***
"Karna lo baru sembuh dari sakit lo. Gue bakal bikin lo masuk ke rumah sakit lagi, sebagai pembalasan dari gue, Rachel."
Mendengar itu Rachel langsung tertawa sumbang. Ia menatap Ratna dengan remeh, wanita yang satu ini sungguh percaya diri, Fikirnya. Melihat Rachel yang menatap nya remeh Ratna jadi geram, ia menyuruh dinda memperkuat pegangannya pada tangan Rachel.
Plak
"Sial, Lo harusnya minta ampun sama gue!" Ucap Ratna sambal berteriak kencang.
"Stt .. Lo jangan teriak dong, nanti kalo kalian ketahuan lagi bully gue kan bahaya." Ucap Rachel dengan tenang.
Bugh Dugh
"Upss, Sorry kak, aku gak tahan soalnya tangan aku gatel." Dinda mengusap ngusap tangannya setelah ia mendorong Rachel keras sampai terbentur lantai. Setelah mereka melihat Rachel yang mendongkak dengan darah yang bercucuran mereka tertawa dengan sangat keras.
"Duh, gue puas banget nih." Ucap Ratna di sela tawanya. Ia memegangi perutnya karna merasa bahagia sekaligus geli saat melihat kondisi Rachel. "Kayanya kita harus sampe sini dulu deh kak." Ujar Dinda menimpali.
Ratna mengangguk sambil melihat jam alorjinya. "Hm, lo bener. Bentar lagi masuk kelas, kayaknya kita harus keluar." Dinda memegang dagunya seraya berfikir. "Terus dia diapain kak?" Tanya Dinda sembari melirik Rachel yang sudah mulai menatap mereka sayu.
"Dia kita tinggalin aja disini, kita kunci sekalian. Biar dia mati." Ujar Ratna menatap Rachel dengan kebencian yang sangat dalam. Dinda langsung mengangguk setuju. Mereka pun pergi meninggalkan Rachel ditoilet. Tak lupa mereka mengunci pintunya dari luar.
Rachel mulai memegangi kepalanya yang mulai berdenyut nyeri. Ia mulai bias mencium aroma anyir di dekat hidungnya, ia meraba raba tembok di sisinya, menjadikan tompangan agar ia bias berdiri. satu kali, ia gagal. ia berusaha bangkit lagi, namun usahanya gagal kembali.
Ratna,Sialan. Umpat Rachel dalam hati. Ia juga tak lupa memaki Dinda dengan deretan nama hewan yang ia punya.
"A-was aj-a lo berdua. Berani beraninya sama gue." Gumam Rachel sebelum kegelapan merenggut kesadarannya.
Gadis yang sedari tadi berada di toilet kini keluar dengan langkah yang bias di bilang hati hati. Ia membekap mulutnya tak percaya kala melihat Rachel tergeletak di lantai dengan wajah yang penuh dengan darah. "Kak Rachel, bangun kak!" Ucap gadis itu sembari menggoncangkan tubuh Rachel.
---
Arthur menatap jendela dengan perasaan yang tak tenang, ia tak tahu mengapa tetapi sedari tadi ia merasa khawatir pada Rachel. Sedari pagi ia belum bertemu dengannya, apalagi kemarin gadis itu melarang dirinya untuk menjenguk. ia berkata bahwa dirinya sudah sembuh dan akan langsung masuk ke sekolah besok.
"Shtt Thur, ngapa lo? Tumben banget nggak konsen pas jam pelajaran." Tanya Adam. Adam dan Arthur memang teman sebangku. Arthur menghembuskan nafasnya pelan. "Gue khawatir sama Rachel." Ucapnya.
Mendengar nama wanita yang ia benci Adam langsung mengalihkan pandangannya ke depan. Hal hal yang bersangkutan dengan Rachel ia sudah muak untuk ikut campur. Arthur kembali melaamun sambal menatap jendela, ia memicingkan matanya kala keridor yang sepi itu mulai ramai karna orang orang berhamburan keluar dengan berbagai macam ekspresi.
"Ada apa di luar?" Tanya sang guru di depan. Ia merasa tak konsen untuk mengajar jika suasananya terlalu ramai. "Kamu, coba cek keluar." Tunjuknya pada salah satu siswanya. Siswa itupun mwenurut. Ia segera keluar dari kelasnya.
Tak berselang lama siswa itu kembali dengan raut wajah panik. "Ada anak cewe IPA yang pingsan pak, katanya abis di bully." Mendengar itu perasaan Arthur semakin tak enak, ia menepis fikiran negative yang mendatanginya.
"Anak IPA? Siapa?" Tanya guru itu. "Nggak tau pak, tapi katanya cewek dari kelas sebelas." Sahutnya.
Guru itu mengangguk pelan, ia kemudian menyuruh siswa itu kembali duduk dikursinya. Arthur merasa tak puas dengan jawaban teman sekelasnya itu. ia kembali melihat ke arah jendela miliknya, matanya membulat seketika saat melihat sesosok gadis yang sangat ia kenali. Gadis itu sedang berada di pangkuan seorang pria. Pria yang sangat ia kenali.
Tanpa mengucap sepatah katapun Arthur segera lari keluar kelas. Ia tak mengidahkan panggilan dari guru dan Adam, Yang ada di fikiran nya kini adalah kondisi seorang gadis yang terlihat sangat berantakan.
Arthur segera membalikkan sosok pria yang sedang menggendong Rachel dengan gaya bide style. Ia merebut Rachel dari gendongannya. "Biar gue aja yang bawa dia." Arthur seegara mengambil langkah yang lebar.
Melihat Rachel yang sudah beralih ke tangan sahabatnya, ia lamgsung menatap punggung Arthur dengan dinging. ia segera menyusul Arthur dengan langkah yang lebar. Ia kembali merebut Rachel dari gendongan Arthur. Ia langsung berkata dengan nada yang sangat dingin. "Lo telat Arthur, sekarang gue yang pertama. Lo nggak bisa ngambil Rachel seenaknya." Setelah mengatakan itu Laskar langsung pergi dari sana.
Arthur menatap punggung laskar dengan tajam, ia mengepal kan tangannya dengan kuat sampai buku jarinya memutih.
Pemandangan itu tak luput dari siswa siswa yang berada di sana, mereka mulai berbisik bisik. Sudah di pastikan kejadian ini akan menjadi topik yang hangat di keesokan harinya.
***
Hallo Readers. Cuma mau mengingatkan lagi nih, tolong di follow akun Author. Supaya nanti kalau ada info dari cerita ini akan aku Up disana.
Terima kasih sudah membaca
Jangan lupa Vote Komennya
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Two Souls (Tamat)
FantasyKejadian yang tak masuk akal itu menimpa Caramel. Ia harus masuk ke dalam raga seseorang yang sangat di benci oleh keluarga besarnya. Beruntung nya raga itu mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya, beruntung nya juga raga itu mempunyai s...