***
Arthur menatap wajah Rachel yang lelah. Rachel sudah tertidur saat berada di dalam pelukannya, mungkin rachel kelelahan karna menangis. Arthur menyelipkan rambut rachel pada telinganya. Rachel terlihat sangat manis, meskipun di kondisi seperti ini.
"Gue gak tau, amnesia bisa ngerubah segala hal tentang lo." Gumam Arthur. Arthur menatap Lamat Lamat ke arah rachel.
"Tapi kenapa gue suka dengan perubahan lo." Gumamnya lagi. Ia tersenyum tipis saat rachel menggeliat pelan karna merasa terganggu dengan usapan lembut di kepalanya.
"Gue gak tau gue bisa sedih karna lo." Arthur segera berdiri, sebelum pergi ia menatap rachel sekali lagi. Hatinya menghangat, melihat wajah tenang milik rachel.
Arthur menggelengkan kepalanya pelan, ia tak boleh berlama lama di kamar milik rachel. Ia akan ke bablasan nantinya. Ia segera keluar dari sana.
Arthur menuruni tangga, ia langsung di suguhi dengan pemandangan keluarga rean yang sedang bercanda ria dengan dinda. Arthur menggeleng kan kepalanya pelan, ia baru sadar bahwa hidup rachel sesuram itu.
Ia meninggalkan kediaman rachel, tanpa berpamitan pada mereka. Entah lah, ia merasa muak seketika saat melihat mereka. Ia jadi berfikir, ini kah yang dirasakan rachel setiap harinya. Sungguh malang.
---
Buram.
Mengerjap pelan.
Bising.
Ia tersadar. Rasanya sedikit pusing, sakitnya sudah hilang. Ia sedikit merasa cemas, tetapi ia berusaha tenang. Ia pasti bisa. Ia akan menggunakan prinsip pemilik tubuh ini, 'apa yang tidak bisa dilakukan olehnya, harus bisa dilakukannya'.
"A-air." Ucapnya pelan. Seseorang tersadar di tempatnya, ia terkejut melihat seseorang yang ia tunggu kini bangun dari komanya.
"Dokter! Dokter! Tolong periksa adik saya, adik saya sadar." Teriak orang itu keluar ruangan. Dengan sabar Rachel atau seseorang yang bisa disebut caramel. Ah entah lah, ia harus menyebut dirinya siapa. Yang pasti ia akan menjalani kehidupan caramel kedepannya.
"Tolong kamu tunggu di luar, biar saya periksa dahulu."
Dengan perasaan yang campur aduk orang itu keluar dari ruangan nya. Sudah berminggu-minggu caramel koma, karna kecelakaan. Berminggu-minggu juga ia menunggu adiknya itu siuman. Ia segera mengeluarkan handphone nya, ia segera menelpon kedua orang tuanya. Memberikan kabar baik untuk mereka.
"Mah, pah, kalian cepet ke rumah sakit. Caramel udah sadar."
Setelah menelpon orang tuanya, cleo duduk di ruang tunggu dengan harap harap cemas. Ia bahkan tak berhenti mengucap terima kasih pada Tuhan Yesus, karna ia telah mengembalikan caramel. Cleo bahkan rajin berdoa ke gereja, hanya untuk meminta caramel di sadarkan dari tidur panjangnya.
"Gue kangen banget sama lo dek."
---
"Eugh..." Rachel menggeliat pelan. Ia menggerakan kepalanya ke kanan dan ke kiri, mengusir rasa pegal yang ada. Ia menoleh pada jam beker yang berada di atas nakasnya.
23:44
Ia melotot pelan. Selama itukah ia tertidur, apa raga ini memiliki penyakit pelor. Ia merasa semakin hari ia semakin sering mengantuk dan tertidur. Ia ingat terakhir kali ia tertidur di pelukan Arthur. Ah ia tak akan memperdulikan hal itu, lumayan juga bisa peluk peluk cogan ya kan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Two Souls (Tamat)
FantasyKejadian yang tak masuk akal itu menimpa Caramel. Ia harus masuk ke dalam raga seseorang yang sangat di benci oleh keluarga besarnya. Beruntung nya raga itu mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya, beruntung nya juga raga itu mempunyai s...