***
Tinggal di rumah sederhana, dengan keluarga yang harmonis, itu adalah impian semua orang. Termasuk caramel tentunya. Ia senang karna mimpinya sedari dulu sudah terwujud. Ia juga pindah sekolah, ia masuk ke sekolah negri biasa.
Sudah beberapa minggu mereka pindah ke sana. Keadaan disana dan di kota beda tentunya. Mereka merasa lebih nyaman hidup di pedesaan.
Di siang hari, caramel pulang dengan seragam yang lengkap. Ia disambut hangat oleh mamanya. Papanya sedang melakukan pekerjaan barunya, yaitu membantu perusahaan kecil yang baru berdiri di dekat desa. Sementara cleo, ia sudah kembali ke jalannya, ia memilih bidang yang ia sukai selama ini.
"Ma, papa pulang kapan?" Tanya caramel.
"Nanti sore." Ucap sang mama. "Mama mau minta tolong boleh?" Tanya sang mama.
"Boleh ma, minta tolong apa?" Tanya caramel.
"Tolong beliin bahan makanan dong, buat nanti sore kita makan. Beli nya supermarket depan. Agak jauh, kamu pake sepedanya cleo aja." Ucap sang mama.
"Okey ma, mana nota nya." Ucap caramel. Sang mama memberikan selembar kertas kecil yang berisi bahan bahan yang harus di beli, lalu ia memberi caramel beberapa lembar uang.
"Hati hati ya di jalan nya, jangan buru buru." Ucap sang mama. Caramel mengangguk pelan. "Ya udah, kalo gitu caramel pergi dulu. Dah ma."
"Iya, hati hati."
Caramel segera keluar, ia berjalan ke arah halaman depan. Disana sudah ada sepeda milik cleo, sepeda ini terbilang cukup bagus. Dulu cleo mendapatkan sepeda ini dari hasil lombanya.
"Siangku cerahku, matahari bersinar, ku kayuh sepedaku di jalan." Senandung nya sembari mengayuh sepeda. "Sepeda kakak tersayang maksudnya."
"Ya iyalah di kayuh di jalan, masa di air ya kan." Ucapnya kepada dirinya sendiri. Di pertengahan jalan, sebenarnya banyak yang ia pikirkan.
Dimulai dari berpindahnya ia ke raga Rachel, kembalinya ia ke raga nya tanpa kehadiran Rachel sedikit pun. "Ko gue jadi penasaran ya, tuh sosok si Rachel kaya gimana. Heran banget, ga ada spoiler spoiler nya sama gue." Ucapnya.
Karna keasikan berfikir dan bermonolog sendiri, ia tak sadar bahwa ia sudah sampai di dekat supermarket. Ia sadar, saat ia melewati beberapa angkringan.
"Cepet banget gue sampe." Monolognya. Ia segera menaruh sepedanya di depan supermarket.
Ia segera masuk ke supermarket, tak lupa ia melihat nota yang mamanya berikan, sembari membaca, ia membawa keranjang kuning yang tersusun rapi di tempatnya. Karna ia fokus melihat tulisan mamanya, ia jadi salah memegang barang.
"Eh maaf, nggak sengaja. Mau ngambil keranjang juga?" Tanya caramel pada orang yang baru saja ia sentuh tangannya. Orang itu hanya diam dengan pandangan yang sedikit menunduk, bahkan wajahnya pun tak terlihat karna terhalang masker dan topi.
Caramel menggaruk dahinya bingung, ia merasa bodoh karna memberi pertanyaan yang tak bermanfaat. Untuk meredakan rasa malu yang ada ia berdehem singkat, lalu membawa keranjang itu tanpa berbicara lagi.
Setelah merasa jauh dengan orang itu, caramel bernafas lega. "Siapa si itu orang? Nggak jelas banget. So soan jadi orang misterius, kan ngeri gue liatnya." Ucapnya sambil bergidik.
Tak memusingkan hal itu lagi caramel mulai memasukan bahan bahan yang mamanya tulis. Sementara di lain tempat orang itu kini tengah duduk sembari mengawasi pergerakan caramel.
"Dia orangnya?" Monolognya.
Tanpa menunggu lama lagi, orang itu segera mengeluarkan telepon genggam miliknya. Ia menelpon seseorang yang sedang melakukan hal yang sama dengannya, mencari seseorang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Two Souls (Tamat)
FantasíaKejadian yang tak masuk akal itu menimpa Caramel. Ia harus masuk ke dalam raga seseorang yang sangat di benci oleh keluarga besarnya. Beruntung nya raga itu mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya, beruntung nya juga raga itu mempunyai s...