***
Setelah kejadian di kantin Arthur dan teman temannya memilih bolos di warung belakang, tongkrongan mereka. Mereka memang terkenal lumayan Bad untuk seukuran siswa.
"Gue masih nggak nyangka si Rachel berubah." Ucap Adam kala mereka memulai sebuah obrolan.
"Gue yakin dia cuma nyari perhatian Arthur." Celetuk Rean. Memang rean ini sudah terlanjur sayang dengan adik sepupunya dinda. Tak akan ada yang bisa menggantikan nya mau itu rachel sekalipun.
"Menurut lo gimana thur?" Tanya Adam yang melihat Arthur diam. Sejak kejadian di kantin tadi, Arthur menjadi sedikit lebih pendiam dari pada biasanya, entah apa yang pria itu pikirkan.
"Gue gak tau." Ucap Arthur. Setelah itu keadaan menjadi hening kembali, sebelum bibi warung mengantarkan mereka makanan. "Makasih bi."
"Sama sama atuh."
"Gue yakin dia berubah." Ucap laskar. Arthur yang sedari tadi memikirkan hal itu sontak melihat ke arah laskar. Arthur menyengrit kan dahinya dalam.
"Tumben lo mau ngasih pendapat." Ucap Arthur. Laskar mengangkat bahunya acuh, ia hanya menyampaikan apa yang ia nilai.
"Udah. Dari pada mikirin titisan iblis, mending kita obrolin Dinda." Ucap Adam mengalihkan pembicaraan. "Gue gak yakin kejadian di toilet itu rachel pelakunya."
Ucapan laskar membuat mereka kembali menatap laskar heran. "Kenapa lo jadi bela dia?" Tanya rean tajam pada laskar.
"Gue cuma nyampein pendapat gue." Ucap laskar datar.
"Tumben banget, bukan nya lo yang paling anti buat ikut campur masalah dinda sama rachel?" Ucap Adam pada laskar. Laskar mengangguk pelan.
"Terus kenapa lo sekarang ikut campur?" Tanya rean.
"Gue ngerasa gue harus nyampein apa yang gue lihat." Ucap laskar.
"Maksud lo?" Tanya Arthur bingung. Ia sangat bingung dengan sikap laskar, seperti ada yang berubah dengan dirinya.
"Gue liat lebam di pipi Rachel." Ucap laskar. "Bahkan gue liat siku nya luka." Lanjutnya.
"Mungkin jatoh." Acuh rean.
"Sebelum dia ke toilet gue papasan sama dia. Dia baik baik aja." Ucap laskar lagi. Keadaan di meja menjadi hening.
"Terkadang apa yang kita liat, gak sesuai dengan fakta yang ada. Lo semua harusnya dengerin satu sisi lagi, supaya lo semua tau apa yang sebenarnya terjadi." Ucap laskar panjang lebar. Baru kali ini laskar berbicara panjang lebar seperti itu. Dan itu karna kejadian kemarin.
Arthur bergelut dengan fikiran nya. Apa yang di ucapkan oleh laskar itu benar. Tapi ia sangat mempercayai Dinda, tapi di satu sisi juga ia ragu dengan pemikiran nya. Ayolah, ia bukan murid yang mudah untuk di bodoh bodohi, tetapi mengapa memikirkan hal ini membuat dirinya merasa frustasi.
Lo semua harusnya dengerin satu sisi lagi, supaya lo semua tau apa yang terjadi.
Lo yang cuma liat dari satu sisi diem aja deh.
Apa dia salah? Arthur segera menepis pemikiran nya itu. Ia tak mungkin salah, ia sudah tak mempercayai rachel lagi. Meskipun jujur ia masih memiliki sedikit rasa untuknya, tetapi ia sudah terlanjur kecewa dengan perbuatan yang di buat oleh rachel. Apalagi rachel menyakiti dinda yang bernotabe sebagai sepupu nya sendiri. Arthur ingin mempunyai kekasih yang bisa menyayangi keluarganya, bukan malah menyakiti keluarga nya. Apa jadinya jika Arthur mengenal kan gadis seperti itu kepada keluarga nya, yang ada keluarga nya menjadi tumbal dari kebengisan seorang rachel. Arthur sudah memantapkan pilihannya untuk dinda, ia tak akan goyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Two Souls (Tamat)
FantasyKejadian yang tak masuk akal itu menimpa Caramel. Ia harus masuk ke dalam raga seseorang yang sangat di benci oleh keluarga besarnya. Beruntung nya raga itu mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya, beruntung nya juga raga itu mempunyai s...