***
Cahaya remang remang mulai memasuki indra penglihatannya. Pandangan yang semula mengabur kini menjadi jelas seiring berjalan nya ia mengerjap. Langit langit yang putih, di tambah tirai bewarna biru. Ingatannya mulai memasuki otaknya seiring berjalannya kesadaran. Ia mulai memegangi kepalanya yang terasa berdenyut nyeri.
"Lo udah sadar?" Pertanyaan itu yang pertama kali ia dengar. Ia kini menatap orang yang berada di sisinya, entah sejak kapan orang itu ada disini ia pun tak tahu. "A-ir." Pinta Rachel pada orang itu.
Orang itu pun dengan segera memberi Rachel minum, Rachel minum dengan perlahan. Ia kemudian bangkit, orang itu juga membantunya. "Thanks Kar." Ucap Rachel. Laskar mengangguk, sebelumnya ia sudah mengambil air di tangan Rachel saat ia akan bangkit.
"Lo yang nolongin gue?" Tanya Rachel. Laskar kembali mengangguk. ia kemudian menarik satu kursi dan duduk disana. "Siapa yang lakuin ini ke lo?" Tanya Laskar.
Rachel langsung menatap netra Laskar, jelas sekali disana tersirat rasa khawatir, meskipun nada yang di pakai Laskar datar. "Lo nggak mau ngasih tau gue?" Tanya Laskar lagi. Rachel mulai berfikir apa tak apa ia memberi tahukan semuanya pada Laskar.
Laskar adalah tipe orang yang bisa di percaya, tapi ia sedikit ragu. Ia juga ingin memberitahukan hal besar yang terjadi kepadanya saat penculikan. Lebih tepatnya ia ingin memberi tahu siapa dalangnya.
"Dia Ratna, sama Dinda." Ucap Rachel. Ia dapat melihat Laskar yang terdiam saat Mendengar nama mereka. Rachel menghembuskan nafasnya pelan. "Kalo lo nggak percaya gak papa ko, gue kan udah biasa-"
"Gue percaya sama lo." Potong Laskar dengan cepat. "Gue selalu percaya sama lo Chel, Gue nggak pernah gak percaya sama lo." Lanjutnya dengan tulus.
Mendengar nada tulus milik Laskar, Rachel langsung terharu, sudah ia bilang bukan bahwa Laskar satu satunya orang yang langsung percaya dan membantunya tanpa pikir Panjang. "Thanks karna lo udah percaya sama gue Kar. Lo satu satunya orang yang percaya gue tanpa berfikiran Panjang."
Laskar tersenyum. Sungguh demi apapun senyuman laskar sangat manis. "Gue percaya sama lo, karna gue udah perhatiin lo dari lama chel. Gue tau lo orangnya kaya gimana."
"Cie .. yang merhatiin gue." Ledek Rachel sembari mununjuk hidung Laskar, bahkan ia menoel nya sekali. Tanpa merasa risi, laskar malah tertawa ringan. Tapi tawanya langsung lenyap kala ucapan Rachel mulai terdengar.
"Tapi serius kar, lo harus dengerin omongan gue yang dulu." Rachel sengaja menjeda kalimatnya. "Lo nggak boleh suka sama gue lebih dari teman." Lanjutnya.
Laskar tersenyum pahit. "Kenapa emang?" Tanya nya.
"Gue nggak mau nyakitin lo kar."
Ditolak sebelum melangkah? Laskar membatin.
---
Suara hiruk piruk siswa terdengar sangat nyaring dan saling bertubrukan satu sama lain. Banyak yang makan dengan tenang dan banyak juga yang makan sembari menggibah ria. Tentu topik utamanya adalah Rachel,Laskar dan Arthur.
Arthur yang menjadi topik perbincangan Utama hanya diam sembari menatap meja kantin dengan pandangan yang sulit untuk diartikan. Hanya fikirannya yang mampu menjawab pandangan kosong tersebut.
"Thur, Lo makan ke, sini dah gue pesenin." Ujar Adam. Arthur hanya diam tak menjawab. Ia kemudian beralih menatap Rean yang baru saja duduk di kursi kanannya. "Lama amat lo." Desis Adam.
Rean hanya menyengirkan giginya. "Abis tepe tepe gue." Ucapnya.
"Ini orang kenapa diem aja?" Tanya Rean menunjuk Arthur. Adam mengangkat bahunya, tetapi sedetik kemudian ia berbicara. "Abis kecolongan Start sama si Laskar jadi galau."
"Hah? siapa emang?" Tanya Rean.
"Siapa lagi kalo bukan Mantan Tercintanya." Ucap Adam sedikit menyindir Arthur.
Arthur hanya diam saja, lagi pula ucapan Adam memang sedikit benar, meskipun tak semuanya benar. "Thur, thur. Apa si yang lo liat dari Rachel. Dia kan cuma mantan lo." Ucap Rean. Arthur menatap Rean tajam. Rasanya pertanyaan Rean sudah sangat keterlaluan.
"Kenapa lo benci banget sama dia? Padahal dia nggak pernah lakuin kesalahan sama lo." Ucap Arthur. Reang langsung terdiam, ia memaling kan wajahnya ketika melihat seringaian Arthur. Memang benar Rachel tak pernah berbuat salah padanya. Tapi entah kenapa ia selalu kesal setiap kali melihat wajah Rachel.
Perbincangan mereka harus terhenti sampai disitu karna tiba tiba Laskar datang, ia menarik kerah baju Adam dengan sangat kuat. Adam yang di paksa berdiri dan langsung melihat raut wajah LAskar yang memerah pun terkejut sekaligus bingung. "Heh Kar, lo kenapa anjir." Ucap Adam sembari menahan rasa takutnya. Seumur umur ia baru melihat Laskar seperti ini.
Bahkan Adam sedang menahan rasa perihnya karna tarikan Laskar, Ia sampai membentur meja dengan sangat kuat. Dan meja itu membentur tepat di pinggangnya.
"Kar, woy udah udah. Becanda jangan kelewatan." Lerai Rean, tapi Laskar tak menggubris sama sekali, Ia malah mempertajam pandangan nya, urat wajahnya juga sudah terlihat menonjol. "Thur, lo hentin ke si Laskar. Lo malah santai aja anjir."
Arthur hanya diam sambal menyilangkan kakinya dan juga tangannya, seperti pemikiran teman temannya. Laskar terlihat sangat emosi, itu adalah momen yang langka. Ia ingin menontonnya. Ia ingin tahu hal apa yang membuat Laskar sampai seemosi itu.
"Pengecut!"
BUGH ...
BRAK ...
Siswi yang berada di kantin langsung menjerit kaget, bahkan beberapa siswa disana langsung memandang ke arah Adam yang sedang memegangi perutnya sembari meringis.
"Kar, lo sabar dulu kar. Kalo ada masalah, omongin baik baik." Ucap Rean berusaha menenangkan Laskar. Rean langsung menghentikan langkahnya saat Laskar memandangnya tajam, Pandangan itu lebih menghunus dari pada tadi.
"Kar, lo ada masalah apa si sama gue?" Tanya Adam, ia menghapus jejak darah yang ada di pelipisnya.
Laskar kembali memukul pelipis Adam. Adam kewalahan, mau tak mau ia membalas pukulan laskar. Banyak siswa yang sudah mngeluarkan ponselnya untuk merekam kejadian yang sangat langka ini. "Gue nggak bakal lupa wajah kalian yang sengaja rekam ini." Ucapan dingin dari Laskar membuat siswa siswa yang mau merekam menjadi kaku. mereka pun memasukan handpone mereka dengan pelan dan hati hati.
"NGOMONG SAMA GUE KALO LO ADA MASALAH!" Teriak Adam. Ia merasa frustasi menghadapi sikap Laskar yang tiba tiba ini.
Laskar berdecih sinis. "Lo nggak bakal pantes di sebut laki laki." Ucapnya.
"MAKSUD LO APA?!"
"Kenapa lo lakuin itu?" Tanya Laskar akhirnya. Adam memandang Laskar dengan bingung, sebenarnya topik yang di bawa Laskar ini apa. Ia tak mengerti sama sekali.
"Lakuin apa?"
Laskar terdiam, ia kini sedang berusaha mengontrol emosinya. "Gue tau itu lo. Lo dalangnya kan?"
Tubuh Adam langsung membeku, ia benar benar tak menyangka bahwa ia akan ketahuan secepat ini. "Lo tau dari mana?" Ada nada gagap yang terselip dalam Kalimat Adam.
Laskar kembali berdecih. "Jadi bener, lo pelakunya." Ucapnya pelan.
Arthur memandang keduanya dengan heran. Ia mulai tak mengerti, arah pembicaraan keduanya.
"Kenapa lo lakuin itu?" Tanya Laskar dengan dingin. Adam memandang Laskar dengan pancaran emosi yang sangat tinggi.
"KARNA GUE MAU BALES PERBUATAN DIA KE CEWEK GUE SIALAN!!"
***
Hallo Readers, gimana nih sama Chapter yang ini. Udah tau kan kalian tentang arah pembicaraan mereka.
Terima kasih sudah membaca jangan lupa vote komennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigration Of Two Souls (Tamat)
FantasyKejadian yang tak masuk akal itu menimpa Caramel. Ia harus masuk ke dalam raga seseorang yang sangat di benci oleh keluarga besarnya. Beruntung nya raga itu mempunyai kedua orang tua yang sangat menyayanginya, beruntung nya juga raga itu mempunyai s...