_34_

29.8K 2.6K 171
                                    

JANGAN LUPA VOTE KOMEN🤪

***

Pagi pagi sekali Retha sudah tidak ada di kamar ketika Arsen mengeceknya. Bahkan, baju-baju gadis itu sudah tidak ada di lemari.

Gadis itu pergi dari rumah ini? Pikir Arsen untuk yang pertama kali.

Cowok itu dengan segera bergegas menuruni anak tangga, mengambil kunci motor yang ia taruh di atas meja kamarnya dengan tergesa-gesa lalu pergi ke luar dari rumah.

Melajukan motornya dengan kecepatan di atas rata-rata menelusuri jalan di komplek rumahnya yang terlihat sepi. Ia yakin jika Retha belum pergi jauh dari sini.

Cowok itu tampak gelisah, ia benar-benar tidak ingin kehilangan Retha. Gadis itu sudah ia anggap sebagian dari hidupnya lalu bagaimana bisa dia meninggalkannya begitu saja?

Arsen terus melajukan motornya berharap bisa melihat  tubuh Retha di pinggir jalan. Cowok itu bahkan tak peduli dengan orang-orang yang terganggu akan aksinya yang terbilang cukup nekat.

Bisa dibilang Arsen melanggar lalu lintas yang ditetapkan namun cowok itu dengan gesit bisa lolos dari kejaran polisi.

Hingga matanya jatuh ke satu titik dimana ada seorang gadis yang terduduk di tepi jalan yang sepi yang diyakini ia bahwa itu adalah Retha.

Keyakinannya semakin bertambah ketika Arsen menghampiri gadis itu dan melihat wajahnya yang sedang tertunduk terisak.

"Tha?"

Dengan sekali panggilan gadis itu mendongakkan kepala, benar saja jika itu adalah Retha, gadis-nya.

"Kenapa pergi dari rumah? Kenapa berniat pergi ninggalin gue?" Tanya Arsen yang sudah turun dari motornya.

Retha berdiri, menatap Arsen dengan tatapan terlukanya. "Karena gue gak mau bikin lo terluka dengan adanya kehadiran gue."

"Gue gak pernah terluka atas kehadiran lo, kenapa lo gini sama gue Tha?" Arsen menunduk, mengambil tangan Retha dan menggenggamnya erat.

"Lo nggak ngerti, Sen! Ini beda dan gue gak mau nyakitin lo!" Ujar Retha, gadis itu melepaskan genggaman tangan Arsen dan berniat pergi.

Namun lengannya di cekal kuat oleh Arsen, cowok itu tak mengizinkan Retha untuk pergi.

"Lepasin gue, Sen. Gue bilang lepasin gue, Arsen!" Teriak Retha kesal dengan air matanya yang membanjiri pipinya.

"Gue nggak mau! Kenapa lo memutuskan untuk pergi tanpa alasan yang jelas? Kenapa lo gini sama gue, Tha?" Ujar Arsen, sungguh tak pernah terbayangkan sekalipun jika Retha akan pergi meninggalkannya.

"Karena gue gak mau nyakitin lo! Karena gue takut gue gak akan selalu ada buat lo, Sen!" Dada Retha bergemuruh hebat, rasa sesak itu menekan dan menghimpit dadanya.

"Gue nggak peduli, gue nggak peduli sekalipun lo belum lupain Glen sepenuhnya. Tapi tolong jangan pergi dari hidup gue karena lo bearti buat gue, Tha!" Teriak Arsen, cekalannya pada lengan Retha semakin ia pererat.

"Arsen tolong jangan egois, gue harus pergi!" Retha tak mau kalah, dengan isakannya ia mencoba melepaskan cekalan tangan Arsen.

"Tapi kenapa? Kenapa lo harus pergi ninggalin gue hah?!"

"Karena gue mengidap penyakit kanker otak stadium akhir, Arsen!"

Cekalan tangan Arsen mengendur dan terlepas begitu saja. Napas cowok itu tercekat, matanya menatap terkejut ke arah Retha tanpa berkedip.

Dadanya tiba-tiba bergemuruh hebat. Sesuatu dalam dirinya ingin menyangkal tapi melihat tatapan mata Retha yang menyakinkan membuat hatinya tak bisa mengelak.

About Retha [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang