glen, masih setia memandangi wajah Retha yang berubah datar.
"Kamu pikir aku nggak butuh kamu Glen? Bisa nggak sih sehari aja kamu nggak terus-terusan mentingin Sonya daripada aku? Capek juga lama- lama, kalo kayak gini mending kita putus aja lah." Retha bersedikap, niatnya untuk menenangkan diri terganggu sudah karena kehadiran Glen.
"Jangan, aku nggak mau putus sama kamu." Glen menggeleng cepat, tidak terima atas ucapan Retha. "Maaf, aku nggak ngulang."
"Bulshit banget, Glen." Retha terkekeh pelan. "Janji kamu kemarin-kemarin aja kamu ingkar, sekarang kamu mau rayu aku sama janji kamu? Nggak bisa, aku udah tahu sikap kamu kayak gimana."
Wajah Glen berubah pias, "Kamu boleh capek, tapi jangan pernah tinggalin aku."
"Jangan egois Glen!" Sentak Retha tiba-tiba. "Aku cuma butuh kamu ada disamping aku, kamu nggak melulu mentingin Sonya ketimbang aku. Apa itu salah?"
"Emang Sonya doang yang menderita? Emang cuma dia doang yang yatim piatu dan nggak punya siapa-siapa? Aku juga sama! Aku punya dua abang tapi serasa nggak punya!" Retha tiba-tiba berteriak marah, emosinya tidak stabil. Mungkin karena efek datang bulan.
"Dan aku cuma punya kamu! Laki-laki yang aku anggap bakal selalu nemenin aku kalo aku butuh, kalo aku lagi rapuh. Tapi nyatanya enggak, kamu lebih pilih cewek lain." Suara Retha berubah lirih, mendadak dadanya terasa sesak dan air matanya perlahan turun.
"Sonya bukan cewek lain, kamu tahu 'kan kalo dia sahabat aku? Wajar kalo aku lebih mentingin dia daripada kamu." Jawab Glen dengan suara pelan namun terdengar jelas di telinga Retha.
"Wajar kamu bilang? Terus buat apa kita pacaran? Kalo kamu cuma lebih mentingin Sonya? Kenapa kamu harus nembak aku, kalo Sonya lebih penting dari aku Glen?" Pada akhirnya pertahanan Retha runtuh juga. Cewek itu menangis hingga hidung dan matanya memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
About Retha [ SELESAI ]
Teen Fiction"Glen, ngedate nya jadi 'kan?" "Maaf Reth, aku ada janji sama Sonya. Lain kali ya." ____________________________________________ Tentang Retha yang selalu dinomorduakan oleh Glen, pacarnya. Tentang Retha yang tahu bagaimana sakitnya sendirian. Ten...