Thirty One

10.3K 1K 12
                                    

***

Seperti biasa, Rachel akan bolos di jam pelajaran terakhir. Ia beralibi ke toilet tadi, teman temannya percaya saja terutama guru yang mengajar. Kecuali Kimmy tentunya. Anak itu tak ingin di ajak bolos, katanya otaknya tak sepintar dirinya.

Padahal dirinya juga tak sepintar rachel yang asli. Tapi ya sudah lah. Ia ingin menikmati hidup, ia tak ingin di kekang lagi. Hanya di kehidupan inilah ia bisa merasakan sedikit kebebasan.

"K-kak Rachel!"

Rachel menoleh ke arah orang yang memanggilnya, ia menatap gadis itu bingung. "Kenapa?"

"Kakak di panggil ke taman belakang." Ucap gadis itu cepat.

Rachel tidak sebodoh itu untuk menyadari gelagat aneh dari gadis ini. "Ngomong sama gue harus liat wajah gue." Ucap rachel.

Gadis itu mendongkak perlahan. Rachel mengangguk samar. "Elo yang nolongin gue di toilet?" Tanya Rachel.

Gadis itu mengangguk ragu. "Namaku ros kak." Ucapnya.

Rachel menghendikan bahunya tak peduli. Ia maju ke arah gadis itu, gadis itu sudah berdiri dengan gugup. Rachel mendekatkan mulutnya ke telinga gadis itu. "Kalo mau jadi orang baik, jangan setengah setengah. Lo fikir gue gak tau rencana lo?"

Ros langsung pucat di tempatnya, ia menatap rachel dengan takut. Rachel sudah menjauhkan dirinya. "Gimana pun gue harus meng-apresiasi usaha lo kan? Gue ke taman dulu, oke?" Ucap rachel berjalan, meninggalkan ros.

Ros tampak ragu di tempatnya, ia ingin menahan rachel. Tetapi jika ia menahan nya ia akan di salahkan nantinya. Ia tak ingin hubungan dirinya dan dia kembali memburuk. Ros menghela nafasnya pelan. Ia menunduk, ia kembali merasa bersalah untuk Rachel.

---

Rachel bersenandung ria di sepanjang jalan. Sesekali ia bersembunyi saat melewati kelas kelas orang yang sedang belajar.

Rachel menghentikan langkahnya, ia melihat ke seluruh penjuru taman. Terlihat sepi, sekilas memang terlihat aman. Tapi harus kalian waspadai, tempat yang sepi biasanya menyembunyikan hal hal yang berbau dengan kejahatan.

Rachel berjalan pelan ke tengah taman. Ia berpura pura ke bingungan, menengok ke sana kemari. Ia menghendikan bahunya acuh, ia kembali melangkah. Tetapi saat ia melangkahkan satu kakinya, sapu tangan seseorang sudah membekap mulut dan hidungnya. Samar samar ia melihat siluet seorang pria.

Rachel mengenali pria itu, sebelum pingsan rachel tersenyum miring. Lo salah pilih lawan. Batinya.

---

Kimmy gelisah di tempatnya, ia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tapi ia tak tau itu apa. Bel sekolah sudah berbunyi sedetik yang lalu, ia kemudian segera keluar membawa tas rachel. Guru di depan sempat menanyakan kemana Rachel, kimmy menjawab rachel pulamg terlebih dahulu karna sakit. Ia hanya ber-alasan.

Saat di luar, kimmy mencoba menghubungi rachel. Kimmy merasakan getaran di tas rachel. Kimmy membuka tas rachel, Kimmy berdecak kala melihat handphone Rachel.

"Laskar!"

Laskar menoleh ke arah Kimmy, ia menaikan satu alisnya bingung. Kimmy segera mendekat. "lo liat rachel nggak?" Tanyanya.

Laskar menggeleng. Kimmy menghembuskan nafasnya panjang. "Itu anak bolos kemana si, perasaan lama banget."

"Di roffdop?" Tanya laskar.

"Gini, lo mau nggak bantu gue? Gue nyari di roffdop, elo nyari dimana aja. Sekiranya bisa dijadiin tempat bolos." Ucap Kimmy. Laskar mengangguk, tanpa sepatah katapun ia langsung pergi.

Kimmy mendelik, ia kesal. Ia tahu laskar itu memang dingin, tapi ini dalam keadaan genting. Tak bisakah ia bebicara lebih panjang.

"Udah lah, gue harus cari Rachel."

---

Laskar mencari rachel ke taman belakang, lebih tepatnya ke pohon jambu yang dulu ia panjat. Laskar mengadah ke atas, tak ada siapa siapa. Sebelum kesini, ia sudah memeriksa seluruh menjuru sekolah. Tak ada tanda tanda rachel disana.

Laskar mengusap tekuknya, sebenarnya perasaannya sudah tak enak sedari tadi. Ia sangat khawatir tentunya. Sudah setengah jam ia mencari kemana mana tapi rachel tak pernah di temukan. Apalagi belum ada kabar dari Kimmy.

"Lo ngapain disini?" Tanya seseorang yang baru saja datang. Laskar menoleh. Ia tak menjawab.

Orang itu memutar bola matanya jengah. Entah, di antara mereka laskar seperti membangun tembok yang tinggi. Arthur tau itu karna apa, tapi apa perlu laskar memasang tembok di antara mereka. Lantas bagaimana nasib persahabatan mereka.

"Nggak usah terlalu dingin sama gue kar. Lo harus inget kita itu masih sahabat, gue gak mau persahabatan kita rusak gara gara masalah kita." Ucap Arthur.

Laskar sempat berfikir, Arthur memang benar. "Sorry." Ucapnya.

Arthur mengangguk, ia menepuk bahu laskar. "Santai, kita masih bisa bersaing secara sehat kan?" Ucapnya.

Laskar mengangguk. "Rachel hilang."

Tepat saat laskar mengatakan itu, Arthur langsung terbelak kaget di tempatnya. "Kenapa lo gak bilang dari tadi?!"

Laskar menghendikan bahunya. "Gue udah cari ke seluruh penjuru sekolah, tapi dia gak ada." Jelasnya.

Arthur mengusap wajahnya kasar. Ia menatap laskar kesal, kenapa anak itu tak berbicara padanya dari awal, kalau begini jadinya, ia tak bisa bergerak cepat.

"Keselnya di tunda. Kita cari rachel sekarang." Ucap laskar.

Arthur mengangguk. Lagi, mereka mencari ulang Rachel ke seluruh penjuru sekolah. Barang kali ada ruangan yang tertinggal.

Semoga gue gak telat chel. Arthur membatin.

---

Ruangan gelap, berdebu, dan kotor. Sangat tak terawat sama sekali. Seorang gadis tengah di ikat di sebuah kursi yang terbilang cukup tua.

Gadis itu melenguh pelan, ia membuka matanya. Ia langsung tersadar, ia menatap sekelilingnya yang sangat sepi. Gadis itu tersenyum kecil.

Derap langkah terdengar, pintu dibuka dengan keras. Seorang pria berbaju hitam kini menghampiri sang gadis yang tengah menatapnya ketakutan.

Pria itu mencengkram dagu sang gadis dengan kuat. "Lo tau, lo pantes dapet semua ini." Ucap pria itu sarkas.

Gadis itu menatap takut, matanya mulai berkaca-kaca. "L-lo siapa?" Tanyanya dengan nada bergetar.

Pria itu tertawa jahat. Ia senang melihat gadis ini ketakutan. Pria itu berjongkok, mensejajarkan dirinya dan sang gadis.

"Lo gak perlu tau siapa gue Rachel. Yang perlu lo tau gue bakal nyiksa lo sampe lo mohon mohon kata ampun buat gue." Ucap pria itu.

Rachel terisak pelan. Ia kini mulai melihat pria itu berjalan mengambil sebuah tongkat bisbol yang entah kapan berada di dekat mereka.

"Selamat menikmati neraka dunia rachel."

***

Main tebak tebakan ayo. Siapa yang nyulik rachel?

Terimakasih sudah membaca ❤️
Jangan lupa vote komen nya ❤️

Transmigration Of Two Souls (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang