_12_

31.8K 2.8K 62
                                    

Banyaknya komentar jahat di berbagai media sosial milik Retha membuat gadis itu sempat merasa down. Tentunya itu disebabkan oleh video yang kemarin tersebar.

Retha tak habis pikir, kenapa harus ia yang disalahkan jelas-jelas ia sendiri yang menjadi korban? Sudah jelas itu tidak masuk akal.

Terlebih lagi, Glen juga berpikiran seperti itu. Cowok itu tidak mempercayainya sedikitpun. Sonya sudah membuat semua orang membencinya sekarang.

Bicara tentang Glen, cowok itu tidak mengabarinya apapun semenjak kemarin. Bahkan menanyakan kabarnya pun tidak.

"Gue harus hubungin Glen," akhirnya Retha memutuskan untuk menghubungi cowok itu lebih dulu.

Retha mengambil ponselnya yang tadi ia letakkan di atas nakas, mencari nomor Glen lalu menekan icon telepon dan mulai menelponnya.

Berdering, namun tak kunjung di angkat. Retha berdecak karena Glen sama sekali tidak mengangkat teleponnya.

Tak kenal menyerah, Retha berusaha mengirim berbagai pesan pada Glen. Semoga saja cowok itu mau membalasnya.

Retha

| Glen, kenapa nggak angkat telepon aku?

| Kamu lagi sibuk? Kamu masih marah sama aku?

Setelah beberapa menit Retha menunggu balasan dari Glen, akhirnya cowok itu membalas. Namun betapa terkejutnya ia ketika melihat balasan tersebut.

Glen

| Glen lagi sama gue, lo ga usah ganggu.

| Lo ga perlu repot-repot hubungin dia  karena dia masih marah banget sama lo.

| Udah ya, gue sama Glen mau pergi di suruh calon mertua soalnya hahaha.

Itu pasti Sonya yang membalas. Emang benar-benar ya, cewek itu membuat Retha ingin sekali menerkam wajah sok polosnya itu.

Retha membanting ponsel ke sembarang arah, bersamaan dengan itu Brian membuka pintu kamarnya.

"Kenapa?" Tanyanya yang sepertinya melihat Retha membanting ponselnya.

Retha menggeleng cepat, "Bukan apa-apa."

Brian duduk di samping Retha. "Masalah Glen, hm?" Tanyanya kemudian.

Retha menghembuskan napas, sebenarnya ia tidak tahu bagaimana cara meyakinkan Glen akan video yang tersebar itu. Terlebih lagi ada Sonya yang siap mengganggu kapan saja.

"Jangan terlalu dipikir, nanti sakit lagi." Ucap Brian.

Retha mengangguk, ada kalanya ia juga harus mengistirahatkan pikiran dan juga hatinya.

"Ayo siap-siap, kakak tunggu di bawah."

Retha menatap Brian bingung, "Kita mau kemana?"

Brian tersenyum,"Jalan-jalan lah."

Mata Retha seketika berbinar, ia menatap tak percaya pada kakaknya itu. "Serius? Kak Zico ikut juga 'kan?"

Brian mengacak gemas rambut panjang adiknya, "Iya, dia ikut. Makanya cepetan siap-siap."

"Okee, Retha siap-siap sekarang!" Ucap Retha dengan senyum yang mengembang.

Setidaknya ada hal yang menyenangkan yang bisa Retha lakukan dengan kedua kakaknya untuk sejenak melupakan masalahnya.

Retha berharap semua masalah dan kesalahpahaman ini akan segera terselesaikan dengan cepat.

Supaya ia tidak perlu bersedih terlalu lama.

About Retha [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang