_29_

29.1K 2.5K 284
                                    

"Tadi itu siapa?"

Retha mendongakkan kepalanya menatap Arsen yang kini tengah mengobati lukanya di UKS.

"Bukan siapa-siapa, cuma orang iri." Jawabnya seadanya.

Arsen hanya manggut-manggut lalu melanjutkan mengoleskan betadine ke luka di telapak tangan Retha.

"Sshh," Retha meringis kecil ketika cairan berwarna merah itu menyentuh lukanya.

"Sakit?" Arsen mendongakkan kepala.

"Sedikit," jawab Retha jujur.

Arsen mengangguk, kali ini cowok itu mengambil perban dan membalutnya rapi diatas telapak tangan Retha. Cowok itu dengan telaten menggulung perban ke telapak tangan Retha.

"Tha, gue boleh tahu apa yang terjadi sama lo? Maksud gue kenapa orang-orang sampe benci sama lo?" Semakin mengenal Retha, Arsen semakin ingin mengetahui tentang masalah cewek itu.

Retha berdeham pelan, menatap balik Arsen yang tengah menatapnya. Akankah ini saatnya menceritakan apa yang terjadi pada cowok itu?

Melihat Retha yang gelisah, Arsen memberanikan diri untuk menggenggam tangan Retha hangat.

"Ceritain aja, gue dengerin." Tutur kata lembut itu membuat Retha terpaku seperkian detik.

Gadis itu menarik napas dalam-dalam, lalu mulai menceritakan semuanya pelan-pelan pada Arsen. Bisa Retha lihat reaksi Arsen yang tampak terkejut setelah mendengar ceritanya.

Akankah cowok itu percaya padanya?

Namun jauh diluar dugaan, Arsen malah semakin mengeratkan genggaman pada tangannya. Membuat Retha hampir tak percaya dibuatnya.

"Lo nggak salah. Gue percaya lo nggak salah. Jangan khawatir ya? Nanti juga bakal membaik kok." Cowok itu tersenyum, lagi-lagi Retha terpesona dengan sikap lembut Arsen.

"Sen," panggil Retha.

"Hm?"

"Makasih, lo orang pertama yang bener-bener percaya sama gue." Kata Retha.

Lagi-lagi Arsen tersenyum menampilkan lesung pipitnya. Retha sempat heran dan bertanya-tanya, apakah cowok itu tidak bosan senyum terus menerus?

"Gue boleh kasih saran?" Tanya Arsen tiba-tiba.

Retha mengangguk sebagai jawaban. Gadis itu menunggu Arsen untuk mengatakan kalimat selanjutnya.

Arsen berdeham pelan, "Mulai sekarang kalo ada yang jahatin lo, jangan segan-segan buat ngelawan. Tha, lo harus bersikap tegas sama diri lo sendiri. Lo mau nama lo bersih lagi 'kan? Maka lo harus kuat dan jangan lemah. Ngerti?"

Retha mengerjap beberapa kali, mencerna dan mengulang perkataan Arsen dibenaknya. Cowok itu ada benarnya juga, jika Retha terus-terusan bersikap seperti ini maka ia tidak akan pernah bisa melawan orang-orang di sekitarnya.

Tujuannya hanya satu, menghapus dan kembali membersihkan namanya dan membongkar kebusukan Sonya.

Perlahan Retha mengangguk setuju atas saran yang Arsen berikan padanya. Oke, mari kita lihat sisi lain Retha yang tak diketahui siapapun.

"Sen, lo harus ketemu sama kepsek 'kan? Ayo." Ajak Retha.

Arsen mengangguk lalu bangkit dari duduknya. Mereka berdua keluar dari ruang UKS, namun di ambang pintu Retha berpapasan dengan Glen.

Keduanya saling bertatapan, namun dengan cepat Retha memutus kontak mata.

Ia menoleh pada Arsen, "Sen, lo duluan aja. Nanti gue nyusul."

About Retha [ SELESAI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang