Seven

22.6K 2.7K 22
                                    

***

Keesokan harinya

Seperti biasa, Rachel diantar oleh sang supir. Rachel juga sudah memberi tahu jam pulang nya pada sang supir, lantaran rachel yang dulu sering memakai mobil sendiri. Jadi sang supir pun tak tahu jadwal pulang majikannya.

Ketika sampai di sekolahnya, ia masih menjadi pusat perhatian. Ia tak memperdulikan hal itu, di kehidupan nya dulu, bahkan ia sering di tatap secara terang terangan oleh orang orang. Karna dia cantik tentunya, caramel sih pede saja.

Di jalan ia berpapasan dengan Dinda yang langsung memandangnya sinis, cih bermuka dua. Rachel yang tak ingin ribut pagi pagi pun memilih pergi berlalu meninggalkan Dinda. Tapi sebelum ia pergi dinda sempat berbisik padanya.

"Tunggu permainan aku kakak manis!" Mendengarnya saja, rachel ingin muntah. Berani sekali dia memanggil nya kakak. Sebagai respon ia hanya mendengus sinis, melirik dengan tatapan mengejek.

Ia segera masuk ke kelasnya. Di kelasnya sudah ramai orang, bahkan kimmy pun sudah bergulat dengan dua buku di bangkunya.

"Ngapain kim?" Tanya Rachel. Kimmy menoleh, ia menunjuk coretan coretan angka di bukunya.

"Ngerjain PR Kimia sama Matematika. Gila, gue lupa hari ini itu dua pelajaran di gabung." Ucapnya mengeluh.

"Nih, lo harus nyontek juga. Kalo nggak lo bakal di hukum. Gak mau kan lo di hukum Arthur." Ucap Kimmy.

"Ko Arthur?" Tanya Rachel heran.

"Soalnya dia ketos nya. Anehnya, guru itu suka langsung ngasih muridnya ke ketos buat di hukum. Mana hukuman nya gak main main lagi." Ucap Kimmy.

"Contohnya?"

"Lari keliling lapangan,

Hal biasa.

Bersihin lapangan, bersihin perpustakaan,

Biasa.

Sama yang paling anti, bersihin toilet belakang yang jorok nya amit amit. Gue nginjek kaki ke kawasan sana aja ogah." Ucap kimmy sambil bergidik membayangkan betapa kotornya toilet belakang.

Paling parah toilet. Emang dimana mana hukuman paling parah itu toilet.

Caramel jadi mengingat sekolah nya dulu, ketika ia di hukum untuk membersikan toilet duduk. Dengan iseng, caramel mengisi botol dengan air keruh. Ia menancapkan botol itu pada toilet, terakhir ia memencet tombol untuk menguras toilet. Caramel di kejutkan dengan hasilnya, ia mengharapkan botol itu terkuras dengan air didalamnya, tetapi yang terjadi adalah air berhamburan dengan kencang dari arah toilet. Niat ingin membersihkan toilet, malah tambah mengotori toilet. Alhasil ia di marahi guru BK satu hari penuh, bahkan saat datang ke rumah pun ia masih di marahi oleh keluarga nya sampai tengah malam. Sungguh cape telinganya saat itu. Ia pun di skors.

"Chel, kenapa lo senyum senyum sendiri?" Tanya kimmy menatap rachel ngeri. Rachel yang tersadar mengembalikan raut wajahnya yang biasa.

"Gue bayangin lo ke kunci disana." Ucap Rachel tenang. Sementara Kimmy menatap bingung.

"Dimana?"

"Toilet belakang."

"Gila lo! Jahat banget!" Ucapnya lalu merajuk. Rachel hanya menghendikan bahunya acuh, niat ingin menyontek pada buku yang kimmy pakai ia urungkan, kala kimmy dengan serakah menguasai buku itu. Tak ada pilihan lain ia pun menyontek ke teman kelasnya yang lain.

Dasar baperan. Cibir rachel dalam hati.

---

Saat bel istirahat berbunyi, kimmy sudah keluar duluan. Rachel pun membiarkannya, mungkin Kimmy masih marah padanya. Rachel juga baru ingat, bahwa kimmy sedang datang bulan. Kimmy memberi tahunya di chat semalam. Dari pada ia menambah mood kimmy menjadi buruk mending ia biarkan saja.

"Chel ikut kita ke kantin yuk."

Sedari tadi banyak yang mengajaknya. Tetapi ia menolak dengan halus, ia sedang tidak ingin makan. Ia ingin waktu sendiri, ia sulit beradaptasi disini. Meskipun ia sudah merasa terbiasa, tetapi ia tak betah, ia tak nyaman. Berada di tubuh dan kehidupan orang lain itu sangat menakutkan.

"Duluan aja, gue lagi kenyang."

Dia berjalan tak tentu arah, ia hanya mengikuti kakinya melangkah. Ia mendatarkan wajahnya, inilah ia ketika sedang merasa cemas dan takut. Ia akan menampilkan wajah yang tak bersahabat. Bahkan mungkin orang orang akan mengira rachel yang dulu kini kembali.

Bruk

"Awshh..."

Hening.

Rachel menatap murid yang duduk dengan tidak elitnya di lantai. Wajah rachel tetap sama, ia belum bereaksi, meskipun ia sudah tau apa yang terjadi.

"M-maafin aku kak rachel. Ak-aku gak sengaja." Cicitnya. Ia menatap rachel takut, bahkan matanya sudah berkaca-kaca.

"RACHEL! APA YANG LO LAKUIN?!!" Rachel menengok. Mendapati Arthur yang muncul membelah kerumunan, di belakang ia di ikuti oleh antek antek nya.

"Gue ngelakuin apa?" Tanya Rachel dengan nada yang datar.

"Lo emang belum berubah ya?!" Ucapnya dengan nada yang sinis. Rachel memandang Arthur tajam, jika dipikir-pikir lumayan juga lelaki di depannya ini menjadi bahan untuk ia meluapkan emosi. Ya, emosi yang sedari tadi mengganggu nya, rasa marah, bingung, sesak, cemas, takut, bercampur menjadi satu.

"Gue harus berubah jadi apa? Wonderwomen?" Tanyanya dengan tatapan mengejek. Arthur semakin geram dengan balasan rachel. Sementara dinda disana sudah dibantu oleh Rean.

"Minta maaf! Sekarang!" Titahnya dengan nada tegas. Rachel mendengus, ia menatap murid murid di sekeliling nya. Ia menyeringai pelan.

"Kenapa gue harus minta maaf?" Tanyanya dengan wajah yang di polos poloskan.

"Lo gak ngerasa bersalah sama sekali?!"

"Coba sebutin dimana letak kesalahan gue!" Sentak rachel dengan tajam. Semua orang yang melihat itu di buat kagum dengan nada dan raut wajah yang di buat oleh Rachel, rachel sangat pintar mengubah dan memainkan nada dan ekspresi nya.

"Lo udah nabrak dia! Oh atau mungkin lo dorong dia." Tuduh Arthur. Rachel terkekeh, Arthur semakin berasumsi bahwa ucapannya adalah benar.

"Lo!—"

"Kayanya emang bener deh, lo itu tolol nya udah kelewat tolol. Lo ada dimana sih tadi? Dari kelas ujung, dari keridor ujung, dari belokan ujung, atau di keridor sini? Ngomong ko lemes banget kaya yang udah liat kejadian." Ucap rachel dengan nada yang berubah di setiap kalimatnya. Arthur terdiam, ia memang tak melihat kejadian nya. Tetapi ia tak akan percaya lagi pada rachel.

"Gue yakin lo dorong dia." Ucap Arthur.

"Gue, dorong dia? Manfaatnya apa cuy? Kalo gue dapet cuan si gue ngeng ngeng aja." Ucap Rachel acuh.

"Oh jadi kalo ada orang yang bayar lo buat dorong dia lo mau?" Tanya Arthur tajam.

"Oh jelas, orang kaya dia mah cuma hama. Udah beban negara, beban keluarga, munafik pula." Ceplos Rachel.

"Berani beraninya lo! Lo ikut gue ke bk!" Final Arthur.

"Dengan senang hati. Tapi gue ingetin loh. Kalo lo bawa ini ke jalur BK, lo bakal susah buat nyari tempat persembunyian muka lo." Arthur tak memperdulikan ucapan Rachel. Ia menarik rachel kasar, sebelum benar benar membawa rachel ke BK. Ia menyuruh rean untuk membawa dinda ke UKS.

***

Transmigration Of Two Souls (Tamat) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang