Fourty Four

9.2K 1K 35
                                    

***

Pandangan mengintimidasi dari pria itu tak berangsur hilang, saat ia sampai di rumahnya, pria itu kini malah menyeretnya ke ruangan yang kosong. Memberikan akses untuk dirinya bertanya tanpa ada yang mengganggu.

Dirinya menyimpan satu tangannya ke dalam saku, ternyata yang ia bawa random tadi adalah bola kecil. Ia lupa menggunakannya saat menyiksa dinda. Sudah lah, sudah terlanjur.

"Kenapa lo ada disana?"

Pertanyaan itu meluncur dari mulut Arthur. Rachel menipiskan bibir nya, ia bingung mau menjawab apa.

"Jawab gue Rachel."

Rachel kemudian duduk dengan santai, ia menatap Arthur dengan serius. "Gue nggak bakal jawab. Sebelum lo jawab pertanyaan gue, kenapa lo tau gue disana?" Tanya Rachel.

"Itu nggak penting." Jawab Arthur.

Rachel menghendikan bahunya. "Berati jawaban gue juga sama. Itu nggak penting." Ucap Rachel acuh.

"Gue serius Rachel." Ucap Arthur dengan nada tegasnya.

"Gue juga serius." Ucap Rachel sembari bangkit dari duduknya. "Lo bakal tau besok atau ... lusa?  itupun kalo dia menang." Lanjutnya.

Arthur tak mengerti dengan ucapan Rachel, sampai Rachel berjalan meninggalkan dirinya, ia baru sadar, bahwa ada yang janggal. Untuk kejadian hari ini, banyak hal yang aneh, dan hal itu saling berhubungan.

Arthur mengambil langkah cepat, ia segera menyusul Rachel yang kini sudah berjalan menuju kamarnya.

"Sebenernya, lo siapa?" Perkataan yang Arthur lontarkan sukses membuat rachel menghentikan langkahnya, ia terdiam di tempatnya. Tubuh nya sempat menegang, namun berangsur hilang dalam beberapa detik.

Rachel berbalik, ia menatap Arthur tepat di netranya. "Kalau gue bilang gue bukan Rachel, lo percaya?"

---

Di tempat lain, di rumah dinda. Semua polisi sedang sibuk memeriksa otkp. Dinda di larikan ke rumah sakit, ditemani mamanya, sementara papanya tinggal untuk melihat pemeriksaan polisi.

"Saya bisa melihat cctv rumah anda tuan?" Tanya salah satu polisi itu. Papa dinda mengangguk, ia menggiring polisi itu menuju ruangan kerjanya.

Papa dinda memeriksa cctv nya, ia kemudian menggulirkan cctv ke detik dimana dinda terkunci di kamar.

Layar monitor kini menampilkan  keadaan dinda yang sedang baik baik saja, namun hal itu hanya sebentar sebelum dinda berjengrit kaget dan berteriak namun tertahan entah karna apa.

Papa Dinda dan polisi itu menatap layar monitor dengan fokus.

Mereka bingung melihat kejadian itu, mereka bertambah bingung kala melihat kelanjutan layar monitor itu. Mereka saling pandang sejenak, otak mereka memikirkan hal yang sama.

"Putrimu ada gangguan jiwa?"

---

Gadis itu—Rachel, menatap layar ponselnya dengan senyuman yang tercetak di bibirnya. Memanipulasi bukti yang ada sudah ia lakukan, ia juga sudah menutup bukti bukti bahwa ia berada di luar rumah. Kecuali satu hal yang belum ia bungkam, Arthur. Ya pria itu.

Mengingat pria itu, ia jadi kepikiran. Kenapa pria itu baru menyadari nya sekarang, bahwa Rachel berubah, ia berbeda. Ia juga ingin tahu, kenapa pria itu bisa mengetahui keberadaan nya. Padahal, kalau di ingat ingat, tak ada seorang pun yang membuntutinya. Ia juga sempat mengecek cctv, Arthur terburu buru keluar rumah sebelum dirinya keluar.

Transmigration Of Two Souls (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang