***
"Datang juga kamu."
Arthur, pria itu memandang papanya dengan pandangan datar. Dia melewati papanya begitu saja, yang ingin dia pastikan sekarang adalah keadaan mamanya.
"Arthur."
Arthur menoleh ke arah suara, ia menghembuskan nafasnya lega kala melihat mamanya baik baik saja. Mamanya menyuruh dirinya duduk di dekatnya, Arthur pun berjalan.
"Maaf kan anak ku karna terlambat." Ucap Papa Arthur.
Arthur menoleh ke arah kursi sebrang, ia baru menyadari kalau ada orang lain disini.
Ada dua orang paruh baya, satu gadis dan satu pria. Ia merasa asing dengan mereka, pasalnya ia baru menemui nya.
"Nggak papa, Lo santai aja. Ngomongnya jangan kaku gitu lah, kita kan udah kenal lama." Ucap pria paruh baya disana.
Papa Arthur tersenyum tipis, ia kemudian menepuk pelan bahu Arthur. "Dia anakku Arthur."
"Mereka anak-anak gue. Cleo dan Caramel. Kalian, Perkenalkan diri kalian."
"Cleo om, tante." Ucap cleo sopan, ia tersenyum ramah. Papah Arthur sangat tertarik dengan Cleo.
"Caramel."
---
"Apa yang mau lo lakuin sialan!" Desis dinda tajam pada Rachel. Rachel terkekeh pelan, ia sudah mengikat tangan dinda dengan tali sepatu yang menggantung di lemari dinda.
"Nyiksa lo? Mybe. I don't know what I want to do but I want to have fun with you. do you want to play with me?" Tanya Rachel dengan lugas.
"Najis, cuih. Jangan harap lo bisa main sama gue!" Ucap dinda tajam. Rachel terkekeh pelan.
"lol that's stupid, Gue yang bakal main main sementara lo cuma ngeliatin. Lo faham kan?" Tanya Rachel. Dinda mengerutkan keningnya tak mengerti, Rachel berdecak malas.
"Biar gue perjelas. Gue yang bakal bersenang senang, sementara lo bakal tersiksa. Lo faham sekarang?"
Mendengar itu Dinda terkekeh miris, ia menganggap Rachel itu bodoh. Bagaimana mungkin Rachel akan menyakiti nya di dalam rumahnya sendiri.
Rachel mulai memainkan ujung rambut dinda, ia menariknya dengan tiba tiba. Dinda berteriak, namun teriakan itu terpendam karna Rachel menyumpalkan kaos kaki yang ia pungut di dekat lemari dinda tadi.
Rachel sangat berterima kasih pada dinda karna gadis itulah yang memberinya barang untuk ia pergunakan sekarang.
Dinda yang di sumpal dengan kaus kaki miliknya, ingin muntah. Karna ia tahu kaus kaki itu sudah satu minggu tidak di cuci.
"Gimana rasanya makan kaus kaki sendiri? Enak kan?" Tanya Rachel. Dinda menyorot Rachel dengan pandangan marahnya. Ia memberontak di kursinya.
"Eits ... jangan gerak gerak gitu, nanti jatoh sakit."
Dinda tak mendengarkan ucapan Rachel, ia semakin memberontak, akhirnya ia terjatuh dan terdengar suara gedebuk yang keras.
"Keras kepala si lo."
Dinda merasakan sakit di badannya, ia juga merasakan perih di tangannya. Jangan lupakan ia ingin muntah karna kaus kaki itu. Untungnya, kaus kaki itu keluar saat ia jatuh. Kaus kaki itu disumpalkan begitu dalam oleh Rachel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Two Souls (Tamat)
FantasíaKejadian yang tak masuk akal itu menimpa Caramel. Ia harus masuk ke dalam raga seseorang yang sangat di benci oleh keluarga besarnya. Beruntung nya raga itu mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya, beruntung nya juga raga itu mempunyai s...